Rabu, 29 Juli 2009

Naskah Perjanjian Baru dan Keotentikannya

Kritikus Alkitab mempertanyakan keotentikan/keabsahan Perjanjian Baru. Ada yang bilang cerita Perjanjian Baru adalah rekayasa pribadi yang tidak historis. Ada lagi yang berpendapat kalau Injil itu hanya mitos atau legenda. Atau ada yang mengatakan Yesus memang ada, tetapi tidak pernah disalibkan maupun bangkit.

Apakah Perjanjian Baru itu otentik, berasal dari sumber yang sah? Mungkinkah ada distorsi sejarah yang mengubah peristiwa asli?

Ada 3 hal yang menentukan otoritas keotentikan naskah Perjanjian Baru:

1. Penyelidikan manuskrip-manuskrip (naskah-naskah salinan kuno) Perjanjian Baru.

2. Perbandingan manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru dengan manuskrip-manuskrip kuno yang lain.

3. Penanggalan naskah asli Perjanjian Baru.

Penyelidikan manuskrip-manuskrip yang berhubungan dengan Perjanjian Baru

Ada banyak, berlimpah manuskrip dan akurat untuk Perjanjian Baru dibandingkan dengan naskah-naskah kuno lainnya. Ada banyak manuskrip yang disalin dengan keakuratan lebih tinggi dan penanggalan yang lebih awal daripada manuskrip naskah-naskah kuno lainnya.

Berikut kita bicarakan beberapa manuskrip penting:

1. The John Rylands Fragment

Papirus ini berisi 5 ayat Yohanes 18:31-33, 37-38. Ditulis antara tahun 117–138 M, sekarang disimpan di John Rylands Library, Manchester, Inggris.

2. The Bodmer Papyri

Papirus-papirus ini ditulis sekitar tahun 200 M, berisi kitab Yohanes, Lukas, Yudas, 1 dan 2 Petrus.

3. Codex Vaticanus

Ditulis antara tahun 325–350 M. Manuskrip yang ditulis pada kulit binatang ini berisi seluruh Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Sekarang disimpan di Vatican Library.

4. Codex Sinaiticus

Ditulis tahun 340 M, berisi seluruh Perjanjian Baru dan sebagian Perjanjian Lama. Sekarang disimpan di University Library, Leipzig, Jerman.

5. Codex Alexandrius

Ditulis tahun 450 M berisi seluruh Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Sekarang disimpan di National Library dalam British Museum.

6. Codex Bezae

Ditulis tahun 450/550 M, berisi keempat Injil, Kisah Para Rasul dan beberapa bagian dari 3 Yohanes. Dan masih banyak lagi manuskrip-manuskrip berbahasa Yunani salinan Perjanjian Baru yang bertanggal awal. Total manuskrip berbahasa Yunani Perjanjian Baru ada sekitar 5000.

Tidak ada naskah kuno lainnya yang mempunyai manuskrip sebanyak Perjanjian Baru. Perbandingan naskah Perjanjian Baru dengan naskah kuno lainnya. Dari sisi dokumentasi, Perjanjian Baru memiliki bukti yang sangat berlimpah dibanding naskah-naskah kuno lainnya.

Tabel di bawah menunjukkan jumlah yang berlimpah, penanggalan yang lebih awal, dan keakuratan lebih tinggi yang dimiliki Perjanjian Baru dibandingkan buku-buku kuno lainnya.


Naskah

Waktu Penulisan

Manuskrip paling awal

Jumlah Salinan

Tingkat keaku-ratan salinan

Caesar

Abad 1 SM

900 M

10

-

Livy

Abad 1 SM

-

20

-

Tacitus

100 M

1100 M

20

-

Thucydides

Abad 5 SM

900 M

8

-

Herodotus

Abad 5 SM

900 M

8

-

Demosthenes

Abad 4 SM

1100 M

200

-

Mahabharata

-

-

-

90%

Homer

Abad 9 SM

-

643

95 %

Perjanjian Baru

30 - 100 M

130 M

5.000

99 + %

Beberapa pengamatan berhubungan dengan tabel di atas:

1. Tidak ada naskah kuno yang mempunyai manuskrip/salinan lebih dekat dengan naskah asli dan jumlah lebih banyak dibanding Perjanjian Baru.

2. Jarak antara penulisan pertama dengan penyalinan paling awal untuk Perjanjian Baru adalah sekitar 30 tahun untuk yang bersifat potongan dan kurang dari 250 tahun untuk keseluruhan naskah. Bandingkan dengan naskah kuno lain yang jarak antara penulisan pertama dengan penyalinan paling awal mencapai lebih dari 1000 tahun.

3. Tingkat keakuratan salinan Perjanjian Baru lebih tinggi dibanding naskah kuno lainnya yang dapat dibandingkan. Kebanyakan naskah tidak mempunyai jumlah manuskrip yang cukup supaya perbandingan dapat dilaksanakan. Penyalinan yang berjarak 1000 tahun dengan naskah aslinya membuat para sarjana tidak mempunyai cukup keyakinan untuk merekonstruksi naskah aslinya.

Bruce Metzger membuat perbandingan yang menarik antara Perjanjian Baru dengan Homer dan Mahabharata. Perjanjian Baru mempunyai 20.000 baris. Dari 20.000 baris ini hanya ada 40 baris (400 kata) yang masih dipertanyakan. Ini berarti keakuratannya: (20.000 - 40)/20.000=99,8%. Homer mempunyai 15.600 baris dengan 764 baris yang dipertanyakan. Ini berarti keakuratannya: (15.600-764)/15.600=95%. Mahabharata mempunyai 26.000 baris yang 10% nya masih dipertanyakan, yang berarti keakuratannya 90%.

Dengan demikian, dari sisi dokumentasi, Perjanjian Baru mempunyai dokumentasi yang jauh lebih baik dibanding naskah-naskah kuno lainnya. Perjanjian Baru mempunyai lebih banyak manuskrip, mempunyai jarak waktu terpendek antara salinan dengan naskah asli, dan mempunyai tingkat keakuratan yang lebih tinggi. Penanggalan naskah asli Perjanjian Baru tentang Kematian Kristus terjadi antara tahun 29–33 M. Argumentasi kehandalan catatan Perjanjian Baru berhubungan dengan penanggalan naskah asli Injil.

Rasul Paulus mati martir saat Nero berkuasa pada tahun 67. Tulisannya yang paling awal ia tulis sebelum dipenjara di Roma antara tahun 60–62 (Kisah Para Rasul 28). Dalam surat-suratnya ditemukan hal-hal penting mengenai kehidupan, pengajaran, kematian dan kebangkitan Yesus yang ditulis oleh saksi-saksi mata yang hidup pada saat itu.

Paulus mengajarkan bahwa Yesus lahir dari seorang perawan (Galatia 4:4), Dia sudah ada sejak semula dan pencipta alam semesta (Kolose 1:15-16), berada dalam rupa manusia dan rupa Allah (Filipi 2:5-8). Yesus adalah keturunan Abraham dan Daud (Roma 9:5; 1:3) yang hidup di bawah hukum Yahudi (Galatia 4:4), yang dikhianati pada malam Dia menetapkan Lembaga Perjamuan Kudus (1 Korintus 11:23-26), disalibkan di bawah pemerintahan Roma (1 Korintus 1:23; Filipi 2:8) meskipun ini tanggung jawab pemuka Yahudi (1 Tesalonika 2:15).

Yesus yang sama dengan Yesus yang ada di Injil ini dijelaskan telah dikuburkan selama 3 hari, bangkit dari kematian, telah dilihat lebih dari 500 saksi mata, yang sebagian besar masih hidup pada saat Paulus menulis surat ini (1 Korintus 15:4-6). Paulus mengenal murid-murid Yesus secara personal (Galatia 1:17). Petrus, Yakobus, dan Yohanes disebut sebagai 'tiang' dari komunitas Yerusalem (Galatia 2:9).

Paulus mengenal saudara laki-laki Yesus dan tahu bahwa Petrus beristri ( 1 Korintus 9:5). Paulus mengutip perkataan Yesus (1 Korintus 7:10-11; 9:14; 11:23-26). Di tempat lain Paulus menyimpulkan khotbah di bukit (Roma 12:14-21) dan mengajak mengikuti teladan Yesus Kristus (Roma 13:14).

Secara singkat disimpulkan, “Garis besar berita Injil yang bisa kita telusuri dalam tulisan Paulus sama dengan garis besar yang bisa kita temukan di tempat lain di Perjanjian Baru dan dalam keempat Injil”.

Beberapa penyelidikan mempertanyakan keotentikan Paulus terhadap naskah Perjanjian Baru. Mengenai hal tersebut, ini bisa dijawab:

1. Meskipun Paulus bukan saksi mata kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi Paulus hidup pada zaman Yesus hidup.

2. Paulus menulis dalam 30 tahun setelah peristiwa-peristiwa kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus terjadi. Waktu 30 tahun ini terlalu singkat untuk terjadinya distorsi informasi. Di samping itu Paulus menantang pembacanya untuk mengecek kebenaran apa yang ia tulis dengan saksi mata yang sebagian besar masih hidup (1 Korintus 15:4-6). Tidak ada bukti sejarah yang menentang pernyataan Paulus, sebaliknya tulisan Paulus khususnya surat Roma, Korintus dan Galatia makin menegaskan keakuratan dan keotentikannya.

Injil Yohanes disebut ditulis oleh “murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus...” (Yohanes 21:20). Dengan proses penyisihan, murid ini pastilah Yohanes. Murid lain seperti Petrus, Filipus, Tomas dan Andreas disebut sebagai orang ketiga (Yohanes 1:41; 6:8; 14:5,8).

Lebih daripada itu, penulis adalah adalah salah satu dari 'inner circle' Yesus yang terdiri dari Yakobus, Petrus dan Yohanes seperti dibuktikan “bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya” (Yohanes 13:23-25), dia adalah saksi mata dan mempunyai informasi 'dalam' (Yohanes 18:15), dan pada kematian-Nya Yesus mempercayakan ibu-Nya dalam pemeliharaan Yohanes (Yohanes 19:26,27).

Yakobus mati awal (tahun 44M), sedangkan Petrus disebut sebagai orang ketiga (Yohanes 21:21). Dengan demikian, dengan metode penyisihan, penulis dari Injil keempat ini pastilah Rasul Yohanes.

Ada banyak bukti esksternal dan internal yang menunjukkan bahwa Injil ini ditulis oleh rasul Yohanes, murid Yesus. Iranius, Tertulianus, dan Clement dari Aleksandria setuju penulisnya adalah rasul Yohanes. Pentingnya pernyataan Iranius karena murid Yohanes yaitu Polycarp adalah guru Iranius.

Bukti internal kepenulisan rasul Yohanes untuk Injil keempat ini adalah:

1. Identifikasi melalui metode penyisihan seperti yang telah dijelaskan.

2. Injil ditulis oleh saksi mata pertama (Yohanes 20:2; 21:4)

3. Penulis adalah seorang Yahudi yang mengenal detil kebiasaan Yahudi dalam pembasuhan (Yohanes 2:6) dan penguburan (Yohanes 19:40), perayaan-perayaan orang Yahudi, bahkan kelakuan mereka (Yohanes 7:49)

4. Penulis adalah seorang Yahudi di Palestina yang mengenal baik geografi dan topografi daerah itu (Yohanes 2:12;5:2;19:17).

Semua bukti ini menunjuk kepada satu arah yaitu Yohanes, murid Yesus Kristus. Sarjana-sarjana sekarang menerima tradisi yang kuat mengenai kepenulisan Yohanes, yang bertanggal tahun 30-66 M. Dengan demikian kita memiliki kekayaan sejarah, dari tangan pertama, keterangan saksi mata mengenai kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas). Kunci penanggalan dari Injil-injil sinoptik adalah kitab l Lukas.

Kunci penanggalan Lukas adalah buku berikutnya setelah Injil Lukas yaitu kitab Kisah Para Rasul:

1. Kitab ini ditulis oleh rekan kerja Paulus, yang ditunjukkan dalam pemakaian “kami,” ditulis dalam bentuk orang pertama (Kisah Para Rasul 16:10-17; 20:5-21; 27:1-28:30).

2. Dengan proses penyisihan, satu-satunya rekan dekat Paulus yang tidak dituliskan dalam bentuk orang ketiga adalah Lukas, seorang tabib. Timotius, Silas, Markus, dan Barnabas semua namanya disebut ( Kisah Para Rasul 15:39; 16:1,25). Tingkat pemakaian bahasa Yunani yang dipakai, pemakaian istilah-istilah medis, dan pengetahuan yang melimpah semua cocok mengarah kepada karakter Lukas.

3. Narasi Kisah Para Rasul berakhir dengan penahanan Paulus di Roma yang terjadi dari tahun 60–62 M. Karena di sini dijelaskan Paulus masih hidup ketika Lukas menulis, dan karena di sini Lukas menutup narasinya, kita mengasumsikan bahwa tahun 60–62 M adalah penyusunan Kisah Para Rasul. Andaikata Lukas menulis sesudah tahun 67 M, maka ia akan menuliskan juga kematian Paulus yang mati martir tahun 67 M.

4. Injil Lukas adalah bagian pertama dari buku sejarah Lukas–Kisah Para Rasul. Kitab Para Rasul menunjuk kepada 'buku pertama' yang ditulis untuk orang yang sama yaitu Teofilus (Kisah Para Rasul 1:1; Lukas 1:3). Jika Lukas selesai menulis Kisah Para Rasul sekitar tahun 62 M, maka Lukas menulis Injilnya sekitar tahun 60 M.

Penyelidikan para sarjana menyimpulkan bahwa kitab Matius ditulis dalam periode yang sama, sekitar tahun 60 M, sedangkan kitab Markus ditulis lebih dahulu antara tahun 50–60

M. Matius, penulis Injil Matius adalah murid Yesus (Matius 9:9-13). Markus, penulis Injil Markus adalah sekretaris Petrus.

Kesimpulan

Kita mempunyai 5 sumber otentik yang berbeda mengenai kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus:

1. Paulus, yang hidup saat saksi mata tentang kehidupan Yesus masih hidup, menulis

10 surat yang ditulis tahun 50–60 M berisi pengajaran penting mengenai kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.

2. Lukas, rekan kerja Paulus, memakai sumber yang akurat dan keterangan saksi mata, menulis kehidupan yang lengkap Yesus Kristus dan sejarah gereja mula-mula hingga tahun 60–62 M.

3. Injil Markus yang ditulis sebelum Injil Lukas dan Injil Matius, ditulis antara tahun 50–60 M. Markus adalah sekretaris Petrus, murid Yesus, saksi mata kehidupan, pengajaran, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

4. Yohanes, saksi mata pertama, termasuk murid terdekat Yesus menulis antara tahun 30–66 M.

5. Matius, murid Yesus Kristus, saksi mata pertama, menulis Injil Matius sekitar tahun 60 M.

Dari sisi sejarah kita mendapati bahwa Perjanjian Baru:

a. Mempunyai keakuratan penyalinan yang sangat tinggi

b. Ditulis oleh sumber yang dapat dipercaya, ditulis dari sumber yang otentik/asli

c. Ditulis dalam kurun waktu di mana saksi mata masih hidup, yang andaikata ada kesalahan maka akan banyak menentang. Namum ternyata semua bukti menunjuk kepada keakuratan naskah Perjanjian Baru.

Dengan demikian maka dari segi keotentikan/keasliannya, maka kita menyimpulkan bahwa kehandalan dan keakuratan naskah Perjanjian Baru dapat dipercaya.
--------------
Sumber:
Geisler, Norman L. Christian Apologetics. Baker Book House, Grand Rapids, Michigan 49516,

Jalan dan Kebenaran dan Hidup

Banyak orang mengatakan jalan menuju pengharapan, kebahagiaan dan surga itu banyak. Bermacam-macam filsafat, kepercayaan dan ide yang masing-masing memiliki akhir kebenaran sendiri-sendiri.

Bahwa kehidupan manusia itu sangat dihargai sekali adalah benar. Mayoritas kita ingin hidup di dunia ini selama mungkin. Masing-masing kita mendambakan hidup yang kekal. Namun, hanya ada Satu Jalan untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya. Hanya ada Satu Kebenaran yang bisa membuat manusia bebas dari dosa. Hanya Satu Kehidupan yang bisa memberikan hidup yang kekal bagi manusia.

Yesus Kristus, Anak Allah, adalah “Jalan dan Kebenaran dan Hidup” seperti yang disebutkan dalam kitab Yohanes 14:6, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Yesus Kristus adalah “Jalan dan Kebenaran dan Hidup” karena Dia mati untuk dosa-dosa kita. Manusia berdosa karena melanggar hukum Tuhan (Roma 3:23; 1 Yohanes 3:4). Dan Kitab Suci mengatakan bahwa “Upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Maut adalah kematian yang kedua di neraka (Wahyu 21:8; Matius 10:28). Karena dosa, kita layak mendapat hukuman yang kekal di neraka.

Namun Allah tidak menghendaki satu orang pun binasa (Kisah Rasul 17:31), sehingga dalam kasih anugrah-Nya yang Agung, Ia mengutus Putra-Nya yang Tunggal mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia (Yohanes 3:16-17; Roma 5:6-10; 6:17-23)

Yesus Kristus adalah “Jalan dan Kebenaran dan Hidup” karena Dia telah bangkit dari kematian. Sebelum Kristus datang, kita hidup di dunia kekelaman tanpa pengharapan. Tapi sekarang Kristus telah datang dan menaklukkan kematian, bangkit dari kubur.

Karena Yesus telah menaklukkan kematian, maka Dia mampu memberi kita kemenangan dan menaklukkan kematian (1 Korintus 15:20-23; Wahyu 1:17-18). Dalam Yohanes 11:25, Yesus berfirman, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.”

Yesus Kristus adalah “aJalan dan Kebenaran dan Hidup” karena Dia akan menghakimi semua manusia pada akhir zaman (Kisah Rasul 17:31). Semua akan berdiri di hadapan Kristus dan mempertanggung-jawabkan kehidupannya di bumi. Paulus, rasul yang di-ilhami menulis, “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” (2 Korintus 5:10).

Yesus Kristus satu-satunya jalan menuju hidup yang kekal. Ia adalah Kebenaran. Tak seorang pun sampai kepada Bapa –memperoleh hidup kekal– kecuali melalui Dia. Supaya kita memperoleh berkat dari Kristus, kita harus percaya bahwa Ia adalah Anak Allah yang hidup, sebab Yesus sendiri bersabda, “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yohanes 8:24)

Kita juga harus bertobat dari dosa (Lukas 13:3) serta mengakui Kristus di hadapan manusia. Seseorang tidak akan menerima berkat rohani dari Kristus kalau ia sendiri tidak mengakui-Nya di hadapan manusia. “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 10:32-33).

Setelah itu harus dibaptiskan ke dalam Kristus agar memperoleh pengampunan dari dosa (Kisah Rasul 2:38). Yesus berfirman, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Markus 16:16)

Yesus Kristus adalah “Jalan dan Kebenaran dan Hidup” yang sesungguhnya. Seseorang tidak akan selamat, sampai kepada Bapa kecuali melalui Dia (Kis. 4:12).

Jumat, 24 Juli 2009

Kedatangan Kristus yang Kedua Kali

(Judul Asli: The Second Coming of Christ)
Oleh : Perry B. Cotham*

Kristus akan datang lagi. Lebih dari tiga ratus ayat dalam Perjanjian Baru yang menyinggung tentang hal itu. Namun sayangnya, banyak doktrin mengenai subjek ini (dan sangat banyak yang kontroversi) yang kurang diperhatikan oleh orang Kristen dengan saksama.

I. Kedatangan-Nya Pasti
Kedatangan Kristus yang kedua kali tak diragukan lagi memang diajarkan dalam Alkitab. Pada saat kenaikan-Nya, malaikat-malaikat berkata kepada rasul-rasul ketika mereka menatap ke langit waktu Ia naik ke sorga, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” (Kis. 1:11). Yesus sendiri berkata bahwa Ia akan datang kembali. (Yoh. 14:2-3). Para rasul menegaskan bahwa Kristus akan datang lagi. (1 Tes. 4:16).

Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa “Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi.” (Ibr. 9:28). Yohanes mengatakan “... kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1 Yoh. 3:2).

Dewasa ini, banyak orang, sama seperti pada abad yang mula-mula, meragukan akan kedatangan Tuhan. (2 Pet. 3:3, 4). Meskipun orang-orang skeptis tidak yakin dan para pencemooh mengejek tentang kedatangan-Nya itu, namun kita tetap percaya akan kedatangan-Nya sebab kita lebih percaya pada Alkitab. Bumi dan segala anasirnya akan berakhir. Yesus akan datang lagi. Kedatangan Kristus yang kedua kali akan menjadi akhir sejarah dunia.

II. Kedatangan-Nya Akan Kelihatan
Cara kedatangan-Nya bersifat personal, nampak, dapat didengar, penuh kemuliaan dan tiba-tiba. Ketika Yesus datang “setiap mata akan memandang Dia,” bahkan oleh mereka yang terlibat dalam penyaliban Anak Allah itu, (Why. 1:7).
Kita tidak perlu pergi ke tempat khusus agar dapat melihat-Nya saat Ia datang. Semua bangsa, di manapun berada di muka bumi ini, akan menyaksikan kedatangan-Nya: “...Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi... akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan.” (Mat. 24:27, 30).

Ia akan datang “dengan awan-awan” (Kis. 1:9, 11; Why. 1:7), “di dalam api yang bernyala-nyala,” “bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya,” (2 Tes. 1:7; Mat. 16:27), “dengan beribu-ribu orang kudus-Nya,” (Yudas 14), “pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi.” (1 Tes. 4:16).

III. Waktu Kedatangan-Nya Tidak Diketahui
Tentang waktu kedatangan-Nya, itu tersembunyi dalam rencana Allah, menjadi salah satu dari hal-hal yang tersembunyi bagi Allah (Kel. 29:29). Allah tidak pernah mengungkapkannya kepada manusia.

Mengenai hari dan saatnya itu, Yesus berkata, “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Mark. 13:32). Kedatangan-Nya yang kedua kali itu mungkin saja pada waktu tengah malam, atau pagi-pagi buta; kapan saja Ia bisa datang –bisa saja hari ini.

Kedatangan-Nya tiba-tiba dan tanpa peringatan; Ia akan datang pada saat yang tak diduga-duga dan tanpa pemberitahuan, bahkan seperti “seorang pencuri di malam hari.” (2 Pet. 3:10; 1 Tes. 5:2) Sebab itu, peringatan yang sungguh-sungguh adalah “Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Mat. 24:44; Mark. 13:35-37).

A. Orang-orang yang Menetapkan Waktu Kedatangan-Nya, Menyesatkan
Karena tak seorangpun yang tahu tentang waktu kedatangan-Nya, maka sangat tidak masuk akal dan aneh bila manusia coba menetapkan waktu kedatangan-Nya. Namun, itulah yang terjadi, manusia coba menetapkan waktu kedatangan-Nya, dan sampai sekarang hal itu masih berlangsung, Orang-orang yang tulus hatinya diperdaya oleh “mereka yang mencoba menetapkan waktu kedatangan-Nya.”

Contoh, William Miller, pendiri pergerakan Advent, meramalkan Kristus akan datang pada bulan Oktober 18431. Para pengikutnya kemudian menjual harta benda mereka, mempersiapkan diri dengan jubah putih menunggu kedatangan Tuhan dengan riang gembira.

Bulan Oktober 1843 tiba, namun Yesus tidak datang. Meski kecewa, Miller tak mau kalah. Ia berkata kepada pengikutnya ia salah kalkulasi satu tahun dalam prediksinya, dan Tuhan akan datang tahun berikutnya pada bulan yang sama. Bulan Oktober 1844 tiba, namun Kristus belum jua datang.

Kemudian, Charles T. Russell, pendiri kelompok keagamaan Saksi Yehovah menulis tentang kedatangan Yesus yang kedua kali. Ia berkata bahwa Tuhan akan datang pada bulan Oktober 1874, tapi hanya orang-orang tertentu (para pengikutnya) yang tahu akan hal itu –bagi orang lain Ia tidak kelihatan2.

Kontras dengan apa yang tertulis dalam kitab suci, bila Yesus datang kelak, “setiap mata akan melihat Dia.” (Why. 1:7). Kedatangan-Nya bersifat personal dan dapat dilihat, tidak hanya kepada orang-orang benar tapi juga kepada orang fasik.

“Pastor” Russell, sebagaimana ia kerap disapa, membuat banyak prediksi tentang “Zaman Keemasan” yang menilai ada kaitannya dengan kedatangan Kristus yang kedua kali; namun prediksinya dalam hal ini malah membuktikan bahwa ia adalah seorang nabi palsu. (Ulg. 18:22).

Setelah kematian Russell tahun 1916, “Hakim” Rutherford mewarisi “takhtanya” dan ikut-ikutan membuat prediksi. Pada tahun 1920, ia menerbitkan sebuah buku mini berjudul “Jutaan orang yang Hidup Sekarang Tidak Akan Pernah Mati” di mana ia meramalkan tahun 1925 orang-orang saleh yang telah mati akan bangkit dan orang-orang lanjut usia (lansia) yang masih hidup, yang telah menerima Juruselamat akan kembali ke usia muda mereka dan “hidup di muka bumi ini selamanya dan tidak akan pernah mati.3” Ini berarti bahwa orang-orang lansia yang memakai tongkat kayu akan mendapatkan tungkai kaki baru, semua yang memakai gigi palsu akan mendapatkan gigi baru, dan semua kepala yang telah botak akan mendapatkan rambut baru ... tahun 1925!

Ia juga menubuatkan Abraham, Yakub, Ishak dan Daud, bersama-sama dengan tokoh-tokoh saleh Perjanjian Lama lainnya akan hidup di muka bumi ini, dapat dilihat –setelah tahun 1925.

Katanya, tahun 1925 akan menjadi awal “Zaman Keemasan.” Bagi orang yang hidup sebelum tahun 1925 semua itu kedengarannya enak. Namun sang “hakim” itu sendiri meninggal sesudah tahun 1925! Ia adalah salah seorang dari jutaan orang yang hidup ketika tahun 1925 tiba, namun ia mati juga. Ia nabi palsu.

Ada seseorang yang berkata bahwa Kristus akan datang pada tahun 1939. Beberapa orang meramalkan Ia akan datang pada tahun-tahun belakangan ini. Apakah Ia telah datang pada tahun-tahun tersebut? Jadi, orang-orang yang memprediksi waktu kedatangan-Nya itu akan terus-menerus menyesatkan orang-orang yang tidak mengetahui firman Allah.

Kristus belum datang pada tahun-tahun yang ditetapkan itu, maka tentu saja itu menjadi bukti jelas bahwa manusia sama sekali tidak tahu tentang waktu kedatangan-Nya itu, kapan.

Dengan melihat fakta-fakta ini, mengapa beberapa orang masih terus-menerus coba menetapkan waktu kedatangan-Nya? Dan anehnya, mengapa beberapa orang masih percaya bahwa orang-orang yang mengaku-ngaku nabi itu tahu apa yang sedang meraka bicarakan ketika mereka memberitahukan orang-orang suatu waktu akan kedatangan Kristus? Sebegitu mudahnyakah manusia ditipu? Waktu kedatangan-Nya itu tidak pernah dinyatakan kepada seorang pun.

B. Orang-orang Yang Coba Menentukan Waktu Kedatangan-Nya Meskipun Waktunya Tidak Spesifik Disebutkan, Juga Menyesatkan
Beberapa orang tidak menyebutkan suatu hari spesifik tentang kedatangan-Nya, namun menekankan kedatangan-Nya sudah dekat, itu akan terjadi pada “tahun ini,” atau pada “generasi ini.” Walaupun ini tentu mungkin, namun Alkitab tidak mengajarkan seperti itu. Kitab Suci, pada abad pertama, tidak mengajarkan kedatangan Kristus sudah dekat (2 Tes. 2:1-3), dan juga tidak mengajarkan kedatangan Kristus sudah dekat, sekarang.

Barangkali saat ini orang-orang lebih memikirkan tentang akhir dunia ini daripada yang pernah sebelumnya. Sementara beberapa orang telah dipengaruhi oleh tulisan-tulisan dan khotbah tipe sensasional yang lain, mungkin tidak mau ambil pusing, entah itu kepada nabi-nabi palsu, dan entah itu kepada pengajaran Alkitab tentang akhir zaman.

C. Banyak Tanda Dalam Matius 24 yang Disalah-artikan
Orang-orang yang sering berbicara tentang tanda-tanda, kegenapan nubuatan dan kedatangan Kristus yang akan segera terjadi biasanya mengacu kepada bagian pertama kitab Mat. 24 untuk mendapatkan bukti interpretasi mereka mengenai saat akhir zaman. Ini sebuah pasal yang sangat penting dan harus dipelajari dengan saksama. Sekarang, perhatikanlah beberapa hal yang sering diputar-balikkan dari ayat-ayat tersebut.

Sebelum penyaliban-Nya, dan sesudah khotbah terakhir-Nya di muka umum, Ia meninggalkan Bait Allah, beserta dengan murid-murid-Nya, naik ke Bukit Zaitun. Saat mereka meninggalkan Bait Allah itu, murid-murid itu menunjukkan kepada Yesus “bangunan-bangunan Bait Allah.” (ay. 1). Yesus berkata kepada mereka bahwa “tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” (ay. 2).

Kemudian, “Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya... Kata mereka: Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” (ay. 3). Yesus menjawab dengan menubuatkan tentang kehancuran Bait Allah dan kedatangan-Nya yang kedua kali.

Perhatikanlah dengan cermat bahwa Kristus menjawab dua pertanyaan, yakni: (1) “Bilamanakah itu akan terjadi?” (mengenai kehancuran Yerusalem dan Bait Allah yang baru saja Ia nubuatkan) dan (2) “Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” (murid-murid itu mengira bahwa semua peristiwa itu akan terjadi simultan, tapi mereka salah). Yesus menjawab pertanyaan mereka dalam jawaban yang sama saat mereka bertanya.

Kehancuran Yerusalem terjadi pada tahun 70 M di bawah pimpinan Titus, kaisar Romawi, 40 tahun setelah Yesus menubuatkannya. Saat ini sebuah masjid berdiri di tempat di mana Bait Allah itu berada sebelumnya. Nubuatan Kristus di Bukit Zaitun secara literal digenapi –tak satu batupun dibiarkan terletak di atas bangunan Bait Allah itu. Sesuai dengan catatan sejarah, tak satu orang Kristen pun yang yang menjadi korban dalam bencana yang mengerikan itu.

Harus diperhatikan, Yesus berkata (dalam ay. 34) bahwa semua peristiwa yang disebutkan itu akan digenapi pada masa generasi itu masih hidup. Setiap tanda-tanda yang disebutkan dalam Matius 24, kecuali hal-hal yang menyangkut saat kedatangan-Nya yang kedua kali, telah digenapi; generasi itu tidak berlalu “sebelum semuanya ini terjadi.”

Namun sayangnya, saat ini, beberapa pengajaran dari Matius 24:4-28 yang dinyatakan oleh Yesus mengenai kehancuran Yerusalem dan akhir keberadaan bangsa Yahudi dipakai dan disalah-artikan kepada kedatangan-Nya yang kedua kali dan pada akhir zaman. (Bandingkan dengan Ulg. 28:48-58).

Kitab Mat. 24 harus selalu ditelaah paralel dengan catatan dalam kitab Mark. 13 dan Luk. 21:5-28. Kitab Luk. 21:20 memuat susunan kata yang sangat jelas mengenai statemen dari kitab Mat. 24:15 tentang penaklukan Yerusalem oleh pasukan Romawi. “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat.” (Luk. 21:20). [Bandingkan dengan Dan. 9:24-27; Mark. 13:14].

Beberapa orang mengutip pernyataan Yesus (yang Ia katakan kira-kira tahun 30 M) yang berbunyi: “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya,” (Mat. 24:14) [Bandingkan dengan Mark. 13:10] dan berkata bahwa akhir zaman telah dekat.

Namun sebelum tahun 70 M, Paulus menulis Injil telah diberitakan “ke seluruh dunia ... sampai ke ujung bumi,” (Rom. 10:18) dan “diseluruh alam di bawah langit.” (Kol. 1:23).

Jadi, “mesias-mesias palsu” (ay. 5), “deru perang dan kabar-kabar tentang perang” (ay. 6), “nabi-nabi palsu” (ay. 11,24) dan Injil diberitakan ke “seluruh dunia” (ay. 14) ditujukan kepada masa sebelum kehancuran Yerusalem.

Juga, menurut Yosefus, seorang ahli sejarah Yahudi, peristiwa yang melaluinya pasukan Romawi mengakhiri eksistensi bangsa Yahudi adalah suatu masa di mana “terjadi siksaan yang dahsyat” (ay. 21).

Jika kasih karunia Allah tidak dikemukakan demi keselamatan para pengikut Kristus itu, maka seluruh bangsa Yahudi yang mendiami negeri itu akan disapu bersih; dari segala “yang hidup” tidak akan ada yang selamat (ay. 22; Bdg. Dan. 12:1; 1 Tes. 2:16). Maka, siksaan yang berat, sebagaimana sering disebut oleh para pelajar Alkitab, itu adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dan telah digenapi.

Tujuan pengajaran yang disampaikan Yesus di Bukit Zaitun itu bukan untuk memberitahukan kepada murid-murid-Nya tentang tanda-tanda kedatangan-Nya yang kedua kali, tapi untuk memperingatkan orang-orang bahwa kehancuran Yerusalem sudah mendekat, dan juga untuk memberikan suatu tanda yang pasti agar mereka bisa menyelamatkan diri dengan cara keluar dari kota itu.

Jika mereka melihat tentara Romawi mengepung Yerusalem (Luk. 21:20; Mat. 24:15), itu artinya saatnya untuk bergegas menyelamatkan diri keluar dari Yerusalem dan Yudea. Namun, dengan jelas, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya jangan melihat peristiwa-peristiwa seperti perang, kelaparan, gempa bumi dan berbagai-bagai jenis wabah penyakit sebagai tanda kedatangan-Nya yang kedua kali.

Maka sangat mengherankan di mana orang-orang saat ini akan terus menerus mengira hal-hal yang disebutkan di atas sebagai tanda-tanda kedatangan-Nya, meskipun Yesus telah menegaskan jangan mengira hal-hal itu sebagai tanda-tandanya.

“Tanda-tanda” ini, karena telah digenapi sebelum generasi itu berlalu, tidak bisa ditujukan kepada kedatangan-Nya yang kedua kali, tapi kepada nubuatan-Nya tentang kehancuran Yerusalem. Menjadikan “tanda-tanda” itu sebagai pertanda kedatangan-Nya akan bertentangan dengan pernyataan positif-Nya bahwa tidak ada tanda-tanda dan peringatan akan kedatangan-Nya yang kedua kali (Mark. 13:22).

Jika keseluruhan percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya itu ditelaah dengan cermat maka kita bisa melihat Tuhan membagi dua peristiwa yang akan terjadi itu ke dalam dua periode yang berbeda: Periode Pertama, mulai dari saat itu hingga ke kehancuran Yerusalem; dan Kedua, dari kehancuran Yerusalem sampai kedatangan-Nya yang kedua kali dan akhir zaman.

Tentang periode pertama, Yesus berkata, “Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu.” (Mark. 13:23); namun mengenai periode yang kedua, Ia tidak memberitahukan tanda-tanda agar umat-Nya tahu dengan jelas bilamana akhir zaman telah mendekat, tapi hanya berbicara dalam istilah-istilah umum dan membuatnya semakin jelas bahwa tidak ada tanda-tanda yang mendahului disebutkan sehingga umat-Nya tahu saat kedatangan-Nya yang kedua kali sudah dekat.

Ia berkata, “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.” (Mat. 24:36). Hanya Allah yang tahu hari dan saat kedatangan Kristus yang kedua kali (Kis. 17:31).

Jadi, kedatangan Kristus tidak akan terjadi selama pengepungan kota itu, juga tidak pada saat kehancuran-Nya, tapi sesudahnya. Berapa lama “sesudah siksaan itu” hingga sebelum kedatangan Tuhan dan akhir zaman, Kristus tidak mengatakannya; demikian juga Alkitab.

Perumpamaan yang dibentangkan Yesus mengenai kedatangan-Nya yang kedua kali hanya menekankan agar setiap orang mempersiapkan diri, bukan tentang hari kedatangan-Nya: Bahwa hamba itu harus melakukan kehendak tuannya setiap saat kalau-kalau tuannya kembali pada saat yang tak diduga-duga dan mendapatinya tanpa persiapan (ay. 41-51).

Kemudian dua perumpamaan dalam pasal selanjutnya – Sepuluh Anak dara dan Talenta. Satu-satunya poin yang ditekankan dalam pelajaran itu adalah murid-murid-Nya harus selalu berharap dan siap sedia pada kedatangan-Nya yang kedua kali.

Perumpamaan tentang Pohon Ara, dalam pasal 24, dibentangkan untuk mengilustrasikan kehancuran Yerusalem. Dalam perumpamaan itu Ia menunjukkan bahwa sama seperti pohon ara yang mulai bertunas suatu pertanda musim panas sudah dekat; kehadiran pasukan Romawi di Yudea menjadi suatu pertanda kehancuran Yerusalem sudah dekat. Sebaliknya dikatakan tentang kedatangan-Nya yang kedua kali tidak akan diawali oleh pertanda apa pun.

Maka, dari pernyataan-pernyataan Yesus ini, seseorang bisa mengerti dengan jelas adalah tidak mungkin, dari berbagai-bagai nubuatan dalam Alkitab, untuk memprediksi tahun kedatangan Tuhan. Lebih lanjut ia bisa melihat betapa bertolak-belakangnya pemahaman bahwa Tuhan akan “datang” pada akhir “siksaan yang dahsyat” itu.

Dewasa ini, banyak pemeluk agama yang, kendatipun peringatan yang jelas ini telah Yesus sampaikan kepada murid-murid-Nya, dipenuhi dengan kekaguman kepada pendeta yang berkhotbah dan sok tahu seperti orang terpelajar mengenai “tanda-tanda akhir zaman.” Pendeta itu berusaha menunjukkan kepada audiensnya tentang perang yang mengerikan, gempa bumi dahsyat atau kelaparan hebat itu, “sesuai dengan nubuatan,” adalah suatu pertanda kedatangan Yesus segera.

Namun Yesus telah menekankan bahwa tak seorang pun yang tahu mengenai waktu atau harinya, itu akan terjadi pada waktu manusia tidak lagi memikirkannya. (Mat. 24:44) Meskipun waktu kedatangan-Nya tidak pasti, kapan, namun kedatangan Kristus yang kedua kali itu pasti.

IV. Ketika Yesus Datang, Bumi akan Hilang Lenyap, Orang-orang Mati Bangkit, dan Dunia Dihakimi.
Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kedatangan Kristus juga dinyatakan dengan jelas dalam Kitab Suci, yaitu:
(1) Akhir dunia, ketika bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. “Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik ... hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” [Ayat ini terkadang dianggap telalu dibesar-besarkan, namun di zaman Bom Atom dan Hydrogen sekarang hal tersebut nampaknya tidak terlalu sulit untuk dipahami karena semua orang tahu bagaimana nubuatan-nubuatan ini akan benar-benar nyata].
(2) Kebangkitan semua orang mati dengan serentak, baik orang saleh maupun jahat. “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” (Yoh. 5:28-29). Bandingkan juga dengan kitab 1 Kor. 5:22-24, 52).
(3) Penghakiman terakhir bagi semua manusia, baik orang benar maupun orang fasik. “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing ....” (Mat. 25:31-32). “... Kristus Yesus ... akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati. (2 Tim. 4:1). (Why. 20:11-12).

Ayat-ayat di atas dengan jelas menghubungkan akhir zaman, kebangkitan orang-orang mati secara menyeluruh dan penghakiman terakhir dengan kedatangan Kristus yang kedua kali. Meskipun waktu kedatangan-Nya itu tidak diungkapkan kepada manusia, namun Ia mengatakan Ia pasti akan datang kembali untuk membangkitkan orang-orang mati, baik itu orang saleh maupun orang fasik, serta untuk menghakimi seluruh umat manusia.

A. Kristus Tidak Akan Mendirikan Kerajaan Duniawi
Bila Ia datang kelak, Ia tidak bermaksud untuk mendirikan kerajaan duniawi di muka bumi ini dan memerintah atasnya. Alkitab mengatakan bahwa Kristus adalah Raja saat ini (1 Tim. 6:15). Kerajaan-Nya di muka bumi ini adalah Gereja (Mat. 16:18 19), namun “itu bukan dari dunia ini.” (Yoh. 18:36). Orang Kristen yang mula-mula telah memasuki Kerajaan itu. (Kol. 1:13, 14; Ibr. 12:28; Why. 1:9).

Dengan membandingkan kitab Markus 9:1; Kisah Rasul 1:8 dan Kisah Rasul 2: 14, maka faktanya dapat diketahui bahwa Kerajaan Kristus telah berdiri di muka bumi ini pada hari Pentakosta, setelah kebangkitan-Nya, di kota Yerusalem.

Bilamana Ia datang kelak, Ia akan menyerahkan kekuasaan-Nya dan memberikan Kerajaan itu kepada Allah Bapa (1 Kor. 15:24-26; Kis. 2:29-36; Zakh. 6:12, 13; Ibr. 8:1, 4). Tidak ada catatan dalam Kitab Suci yang mengatakan Kristus akan memerintah dalam sebuah kerajaan duniawi, baik itu sebelum atau sesudah kedatangan-Nya yang kedua kali.

Jadi, doktrin “Kerajaan Kristus Seribu Tahun” itu mesti ditolak karena itu ajaran palsu. Pengajaran itu hanya berdasarkan interpretasi yang salah akan simbol-simbol dan bahasa kiasan yang terdapat dalam kitab Wahyu 20:1-7. Pengajaran itu benar-benar kontradik dengan kitab suci.

Ayat-ayat dalam Wahyu 20:1-7 tidak menyebutkan: (1) Kedatangan Kristus yang kedua kali, (2) Kebangkitan secara jasmani, (3) Semua orang benar, (4) Berkuasa di muka bumi ini, (5) Kristus di muka bumi ini, (6) Jangka waktu Kristus berkuasa, atau (7) Yerusalem sebagai pusat pemerintahan dan Kristus sebagai raja.

Yohanes hanya berkata, “Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun ... Inilah kebangkitan pertama.” (ay. 4, 5). Tidak ada disebutkan “di muka bumi ini” dalam ayat tersebut. Faktanya, Tuhan tidak akan benar-benar menjejakkan kaki-Nya di muka bumi ini lagi sebab pada saat kedatangan-Nya kelak bumi akan hilang lenyap (2 Pet. 3:10), dan orang-orang saleh akan “menyongsong Tuhan di angkasa.” (1 Tes. 4:17).

Jadi, kitab suci mengajarkan Kristus mulai berkuasa di bumi ini pada hari Pentakosta dan akan terus memerintah hingga akhir zaman, saat Ia datang kembali. Menerjemahkan kerajaan seribu tahun Kristus memerintah di bumi ini secara literal merupakan sebuah kemustahilan, sebab dispensasi kekristenan (Injil) adalah dispensasi yang terakhir. (Kis. 2:47). Tidak ada lagi zaman duniawi setelah zaman kekristenan sekarang. “Masa seribu tahun” terjadi sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali, pada akhir zaman. Karena itu, “kebangkitan yang pertama” itu harus diartikan secara rohani, maksudnya kebangkitan.

Tidak ada ayat dalam Alkitab yang mendukung doktrin Kristus akan memerintah selama seribu tahun di bumi ini. Kitab Suci mengajarkan bilamana Kristus datang:
(1) Zaman akan berakhir,
(2) Semua orang mati akan dibangkitkan pada saat yang sama,
(3) Akan ada penghakiman yang terakhir,
(4) Kekekalan akan mulai.

Wahyu 20:2-6 adalah simbol dan harus diartikan selaras dengan ayat lainnya khususnya yang berbicara mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali, kebangkitan dan penghakiman. Doktrin masa kerajaan seribu tahun bertentangan dengan ayat-ayat Alkitab. Akar kesalahannya adalah karena menafsirkan kitab Wahyu secara harafiah atau literal.

Wahyu 20:1-6 adalah sebuah simbol-gambaran kebangkitan kekristenan –kemenangan orang-orang yang teraniaya. Orang Kristen saat ini hidup pada zaman “Seribu Tahun” dan Kristus memerintah dalam hati orang Kristen dan gereja.

Karena itu, “Kebangkitan yang pertama” itu bersifat rohani. Alkitab mengatakan tentang kebangkitan orang-orang (bersifat spiritual) dalam bahasa figuratif dan juga literal (jasmaniah). Lihat catatan Yoh. 5:25; Rom. 6:4; Yehz. 37:1-14; Malk. 4:5; Mat. 11:11-14; Mark. 9:11-13; Luk. 1:17. Jadi, doktrin premilenialisme itu doktrin palsu, sebab Kristus memerintah saat ini.

B. Penghakiman Akan Menjadi Suatu Hari yang Besar
Sesudah kedatangan-Nya dan kebangkitan orang mati, Ia akan menghakimi semua umat manusia, termasuk orang-orang yang dibangkitkan dari kematian dan juga yang masih hidup pada saat Ia datang. Alkitab dengan jelas mengajarkan kelak akan ada hari penghakiman.

Dibandingkan dengan topik-topik lainnya, pengajaran yang dikhotbahkan yang berbicara tentang kedatangan Kristus yang kedua kali, kebangkitan orang-orang mati dan penghakiman terakhir sangat minim. Namun, subjek yang paling sering diberitakan oleh para nabi, rasul-rasul dan Kristus adalah tentang akhir zaman dan penghakiman terakhir. Subjek tersebut perlu dipikirkan dengan serius karena melibatkan tanggung-jawab.

Daniel Webster pernah ditanya, “Apakah hal yang paling serius yang pernah berkecamuk dalam pikiranmu?” Ia menjawab, “Tanggung-jawab pribadi saya kepada Allah.”

Penghakiman bagi semua manusia, pasti. Hidup ini diselubungi dengan ketidakpastian; tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Satu hal yang pasti, kita semua akan menghadap takhta pengadilan Yesus. “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,” (Ibr. 9:27). Seorang pun tak kuasa membatalkan janji ini.

Semua orang akan berkumpul di sana; yang masih hidup, yang sudah mati, dari segenap penjuru bumi dan dari sejak zaman Adam hingga saat kedatangan Tuhan. Orang-orang besar, kecil, saleh, jahat, kaya, miskin, yang bijak dan yang tidak bijak, semua ras dan bahasa, akan menghadap takhta putih agung.

C. Allah Akan Menghakimi Dunia Melalui Kristus
Kristus, akan menjadi hakim kelak. Kehormatan untuk menghakimi orang yang masih hidup dan sudah mati telah dianugerahkan kepada-Nya, dan di hadapan penghakiman-Nya semua orang harus berdiri (Yoh. 5:22, 27; Kis. 17:31; Mat. 25:31, 32).

Yesus memberikan sebuah gambaran suasana penghakiman pada saat Ia menggambarkan diri-Nya seperti seorang gembala, dan memisahkan orang-orang seperti domba-domba dan kambing. “Dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan... Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya ... Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (Mat. 25:33-46).

Sang Juruselamat dunia itu memenuhi syarat untuk menjadi Hakim pada akhir zaman nanti sebab Ia sempurna, dan tahu segala perbuatan dan pikiran manusia. Kristus tahu apa yang ada dalam hati manusia (Yoh. 2:24, 25); tidak ada satu makhluk pun yang tersembunyi dari pandangan mata-Nya (Ibr. 4:13; Ams. 15:3). Ia juga punya rasa simpati karena Ia pernah hidup di bumi ini, kepada orang yang selalu bermurah hati Ia akan bermurah hati dengan keadilan dan kebenaran yang sempurna.

D. Setiap Orang Akan Mempertanggungjawabkan Kehidupannya
Yang akan menjadi dasar penghakiman adalah perbuatan, perkataan dan pikiran manusia. Pada hari penghakiman nanti, buku kehidupan manusia akan dibuka, seluruh perbuatannya akan diungkap dan setiap orang akan mempertanggung-jawabkan apa yang telah diperbuatnya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya, baik ataupun jahat (2 Kor. 5:10). (Mat. 16:27).

Setiap perbuatan akan diungkap, bahkan hal-hal yang tersembunyi dan tak terlihat, entah itu baik, entah itu jahat, akan diperlihatkan. “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.” (Pengk. 12:14). Pada hari penghakiman nanti semuanya akan ketahuan. (Matius 12:36-37). Allah tidak hanya mencatat segala perbuatan manusia, tapi juga perkataannya. (Malk. 3:16; Ef. 4:29).

Sang Hakim Agung tidak hanya akan menuntut pertanggungjawaban atas perbuatan dan perkataan jahat, tapi juga “... apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.” (1 Kor. 4:5) Ia akan menghakimi “segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia.” (Rom. 2:16).

Bisa saja dosa dan kejahatan yang dilakukan dalam dunia ini ditutup-tutupi, seperti yang dilakukan banyak orang, namun pada hari penghakiman yang besar itu nanti semuanya akan dibuka, dan semua manusia, masing-masing, akan menghadapinya.

E. Firman Akan Menghakimi Manusia
Manusia akan dihakimi selaras dengan hukum Allah. Ini kita pelajari dari penglihatan Yohanes tentang penghakiman (dalam Wahyu 20:12) dan dari firman Kristus, “Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.” (Yoh. 12:48). Pada akhir zaman nanti semua akan dihakimi, bukan dengan ajaran dan dogma manusia tetapi dengan firman Allah.

Faktanya, yang akan menjadi dasar apakah seseorang itu berkenan kepada-Nya adalah imannya dalam Kristus Yesus yang dimanifestasikan melalui ketaatannya pada kehendak Tuhan dan sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ia miliki. (Ibr. 5:8; Mat. 7:21-27; 12:41, 42; 25:15, 35-45; Why. 2:12, 12, Luk 10:12-14; 12:47).

Setiap orang, pada hari penghakiman nanti, akan mendengar penghukuman akhir, dari Allah, untuk jiwanya: kebahagiaan yang kekal atau siksaan yang abadi. Sebagaian orang akan menang bersama dengan orang-orang yang berbahagia, sementara yang sebagian lagi akan binasa bersama-sama dengan orang yang dihukum.

Saat itu, kelak, orang baik dan jahat akan dipisahkan selamanya. Hukuman yang diberikan tidak akan pernah surut. Pada hari penghakiman, setiap orang, seperti yang dikatakan tentang Yudas, akan pergi ke “tempat yang wajar baginya,” (Kis. 1:25), tempat yang telah ia tentukan sendiri baginya melalui pilihan dan perbuatan-perbuatannya dalam hidupnya; dan di tempat itu ia akan tinggal selama-lamanya. Karena itu, semua orang, pada saat yang sama, akan diberi upah atau dihukum ... pada hari terakhir nanti. (Yoh. 6:39, 40, 44; 12:48; Yudas 14, 15; Gal. 6:7, 8).

Dalam Matius 25:31-46 disebutkan dengan jelas: (1) Waktu penghakiman –pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali; (2) Hakimnya –Yesus Kristus; (3) Yang akan dihakimi –semua bangsa; (4) Hukuman yang akan diberikan –masuk ke tempat hidup yang kekal, atau ke tempat penghukuman.

V. “Bersiaplah untuk Bertemu Dengan Allahmu.”
Pemisahan yang paling menyedihkan akan terjadi ketika seseorang dipisahkan masuk ke dalam penghukuman yang kekal. Orang-orang yang satu keluarga akan dipisahkan, tidak akan pernah bertemu lagi. Akan tetapi, Allah tidak menghendaki satu orang pun binasa. Ia menghendaki semua orang sampai kepada pertobatan, dan Ia, oleh anugerah-Nya, memungkinan dosa manusia diampuni melalui penumpahan darah Yesus Kristus. (Ef. 2:8, 9; Mark. 16:16; Kis. 2:38).

Ketika seseorang, oleh ketaatannya, bersalutkan darah Kristus, maka dosa-dosanya diampuni, tidak akan disebutkan lagi oleh Hakim pada saat penghaliman nanti, karena Allah telah berfirman, “Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.” (Ibr. 8:12).

Menunda-nunda untuk menaati Injil sangat berbahaya (2 Tes. 1:7-9). Hari ini adalah hari keselamatan itu. Hanya dengan menjadi orang Kristen yang setialah seseorang itu selalu siap sedia pada kedatangan Kristus yang kedua kali. Orang-orang yang belum mempersiapkan diri harus mempersiapkan diri, sekarang, untuk bertemu dengan Allah pada hari penghakiman nanti.

“Hai jiwa-jiwa yang bersikap masa bodoh, dengarkanlah peringatan ini,
Karena hidupmu akan segera berlalu,
Oh betapa menyedihkannya menghadapi penghakiman,
Tanpa persiapan untuk bertemu dengan Allahmu.” –J. H. Stanley

* Misionaris, telah memberitakan Injil hampir di 70 negara,
Pembicara di berbagai Seminar, Guru Alkitab,
tinggal di Amerika.


(Alih Bahasa dan diedit seperlunya oleh: Marolop Simatupang)

Mengapa Perempuan Tak Diizinkan Memimpin Kebaktian Umum

“Mengapa Perempuan Tak Diizinkan Memimpin Kebaktian Umum?”
Oleh: Clem Thurman

Yesus Kristus tentunya tidak berprasangka buruk terhadap kaum perempuan, demikian juga para rasul yang dipimpin oleh Roh Kudus yang Ia utus untuk memimpin mereka ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Yesus berdoa kepada Allah Bapa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yoh. 17:17).

Firman yang sama juga menyatakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang akan melayani sebagai “penatua-penatua ... diaken-diaken dan ... gembala-gembala.” (Ef. 4:11;1 Pet.5:1-3; 1 Tim. 3:1-7; Tit. 1:5-11). Salah satu syaratnya adalah “suami dari satu isteri.” (1 Tim. 3:2; Tit. 1:6). Itu yang dikatakan Firman Tuhan. Apakah kita akan mengabaikan hal itu?

Menempatkan atau mengangkat seseorang yang tidak memenuhi syarat dalam sebuah tugas atau pekerjaan bukanlah suatu sikap menunjukkan hormat. Saya tidak pernah ditunjuk untuk menjadi Sekretaris Negara atau duduk di kursi Makamah Agama. Saya juga tidak pernah diangkat menjadi kepala dokter bedah di sebuah rumah sakit ternama. Namun itu bukan berarti saya tidak dihargai sama sekali sebab saya tidak memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan pada posisi yang disebutkan di atas.

Itu juga tidak lantas membuat saya inferior dibandingkan dengan mereka yang memenuhi syarat pada pekerjaan tersebut. Itu hanya mengindikasikan bahwa kita melayani sesama di bidang yang berbeda. Akankah kondisinya lebih baik bila standar-standarnya direndahkan supaya penginjil seperti saya bisa mengoperasi pasien yang dalam kondisi sekarat? Itu bukan hanya suatu penghinaan bagi profesi kedokteran sebab saya tidak memenuhi syarat melakukan pekerjaan seperti itu.

Demikian juga, mencoba meninggikan seseorang dengan merubah peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah merupakan suatu sikap tidak hormat pada gereja dan Tuhan yang telah membuat peraturan tersebut, yang mendirikan dan memerintah gereja melalui Firman-Nya. Dan salah satu peraturan yang disebutkan dalam Kitab Suci adalah bahwa perempuan tidak diizinkan memimpin dalam ibadah atau kebaktian umum.

Akan tetapi perlu diperhatikan meski dilarang oleh Kitab Suci, kaum perempuan bukanlah “anggota kelas dua” dalam Gereja yang didirikan oleh Yesus. Rasul yang diilhami itu dengan jelas menulis, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Gal. 3:28).

Namun setara bukan berarti semua punya tugas dan pekerjaan yang sama. “Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota … Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya … Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh … Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat.” (1 Kor. 12:14, 18, 20, 29).

Tidak semua anggota jemaat memenuhi syarat pada semua kategori pekerjaan-pekerjaan gereja, namun hal itu tidak lantas membuat mereka menjadi “anggota kelas dua.” Masing-masing adalah anggota dalam tubuh seperti yang ditetapkan oleh Yesus. Ada tugas dan pekerjaan yang harus dikerjakan dan masing-masing telah diberkati dengan karunia-karunia yang berbeda-beda agar tugas itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, karena tiap-tiap anggota memiliki karunia-karunia yang berbeda, apakah itu berarti Allah memandang rupa?

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah telah memberikan Yesus Kristus kepada Jemaat “... sebagai Kepala dari segala yang ada, Jemaat yang adalah tubuh-Nya…” (Ef. 1:22-23) Atas dasar itu, Yesus berfirman, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Mat. 28:18)

Yesus yang sama juga berfirman, “Aku akan mendirikan JemaatKu.” (Mat. 16:18). Ia mendirikan gereja-Nya, lalu mengajarkan segala rencana-Nya dan peraturan dalam Firman-Nya. Ia menetapkan bagaimana peraturan-peraturan itu diajarkan dan juga tentang pemerintahan dalam gereja-Nya. Tuhan tidak pernah bertanya kapada manusia apa yang disukai oleh manusia itu, demikian pun hingga saat ini.

Ia memerintahkan manusia, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Mark. 16:15). Dalam surat kiriman Paulus, Allah berfirman, “Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.” (1 Kor. 14 :34). Itulah keinginan dan pengajaran Allah yang terdapat dalam Firman-Nya yang telah Ia ilhamkan.

Setelah Paulus, di jemaat-jemaat lokal, mengajarkan bahwa setiap orang dapat berdoa (dan mengajar) kemudian ia menulis, “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.” (1 Tim. 2:11-12). Perhatikan kembali, itulah yang difirmankan Allah, itu bukan kata-kata manusia. Sebab apa yag ditulis Paulus bukan doktrin atau pengajaran manusia, tetapi “memang sungguh-sungguh demikian--sebagai firman Allah” (1 Tes. 2:13).

Frasa “memerintah atas laki-laki” mengandung arti berkuasa atas laki-laki, dan ketika perempuan mengambil alih kepemimpinan baik untuk mengajar (berkhotbah) atau pun menjadi pemimpin dalam pertemuan-pertemuan umum jemaat maka itu sudah menabrak batasan-batasan yang ditetapkan Kitab Suci.

Mengapa kaum perempuan tunduk di bawah kepemimpinan kaum Adam karena Kitab Suci menegaskan bahwa “Karena suami (laki-laki) adalah kepala istri (perempuan) sama seperti Kristus adalah Kepala jemaat...” (Ef. 5:23). *Note: Kata laki-laki dan perempuan dalam kurung hanya tambahan belaka).

Perlu digarisbawahi bahwa kaum perempuan diperintahkan untuk tidak berkhotbah atau mengambil alih pimpinan dari laki-laki dalam pelayanan umum (ibadah) bukanlah suatu sikap radikal yang didukung oleh “gereja saya” (jika saya pemilik gereja!) tetapi itulah yang Tuhan kehendaki yang dituliskan rasul-Nya dalam Firman-Nya. Apakah kamu mau berdebat dengan Tuhan?

Gereja tidak pernah melarang perempuan berdoa dalam ibadah. Seluruh jemaat harus berdoa ketika seseorang memimpi mereka dalam doa. Namun, seperti yang dinyatakan ayat di atas, perempuan tidak diizinkan untuk memimpin dalam ibadah umum.

Kaum perempuan masih tetap bisa berkarya dalam gereja-Nya, mengajar kaum perempuan dan sekolah minggu serta melakukan penginjilan. Ada contohnya dalam (Kis. 18:24-26). Priskila dan Akwila, ketika melihat Apolos mengajar namun apa yang diajarkannya itu tidak tepat, “mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.” Apolos mengajar di depan umum, dalam perkumpulan. Namun Priskila tidak mengajarnya di depan umum itu, ia menunggu sampai Apolos selesai mengajar, lalu kemudian bersama suaminya mengajar Apolos secara pribadi.

Rasul Paulus menyebutkan nama dua orang perempuan, Euodika dan Sinthike, dan menasihatkan, “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens …” (Filp. 4:3).

Kedua pelayan yang saleh itu bukanlah “anggota kelas dua” dalam gereja-Nya. Kalau perempuan boleh memimpin dalam ibadah umum, maka Tuhan tentu tidak akan melarangnya. Namun dalam ayat-ayat kitab suci Tuhan maupun Rasul-Nya tidak pernah menempatkan perempuan untuk memimpi dalam ibadah umum gereja. Kitab Suci dengan jelas berkata “tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengajarkan memerintah laki-laki.” (© GOSPEL MINUTES, Vol. 41, No. 6, FEB. 7, 1992).