Jumat, 12 November 2010

Di Dalam Iman Yang Melihat (2 Korintus 4:7-5:12)

Surat kedua rasul Paulus kepada jemaat di Korintus menunjukkan peran iman yang memampukannnya untuk memuji “Allah sumber segala penghiburan.” Jika Paulus tidak belajar untuk lebih memercayai mata Allah daripada mata jasmaninya sendiri, ia tidak akan mampu bertahan terhadap arus gelombang rasa sakit dan penderitaan yang kerap menerjang hidupnya. Jika ia berketetapan untuk memercayai apa yang mampu dilihat oleh mata jasmaninya, hidupnya akan dipenuhi dengan keputusasaan. Oleh karena itu, Paulus menulis:

“Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2 Korintus 4:13-18).

Penekanan pada iman yang memberi penghiburan tidaklah berarti Tuhan menginginkan kita untuk membuang akal pikiran, penilaian yang baik dan logika kita. Justru sebaliknya, Tuhan ingin kita mengakkui bahwa lebih masuk akal untuk memercayai Allah yang membangkitkan Kristus dari kematian daripada memercayai apa yang nampak dari keadaan-keadaan kita yang kerap berubah-ubah.

Kita sering lebih bersandar dan mengandalkan apa yang dikatakan keluarga, teman-teman, atau rekan kerja kita, yang menceritakan kepada kita hal-hal yang telah mereka saksikan, tetapi jauh di luar apa yang dapat kita lihat. Namun demikian, kita perlu memercayai Tuhan untuk sesuatu yang hanya dapat dilihat oleh-Nya. Saat kita melakukannya, kita akan bersama Paulus untuk menemukan alasan supaya tidak ”tawar hati.” Apapun yang dinyatakan emosi diri dan keadaan yang kita alami, kita dapat percaya bahwa ...

* Masalah ada hanyalah untuk sementara seperti yang dikatakan Allah;
* Melayani orang lain sangat penting sekali seperti yang dikatakan Allah;
* Kita adalah makhluk abadi seperti yang dikatakan Allah;
* Masa depan kita sangat cerah seperti yang dikatakan Allah.

Paulus tetap memegang teguh imannya di tengah-tengah masa-masa yang paling berat, mengecewakan, dan membingungkan (2 Kor. 4:8-10). Iman tersebut, yang diberdayakan oleh Roh-Nya, memampukan Paulus untuk menjadi pelayan perkasa Allah, gigih dan berani mengahadapi maut seperti yang kita kenal. Roh-Nya tidak hanya menguatkan hatinya, tetapi juga memampukannya untuk dapat membagikan semangat penuh syukur itu kepada orang lain juga (2 Kor. 4:15).

(Adaptasi dari RBC: Menemukan Penghiburan Sejati)

Iri Hati

Iri hati didefenisikan sebagai suatu “Perasaan tidak senag atas keunggulan atau keberuntungan orang lain. Dalam Alkitab sering disebut dengan kedengkian, atau dendam.” (Cruden’s Complete Corcordance)

Iri hati harus dibedakan dari kecemburuan. Kita cemburu atas kepunyaan kita; kita iri kepada kepunyaan orang lain. Cemburu ialah takut kehilangan apa yang dimilikinya; iri

hati adalah sakit hati melihat orang lain punya. (Crabb’s English Synonymus).

Alkitab menempatkan iri hati ke dalam daftar “perbuatan daging.” “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Gal. 5:19-21). Kontras sekali dengan daftar “buah-buah Roh.” (Gal. 5:22, 23). Iri hati merupakan sifat asli Iblis, akar kejahatan.

Dalam kitab Roma pasal 1, iri hati digolongkan dengan keserakahan, kebencian, perselisihan, tipu muslihat, fitnah dan pembunuhan, menjadi salah satu dari dosa-dosa yang membawa pada maut. Dosa-dosa tersebut dikecam oleh Alkitab.

Iri hati sangat merusak kehidupan. Seorang yang iri, akan berusaha merusak kebaikan-kebaikan yang nampak dalam diri orang lain. Irihati membuat orang “merendahkan reputasi baik orang dan memutar-balikkannya ke dalam nama yang buruk.”

Alkitab mengecam sifat iri hati. Salomo mengatakan, “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.” (Ams. 14:30). Iri hati itu seperti penyakit kanker, menggerogoti vitalitas hidup dan jiwa manusia.

Karena iri hati banyak orang melakukan kejahatan besar. Iri hati menyebabkan Kain membunuh Habel, adiknya (Kej. 4:1-8). Karena iri hati sekarang ini beberapa orang berusaha membunuh reputasi atau kebaikan orang lain. Karena iri hati orang Yahudi menyerahkan Yesus agar disalibkan. Pilatus “memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.” (Mat. 27:18).

Karena iri hati-lah sehingga Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya ke perhambaan. (Kej. 34). “... Dan saudara-saudaranya iri hati kepadanya.” (Kej. 34:11). Iri hati membawa orang kepada tindak kriminal, berbuat dosa.

Sifat iri hati harus disingkirkan dari karakter hidup kita. Iri hati akan membuat orang berpusat pada diri sendiri. Iri hati dan sifat mementingkan diri sendiri itu berdekatan. Sebab iri hati merupakan manifestasi sifat mementingkan diri sendiri. Iri hati akan membawa dosa-dosa mendasar lainnya, yang menularkan kejahatan. Sepeti contoh, Kain membunuh Habel, adiknya, awalnya karena iri hati.

Rasul Petrus menasihatkan, “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.” (1 Pet. 2:1). Jangan beri tempat iri hati di hatimu. Tapi milikilah kasih yang sejati. Sebab “kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri.” (1 Kor. 13:5).

Ke Gereja Hari Sabtu?

Oleh Hugo McCord, P.Hd

Banyak orang saat ini menyebut diri mereka orang Kristen tapi beribadah atau pergi ke gereja hari Sabtu. Alasannya, karena Yesus pergi ke rumah ibadah orang Yahudi, menguduskan hari Sabat dan untuk menaati Sepuluh Hukum.

Benar, Yesus adalah “seorang Yahudi.” (Yoh. 4:9), “pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat,” (Luk. 4:16) seseuai dengan perintah ke-empat dalam Sepuluh Hukum (kel. 20:1-7). Namun itu bukan berarti kalau murid-murid Yesus (Kristen) zaman sekarang (Kis. 11:26), apakah itu “orang Yahudi dan orang Yunani” (Rom. 10:12) harus “menguduskan hari Sabat.” (Kel. 20:8).

Saat Yesus mati, “Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya,” (Ef. 2:15), Ia “menghapuskan surat hutang menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.” (Kol. 2:14).

“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat.” (Kol. 2:16).


Dengan demikian, semua peraturan dalam “Sepuluh Hukum,” yang ditulis di atas “dua loh batu,” yang “ditulisi oleh jari Allah” (Kel. 31:18) telah “dibatalkan,” (Ef. 2:15), “dihapuskan” dan “dipakukan dikayu salib.” (Kol. 2:14). Akan tetapi arti sembilan dari sepuluh hukum itu telah “dipindahkan” ke dalam “perjanjian baru” yang diberikan oleh Kristus (2 Kor. 3:6), sebuah “perjanjian yang lebih mulia.” (Ibr. 8:6).



“Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan ... betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh!” (2 Kor. 3:7-8).



Arti sembilan dari sepuluh hukum itu terdapat dalam Perjanjian Baru.

1. Hukum I : Efesus 4:6

2. Hukum II : 1 Yohanes 5:21

3. Hukum III : 1 Korintus 10:31

4. Hukum V : Efesus 6:2

5. Hukum VI : 1 Yohanes 5:21

6. Hukum VII : 1 Korintus 6:9-10

7. Hukum VIII : Efesus 4:28

8. Hukum IX : Efesus 4:15

9. Hukum X : Kolose 3:5


Namun hukum ke-empat (4) tidak digantikan oleh hari “kudus” lainnya. Hari Minggu, hari pertama dalam minggu, adalah hari peringatan khusus, sebab hari pertama itu merupakan hari kebangkitan Tuhan Yesus (Mark. 16:9), dan rupanya disebut “hari Tuhan.” (Why. 1:10), dikhususkan dalam PB bukan agar seperti orang Yahudi yang diperintahkan untuk “menguduskan hari Sabat.”


Tidak Konsisten Dalam Tiga (3) hal:
Orang yang pergi beribadah (ke gereja) pada hari Sabtu dengan argumen karena Yesus juga menguduskan hari Sabat, tidak konsisten dalam tiga (3) hal:

1. Orang yang ke gereja hari Sabtu juga harus mengatakan bahwa bayi laki-laki yang berusia delapan hari harus disunat sekarang, sebab Yesus juga disunat ketika Ia berumur delapan hari (Luk. 2:21). Hukum sunat merupakan salah satu dari hukum yang telah dipakukan “di kayu salib.” (Kol. 2:14). “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.” (Gal. 5:1-3).

“Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.” (Gal. 6:15). Kristus menyunat orang berdosa saat ini, laki-laki dan perempuan.

“Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.” (Kol. 2:11-12).

2. Orang yang ke gereja hari Sabtu harus mengatakan bahwa orang Kristen saat ini harus merayakan Pesta Paskah, (Kel. 12:11, 17, 43), sebab Yesus juga ikut makan roti Paskah (Mat. 26:17-19; Luk. 2:41). Pesta Paskah orang Yahudi merupakan suatu perayaan untuk mengenang pembebasan yang dilakukan Allah terhadap nenek moyang mereka “dari tanah Mesir,” (Kel. 13:18), yang dalam PB ditujukan kepada Kristus, “Anak domba paskah kita,” (1 Kor. 5:7), yang telah membawa kita keluar dari perhambaan dosa (Mat. 26:28). Karena itu, Yesus memerintahkan orang Kristen untuk ambil bagian dalam Perjamuan Tuhan. “Dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (1 Kor. 11:24).

3. Orang yang ke gereja hari Sabtu bukan hanya harus merayakan Paskah, tapi juga harus pergi ke Yerusalem merayakan perayaan itu, sebab Yesus melakukan seperti (Yoh. 2:13). Bahkan orang non-Yahudi mengerti bahwa bagi orang Yahudi “Yerusalem-lah tempat orang menyembah.” (Yoh. 4:24).


Perjanjian dan Wasiat Terakhir-Nya
Yesus menunjukkan bahwa perjanjian dan wasiat terakhir-Nya (Ibr. 9:16) berlaku setelah Ia “mati.” (Ibr. 9:17). Ia mengatakan kepada perempuan Samaria bahwa “... saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yoh. 4:21-24).

Meskipun kota Yerusalem sekarang secara agamawi bukan kota kudus, tapi nama “Yerusalem” lebih bermakna dari pada masa-masa sebelumnya, dan akan tetap ada hingga kekekalan. “Yerusalem baru” sekarang adalah surga, “Yerusalem sorgawi,” (Gal. 4:26), suatu tempat ke mana Yesus telah pergi mempersiapkan: “di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.” (Yoh. 14:1). (The World Evangelistic, Vol. 30, No. 12 July 2002, Florence, Alabama)

___________________________________________________________________

(Alihbahasa dengan adaptasi seperlunya oleh Marolop Simatupang)

Agar Perkawinan Anda Berbahagia

(Penulis, Anonimus)

Saling Menghibur Satu Sama Lain
Sediakan suatu tempat untuk berlindung dan berteduh bagi masing-masing dari udara dingin dunia ini. Perkawinan Anda adalah sebuah hati (sebuah tempat yang hangat) yang daripadanya keluar kedamaian, keharmonisan dan kehangatan jiwa dan raga.

Peduli Sebagaimana Anda Dipedulikan
Hangatkan tubuh dia yang Anda kasihi dengan sentuhan kasih sayang. Ingat seperti bayi bisa meninggal bila kurang sentuhan kasih sayang, demikian juga perkawinan, bila kurang kedekatan, bisa layu.

Jadilah Seorang Sahabat dan Pasangan
Persahabatan bisa menjadi sebuah “pulau” yang penuh kedamaian, tersendiri, dan terpisah dari dunia kekacauan dan pertengkaran. Pantulkan kedamaian bersama teman sejati yang bersamanya Anda bisa saling berbagi demi tahun-tahun yang akan datang, dan waspada akan kemungkinan timbulnya pertengkaran di bawah atap yang sama.

Saling Terbuka Satu Sama Lain
Jangan balut dirimu dalam kerahasiaan yang bisa menimbulkan kecurigaan dan keraguan. Saling terbukalah dan ungkapkan dirimu satu sama lain, seperti bunga mawar yang sedang mekar menyebarkan keharuman dan keindahan.

Saling Mendengarkan Satu Sama Lain
Dan dengarkanlah, bukan hanya kata-kata saja, tapi juga nada suara, suasana hati dan ekspresinya. Belajarlah mendengar untuk mengerti daripada mendengar untuk membantah. Saling menghormati pandangan masing-masing. Ingat, bahwa masing-masing memiliki tubuh dan darah, berhak atas pilihan dan kekurangannya sendiri. Setiap orang adalah pribadi tersendiri dan memiliki hak untuk sejajar.

Biarkan Yang Lain Menjadi Dirinya Sendiri
Jangan menciptakan sebuah karakter yang baru bagi orang lain, yang bisa membuatnya sangat tidak senang dan menderita. Terima orang lain sebagaimana adanya mereka, sebagaimana engkau diterima apa adanya.

Saling Menerima Satu Sama Lain
Ingat, kritik destruktif bisa membuat perpecahan, sementara pujian tulus menguatkan kepercayaan dalam diri masing-masing. Jangan tergesa-gesa menunjukkan kesalahan orang lain, sebab dia akan mengetahuinya segera.

Hargai Perpaduan Anda
Jangan biarkan satu orang pun ada di antara kebersamaan Anda, bukan anak, bukan teman, bukan juga materi. Namun, tetap pelihara jarak yang cukup untuk membiarkan masing-masing menjadi dirinya sendiri dalam keutuhan yang unik.

Saling Mencintai Satu Sama Lain
Cinta adalah sungai kehidupan Anda – Sumber abadi, yang mengibur dirimu sendiri. Di atas semua itu – saling mencintailah satu sama lain.

Dari Mana Kain Mendapat Istri?

Dari Mana Kain Mendapat Isteri?

Ini sebuah pertanyaan yang sering diajukan oleh orang-orang yang tidak beriman dan penganut paham skeptimisme. Beberapa orang bertanya karena memang ingin tahu. Yang lain bertanya karena kekerasan hati mereka. Ada juga yang bertanya dengan maksud untuk menertawakan kekristenan dan Alkitab.

Ada yang memperoleh jawaban terhadap pertanyaan di atas melalui penyelidikan Kitab Suci dan merasa dicerahkan. Sebagian mencari jawaban bedasarkan ketidakpercayaan dan sikap sinisme. Namun, orang yang tulus hati bisa mengalahkan sikap sinisme itu dengan memakai “pedang roh.”

Kitab Kejadian 4:17 mengatakan, “Kain bersetubuh dengan isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh; kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya.” Kitab yang sama mencatat bahwa Kain telah membunuh Habel, adiknya, karena iri hati. Akibatnya, Allah mengutuk Kain dan membuatnya menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi. Lalu Kain menetap di “tanah Nod, di sebelah timur Eden.” (Kej. 4:16). Setelah kematian Habel, Adam dan Hawa kemudian memperoleh anak sebagai ganti Habel, dan diberi nama Set (Kej. 4:25).

Jawaban untuk pertanyaan di atas terdapat dalam Kitab Kejadian 5:4-5. Dalam ayat tersebut disebutkan:
1) Adam masih hidup 800 tahun setelah memperanakkan Set;
2) Adam memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan selain Kain, Habel dan Set;
3) Adam hidup mencapai usia 930 tahun, lalu ia mati.

Adam dan Hawa diciptakan dewasa dan diperintahkan agar “Beranakcuculah dan bertambah banyak.” (Kej. 1:28). Tidak lama setelah diusir dari Taman Eden, mereka memperanakkan Kain dan Habel. Karena Adam telah berumur 130 tahun ketika Set lahir, tidak lama setelah kematian Habel, secara logis kita dapat menarik kesimpulan bahwa Adam dan Hawa memperanakkan anak yang lumayan banyak selama periode yang sangat panjang itu. Juga dalam periode 130 tahun itu keturunan mereka telah berkembang dan bertambah banyak, bisa jadi ratusan, keturunan mereka saling menikah dan melahirkan anak-anak.

Lalu, dari mana Kain mendapat istri? Bukti alkitabiah mengindikasikan Kain menikahi salah seorang dari keluarganya – adiknya atau keponakan perempuannya. Praktek seperti itu sudah jamak terjadi pada masa itu. Seperti Abraham yang menikahi Sara, adik tirinya, dan Nahor, saudaranya yang menikahi keponakan perempuannya, Milka (Kej. 11:29; 20:12).

Kejadian 4:17 juga menidikasikan kemungkinan besar Kain sudah menikah sebelum pergi ke tanah Nod. (*)