Selasa, 12 Mei 2009

Menggunakan Akal Sehat

Oleh Jon Runtu Ropelemba*

Rasul Paulus berkata “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Di sini Paulus menekankan pentingnya suatu pengertian yang baik untuk mengerti atau memahami “Kehendak Tuhan”. Dengan kata lain, setiap orang harus menggunakan “Akal Sehat” agar dapat mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya.

Salah satu musuh Alkitab yang paling berbahaya adalah pelajar Alkitab yang menggunakan akal sehat/pemikiran yang miskin. Kita perlu sadari bahwa Kitab Suci berbeda dengan buku-buku yang lain, sebab Alkitab diwahyukan Allah.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pemahaman yang tepat dan benar dalam memahaminya, sehingga seseorang itu dapat melakukan perintah Allah dengan benar dan jiwanya selamat. Alkitab harus dipahami dengan menggunakan logika dan akal sehat sebagaimana buku-buku atau tulisan-tulisan yang lain.

Kadang-kadang pemikiran manusia itu disalahgunakan dan seringkali hal itu menjadi dewa seseorang. Dengan kata lain pemikiran itu digunakan sebagai satu-satunya patokan dan mengabaikan faktor yang lainnya.

Sekarang, bagaimanakah penggunaan pemikiran yang baik dalam subjek ini? Melalui daya pemikiran, kita dapat:

(1) Menentukan berdasarkan bukti-bukti bahwa Alkitab adalah Firman Allah,

(2) Gunakan daya pikir ini untuk mengerti Firman Allah.

Jangan pernah menggunakan pemikiran untuk menciptakan suatu agama, tetapi gambarkan agama itu melalui pemikiran kita dalam bentuk yang sebenarnya.

APAKAH PEMIKIRAN YANG BAIK? PIKIRAN SUKAR DIJELASKAN

Pada dasarnya pemikiran yang baik adalah suatu aktifitas mental dimana seseorang akan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk melihat bagaimana fakta-fakta itu saling berhubungan, kemudian mengambil gambarannya yang benar dan akhirnya dapat mengambil kesimpulan yang benar.

Kita perlu melakukan hal ini dalam kehidupan kita setiap hari. Jika kita melanggar prinsip-prinsip logika dan akal sehat dalam politik, bisnis atau dalam hal-hal lainnya, maka akan terjadi suatu kekacauan yang dapat mengakibatkan kehancuran. Hal yang sama akan terjadi dalam kita mempelajari Alkitab. Maka dari itu, sangat penting bagi seorang pelajar untuk belajar seni akal sehat.

Firman Allah berkali-kali mengatakan bahwa manusia gampang tertipu, Matius 24:5; 1 Korintus 3:18; 2 Petrus 2:1-3; Epesus 5:6; 2 Tesalonika 2:3. Untuk itulah manusia itu perlu berhati-hati.

Seni pemikiran yang baik adalah suatu kualifikasi alami dan harus dipahami dan dikembangkan. Itu dapat dilakukan dengan meluangkan waktu/kesempatan untuk mempelajari aturan-aturan logika, kemudian melakukan observasi dan disiplin pribadi. Namun seseorang itu harus rendah hati dan mau belajar. Beberapa tindakan ini akan banyak membantu dalam memahami dan mengembangkan seni pemikiran yang baik.

Ingat sebuah pepatah yang mengatakan: Jangan terlalu sibuk memotong kayu dengan gergaji sehingga kamu tidak ada waktu untuk mengasah mata gergaji itu. Pertimbangan yang baik dapat bertumbuh; karena itu, dia perlu diperhatikan dan dipelihara.

KELEMAHAN-KELEMAHAN PEMIKIRAN

Pemikiran mempunyai beberapa kelemahan, dan itu merusak pemikiran itu sendiri. Seringkali Firman Allah itu disalahgunakan, diabaikan, disalahmengerti dan salah mengajarkannya. Nah, ini semua diakibatkan oleh pemikiran rusak seseorang akibat kelemahan-kelemahan dari pikiran itu sendiri. Mari kita lihat beberapa kelemahan-kelemahan pemikiran yang sering menjangkiti pemikiran manusia.

1. Prejudice

Prejudice adalah suatu sikap prasangka dan memihak, yang kadang-kadang merasuki pikiran manusia; tidak ada seseorang yang lepas dari sikap prejudis. Untuk bisa bebas dari sikap prejudis seseorang itu perlu memiliki suatu keinginan yang murni untuk sampai pada kebenaran Firman Allah yang utuh tanpa terpengaruh dengan opini atau diganggu oleh perasaan suka atau tidak suka.

Mengapa seseorang itu bersikap prejudis? Karena terlalu banyak terpengaruh dengan pengalaman pribadi. Cenderung kepada ide-ide yang difavoritkan, seseorang memiliki keinginan yang kurang puas dan sering dikendalikan perasaan.

2. Preconceived Opinion (Pendapat yang Terbentuk Sebelumnya)

Sikap ini berasal dari praktek menganggap sesuatu itu ada atau berasumsi bahwa sesuatu ada meski tanpa bukti dan analisa yang cukup. Kadangkala kita sudah membuat kesimpulan sebelum melihat fakta-fakta dalam Alkitab. Ini praktek yang berbahaya. Hal ini sering mengakibatkan munculnya ide-ide yang salah/palsu, serta merusak pemikiran/sikap seorang pelajar Alkitab.

Hal ini juga menyebabkan sebagian orang membuat ide bahwa Alkitab sebagai pembuktian belaka dan bukan sebagai pengujian. Ini berakibat seseorang mencomot beberapa ayat Alkitab dalam mempertahankan opininya dan mengabaikan ayat-ayat yang kontradiks dengan pendapatnya.

Sikap demikian akan menjadikan Alkitab sebagai cermin dari pandangan-pandangan seseorang seperti halnya orang-orang Yahudi pada zaman Yesus. Berdasarkan opini mereka, yang telah terbentuk sebelumnya, mereka sudah membayangkan seperti apa Mesias itu. Jadi ketika Yesus datang dan menyatakan bahwa Dia adalah Mesias, mereka mengambil ayat-ayat Alkitab untuk menyokong ide mereka tentang Yesus dan tidak mempelajari ayat-ayat itu.

3. Wishful Thinking (Jalan Pikiran yang Lebih Berdasarkan Keinginan daripada Fakta)

Sebagian orang sangat menghendaki sesuatu itu benar supaya mereka percaya dengan pasti bahwa itu benar. Semua orang memiliki keinginan, kehendak dan cinta dan juga perasaan. Tetapi mengharapkan sesuatu itu benar dan bahkan mengulangi beberapa kali tidak lantas akan membuat sesuatu itu benar.

Hal ini sama seperti seseorang yang mengharapkan kekasihnya yang telah mati, dan dengan kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan, lalu dia berharap kekasihnya selamat padahal sang kekasih tidak pernah menaati Injil.

4. Generalization (Penyamarataan)

Ini adalah suatu kesalahan dalam menarik kesimpulan yang cepat dari suatu peristiwa tertentu. Hampir setiap hari hal yang demikian dilakukan. Contohnya, mari kita lihat 1 Timotius 5:23, Paulus berkata, “...minumlah sedikit anggur...” Tanpa mempertimbangkan ayat-ayat ini dan ayat lain yang berhubungan dengan konteks, seseorang langsung dengan cepat menarik kesimpulan dan membuat ajarannya bahwa kita bisa minum-minuman keras.

5. Appeals to Human Authority (Berpegang pada Otoritas Manusia)

Ini adalah suatu praktek mengagungkan nama atau otoritas orang yang populer tanpa menghiraukan kebenaran dan kondisi untuk mempertahankan posisinya. Biasanya sikap ini berat sebelah. Mungkin kita pernah mendengar seseorang yang mempertahankan posisinya dengan menggunakan kata pamungkas, “Ilmu pengetahuan berkata demikian ....” Atau dalam keagamaan, untuk mempertahankan opininya seseorang berkata, “.... pendeta/penginjil saya berkata demikian...”, “Itulah yang diajarkan gereja saya ...” Tidak seorang pun di dunia ini yang bisa menjadi final otoritas selain Allah.

6. Appeals to The Popular (Berpegang pada Kepopuleran)

Ini adalah suatu motifasi yang dikenal dengan istilah “ikut-ikutan”. Kadang-kadang kita mempraktekkan hal ini dalam mempelajari Alkitab. Namun jangan pernah takut untuk berdiri sendiri, berdirilah bagi kebenaran dan jangan terpengaruh.

Akal sehat adalah suatu ability untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Tanpa akal sehat, akan sulit bagi kita untuk membedakan yang salah dan benar. Akal sehat juga adalah suatu kecakapan alami yang ada dalam setiap diri manusia, yang berkembang dengan baik jika dilatih dan dipergunakan dengan baik pula.

Seseorang pernah berkata, “Jika seseorang kurang pengetahuan, dia bisa mendapatkannya dari temannya. Jika seseorang kurang beragama, dia bisa menanyakannya, tetapi jika seseorang tidak berakal sehat, maka dia akan terkatung-katung dalam hidupnya.”

Pernyataaan di atas menunjukkan bahwa akal sehat memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Agar akal sehat kita berkembang dengan baik, hindarilah hal-hal yang dapat melemahkannya. (Sabda Hidup-Jurnal Rohani, Copyright © AASBS, Lampung: 2008)

(Note: telah diedit seperlunya, tidak merubah arti)

Sumber:

Palmer, Robert. How To Understand The Bible, Standard Publishing Cincinnati, Ohio- Sebagai sumber utama penulisan.

*)Penulis adalah salah seorang penginjil di

Gereja Sidang Jemaat Kristus Indonesia