Selasa, 08 Februari 2011

Pembelahan Laut Merah (Menurut Hukum Fisika, Terbukti)



“Angin dari timur yang berhembus kencang dikabarkan membantu terbelahnya Laut Merah oleh Nabi Musa seperti yang tertulis pada Kitab Suci Alkitab,” kata para ilmuwan Amerika Serikat, baru-baru ini.

Simulasi komputer memperlihatkan bagaimana angin dapat menghempaskan air laut sehingga mencapai dasar lautan dan membentuk laguna, kata kelompok peneliti di Badan Nasional Penelitian Atmosfir dan Universitas Colorado di Boulder.

Simulasi tersebut hampir cocok dengan bukti pada rombongan Musa,” kata pemimpin penelitian itu, Carl Drews dari NCAR.

Menurut Carl, berdasarkan ilmu fisika, angin dapat menghempaskan air menjadi sebuah jalur yang aman untuk dilintasi karena sifatnya yang luwes, kemudian kembali mengalir seperti semula.

Menurut tulisan dari Alkitab, Nabi Musa memimpin umat Yahudi keluar dari Mesir atas kejaran Firaun pada ±3.000 tahun yang lalu. Laut Merah saat itu terbelah sementara untuk membantu rombongan Musa melintas dan langsung menutup kembali, menenggelamkan para tentara Firaun yang mengejar mereka.

Drews dan kelompoknya meneliti tentang angin topan yang berasal dari Samudera Pasifik menciptakan badai besar yang dapat menghempaskan air di laut dalam.

Kelompoknya menunjukkan kawasan selatan Laut Mediterania yang diduga menjadi tempat penyeberangan itu, dan memaparkan bentuk tanah yang berbeda karena terbentuk setelahnya serta memicu isu mengenai lautan yang terbelah.

Pemaparan tersebut membutuhkan ben-tuk tapal kuda Sungai Nil dan laguna dangkal di sepanjang garis pantai. Hal ini memperlihatkan angin berkecepatan sekitar 101 kilometer per jam yang ber-hembus selama 12 jam, dapat menghempaskan air pada kedalaman sekitar dua meter.

“Laguna itu memiliki panjang sejauh 3-4 kilometer dan lebar sejauh lima kilometer yang terbelah selama empat jam,” kata mereka di dalam Jurnal Perpustakaan Umum Ilmu Pengetahuan, PloS ONE.

“Masyarakat telah dibuat kagum atas cerita pembelahan laut itu, membayangkan bahwa hal itu terjadi secara nyata,” kata Drew menambahkan bahwa penelitian ini menjelaskan tentang pembelahan laut tersebut berdasarkan hukum fisika. (ANTARA/Reuters).

Note: Peristiwa yang dicatat dalam Alkitab adalah nyata, tidak pernah bertentangan dengan sejarah. Hal ini semakin mengukuhkan dan menguatkan bahwa informasi dalam Alkitab bukanlah hasil karangan manusia, tetapi karya dan atas kehendak Tuhan. (MS)

Zakheus, Badan Pendek Namun Semangat Tinggi


“Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: ‘Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus me-numpang di rumahmu.’... Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi kesela-matan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’” (Lukas 19:5, 9, 10).

Mengetahui Yesus masuk ke kota Yerikho dan hendak melintasi kota itu, Zakheus, seorang pemungut cukai, berusaha ingin tahu, ingin melihat orang apakah Yesus itu. Tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak sebab badannya pendek.

Maka berlarilah ia mendahului orang banyak itu, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ. Ia pun dapat melihat Yesus. Yesus mengapresiasi usahanya, dan Ia pun bermaksud hendak menumpang di rumah Zakheus.

Zakheus berhasil mengalahkan rintangan — orang banyak, sebab badannya pendek — agar dapat mengenal Yesus lebih dekat. Zakheus punya determinasi dan kemauan kuat — berlari dan memanjat pohon — agar bisa melihat Sang Penebus itu.

Menunjukkan iman kepada Yesus setiap hari tidak mudah. Menunjukkan kekristenan ke semua orang tidak gampang. Selalu ada rintangan yang merintangi usaha kita. Pertanyaannya bukan apa rintangannya, tapi apakah kita punya kemauan dan kegigihan menunjukkan kekristenan kita setiap hari dan mengalahkan ringangan itu?

Beda orang beda rintangan yang dihadapi. Namun kita semua punya kesamaan, bahwa kita adalah orang Kristen, anggota Jemaat Kristus, yang harus menunjukkan komitmen dan kerja keras kita kepada Tuhan, kepada gereja-Nya. Bahwa kita adalah umat tebusan Allah yang harus menunjukkan determinasi tinggi agar suatu saat kelak berjumpa dengan Yesus di kehidupan yang kekal.

Terkadang kita harus melakukan usaha ekstra keras — seperti Zakheus, yang harus berlari dan memanjat pohon — agar dapat “bertemu” dengan Yesus. Terkadang harus mengeluarkan “energi ekstra” untuk mendapatkan dan mempertahankan keselamatan kita. Kita mungkin harus mengorbankan banyak hal, waktu, tenaga, dan lain-lain agar nama Jemaat Tuhan dikenal dunia.

Sekecil apa pun yang kita kerjakan buat dan dalam nama Tuhan, itu tidak pernah sia-sia. Pengorbanan dan pengabdian kita kepada Tuhan selalu akan berbuah manis. Rasul Paulus menasihatkan, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor. 15:58).

Zakheus memiliki kemauan tinggi untuk bertemu dengan Yesus. Kemauan tinggi seperti ini yang dibutuhkan jemaat Tuhan saat ini. Kemauan untuk memberitakan Injil, kemauan kuat untuk membangun jemaat-Nya agar bertumbuh, kemauan tinggi untuk mempererat persekutuan dalam jemaat.

Badan Zakheus boleh pendek, tapi semangatnya tinggi. Jumlah anggota jemaat Tuhan mungkin tak seberapa, tapi semangat anggota jemaat Tuhan harus besar dan tak terhingga.*)

Hanya Satu ...


Pikirkanlah akan pentingnya SATU.

SATU - bunyi alarm bohongan dapat mengakibatkan kepanikan.
SATU - anak sekolah nakal bisa membuat satu kelas gaduh.
SATU - langkah salah bisa membuat hidup hancur.
SATU - anak tidak dengar-dengaran pada dapat membuat hati seorang ibu sedih.
SATU - kebohongan bisa merusak reputasi dan karakter seseorang.
SATU - pengunjung dibawa setiap anggota jemaat akan membuat jumlah kehadiran berlipat ganda.
SATU - rupiah tambahan persembahan oleh tiap anggota jemaat membuat
pekerjaan jemaat berkembang dengan baik.
SATU - jiwa ditobatkan oleh tiap SATU anggota jemaat tiap SATU tahun
membuat makin banyak jiwa yang selamat.
SATU - pasal Alkitab dibaca tiap hari akan berdampak posotif terhadap
peningkatan pengetahuan akan Alkitab.

Ingatlah, Anda memang SATU. Namun oleh SATU kehadiran, doa, dan kontribusi Anda mampu membuat kemajuan yang signifikan bagi sebuah jemaat lokal.
(The Green Plain Proclaimer, Green Plain Church of Christ, Kentucky)

Alkitab Itu Lengkap dan Final*


(Oleh Alex Daniel)

Catatan penting apa pun, walaupun benar, belumlah lengkap jika tidak disertai dengan informasi yang cukup. Sebuah pesan yang tidak komplit bukanlah sebuah pesan yang jelas. Manusia mem-butuhkan cerita yang lengkap, semua kebenaran yang penting jika tidak maka dia akan salah langkah.

Kalau kita pelajari isi Alkitab, kita akan menemukan thema agungnya, yaitu hubungan ilahi dengan umat manusia dan itu sudah final. Ada kelengkapan dari setiap rencana Ilahi dan akhir dari sejarah panjang umat manusia, yaitu rencana penebusan yang telah digenapi oleh kematian Kristus di kayu salib. Ada pola yang sempurna untuk kehidupan orang Kristen dan kemuliaan lahir dari keselamatan manusia.

Apalagi yang hendak dikatakan? Tidak ada lagi wahyu, apa lagi kita butuhkan? Tidak ada lagi. Sebab Alkitab itu sudah lengkap dan final. Seseungguhnya, Alkitab itu adalah “... Iman yang sudah sekali bagi sekalian dikaruniakan kepada oranng suci.” (Yudas 3). Jadi, Alkitab itu sudah final dan komplit, kita tidak dapat menambah atau mengurangi.

“Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta.” (Amsal 30:6).

“Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari ki-tab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.” (Wahyu 22:18-19).

Semua kebenaran yang ingin Allah sampaikan kepada manusia sudah Ia sampaikan. Segala yang perlu diketahui oleh manusia untuk keselamatan sudah tertulis dalam Alkitab.

Paulus menulis, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Tim. 3:15-17).
(*Sabda Hidup Jurnal Rohani, Edisi Januari-Maret 2008)

Hadapi Teguran

“Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Ams. 27:6)

Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, siapakah sebenarnya orang yang paling baik terhadap kita? Dan model bagaimanakah orang itu? Mungkin pertanyaan ini dijawab dengan jawaban yang cukup beragam bagi setiap orang. Ada yang mungkin menjawab yang terbaik adalah isteri, sahabat, orangtua, bos, dll. Itu jawaban yang baik, tetapi sebenarnya bukan itu jawaban yang terbaik.

Amsal 27:6 berkata bahwa seorang kawan “memukul” kita dengan tujuan baik. Pukulan tersebut berupa kata-kata keras, teguran yang spontan, hardikan, dll. Sehingga orang yang terbaik yang sebenarnya adalah seseorang yang tulus menegur kita karena kesalahan kita. Memang, mungkin saja kita marah ketika ditegur dengan keras, terluka, namun kita harus sadar bahwa itu dilakukan murni dari hati yang tulus yang sangat mengasihi kita.

Orang yang menegur kita adalah orang yang teliti terhadap kehidupan kita. Kalau tegurannya benar berarti dia tahu persis siapa dan bagaimana pribadi kita. Justru kita harus bersyukur masih ada yang memerhatikan tingkah laku dan kekeliruan kita, yaitu dia yang menegur kita!

Namun, adakah kita sebaliknya malah senang dengan seseorang yang kita anggap baik namun tidak pernah menegur kita? Bersikap masa bodoh meski kita telah melakukan suatu kesalahan. Hal ini berbahaya sebab orang seperti bisa dikatagorikan sebagai seorang lawan yang mencium kita.

Namun saat kita ditegur seseorang yang mengasihi kita, kita harus sadar bahwa dia baik dan peduli pada kita. Dia mau kita berubah ke arah yang lebih baik. Jangan melihat dan menanggapinya dengan cara negatif, misalnya merasa direndahkan atau merasa dipermalukan.

Sikap dan respon kita menentukan suasana hati kita setelah ditegur. Respon negatif membuat kita teluka, sikap positif – menerima – dengan sikap dewasa membuat kita makin dewasa. Sebab agar sampai pada kedewasaan itu harus melewati berbagai teguran dan “bantingan.” Jadi, hadapi teguran. (*) /Adaptasi Intimacy.

Hati-Hati Gunakan Lidahmu...

Oleh Timbul MT Sirait,

“Hati-hati gunakan lidahmu. Hati-hati gunakan lidahmu,
Karena Bapa di Surga, melihat ke bawah,
hati-hati gunakan lidahmu!”

Kutipan di atas adalah sebuah syair lagu anak Sekolah Minggu. Kita berpikir ini adalah hanya lagu anak-anak sekolah minggu. Tetapi sebenarnya, lebih dari pada sebuah lagu anak. Lagu di atas mengingatkan kita agar berhati-hati menggunakan lidah.

Kemampuan untuk berbicara adalah sebuah anugerah. Bila seseorang menerima anugerah tersebut maka dia harus menggunakannya secara penuh tanggungjawab. Jika tidak, orang tersebut akan menerima konsekwensi penyalahgunaan kemampuan yang dia miliki untuk berbicara.

Lidah, anggota yang kecil dalam tubuh manusia namun sangat berfungsi dan memiliki kekuatan besar, yang memungkinkan seseorang itu mampu berbicara verbal dengan normal. Lidah akan memampukan seseorang untuk berbicara. Namun bila disalahgunakan, lidah bahkan bisa menghancurkan dunia.

Karena itulah, Yakobus mengatakan, “... lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat me-megahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai selu-ruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri di-nyalakan oleh api neraka.” (Yak. 3:5-6).

Kata-kata yang tidak tekontrol, yang keluar dari mulut kita, bisa berakibat fatal. Dalam ayat di atas Yakobus memberi gambaran bagaiamana lidah itu bisa menghancurkan. Semua binatang liar dapat dijinakkan oleh manusia, namun tak seorang pun yang bisa yang berkuasa menjinakkan lidah. (Yak. 3:7-8).

Berhubungan dengan lidah, perhatikanlah beberapa hal berikut:
1. Lidah adalah alat komunikasi yang dipakai manusia.
2. Lidah akan menjadi alat yang kuat bila dipergunakan dengan semestinya.
3. Kita memakai lidah untuk mendekatkan diri kita kepada Allah melalui doa
4. Kita memuliakan Allah dalam nyanyian melalui lidah.
5. Kita memakai lidah untuk mengajar dan memberitakan firman. Komunikasi yang keluar dari mulut kita, seharusnya, “perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
6. Saran yang diberikan Yakobus untuk membantu kita menjaga lidah adalah dengan lambat berkata-kata, agar peribadatan kita tidak sia-sia.
7. Banyak masalah yang muncul karena lidah yang tak terkontrol, dan Yakobus telah menunjukkan betapa sangat menghancurkannya lidah yang tidak dikontrol.

Untuk itu kita perlu belajar mengendalikan lidah kita. Jika gagal memeliharanya, lidah bisa melukai. Yakobus juga mengatakan, “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.” (Yak. 3:9-10).

(Belajar Dari Kitab Yakobus)

Menjadi Dekat Oleh Darah Kristus

Oleh Marolop Simatupang

Rasul Paulus menulis, “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’ sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus.” (Efesus 2:13)

Inilah unsur yang paling agung, yang membuat semua bangsa bisa menjadi bangsa yang “dekat” kepada Allah. Rasul Paulus menambahkan, “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengam-punan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Efesus 1:7).

Berkat darah Yesus, semua manusia bisa dekat kepada Allah. Darah binatang yang dikorbankan di atas mezbah orang Yahudi hanya untuk orang Yahudi. Imam besar di bawah Hukum Taurat hanya untuk ke-12 suku Israel. Tapi darah “Anak Domba Allah” itu untuk semua bangsa.

Kuasa darah Yesus melintasi suku, ras dan golongan bangsa. Ia adalah Imam Mahabesar yang melintasi segala langit (Ibr. 4:13). Darah-Nya memungkinkan semua bangsa menjadi umat yang dekat kepada-Nya.

Penebusan oleh darah-Nya membuka pintu sehingga semua orang dapat masuk. Kematian-Nya men-ciptakan perdamaian, merobohkan tembok pemisah (Ef. 2:14) dan menjadi satu dalam tubuh-Nya.

Frasa ”Di dalam Kristus Yesus” dan “Oleh Darah Kristus” perlu disimak lebih cermat lagi. Yesus membuat perdamaian universal, antara manusia dengan Allah. Tapi tidak secara otomatis, begitu saja tercipta perdamaian antara manusia dengan Allah. Agar perdamaian itu diperoleh, manusia harus datang dan menaati firman-Nya. Kitab Suci menegaskan bahwa “...Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya” (Ibr. 5:9).

Sesungguhnya, Allah tidak menjauh dari kita, dan “Ia tidak jauh dari kita masing-masing” (Kis. 17:27). Tidak juga membentingi diri-Nya dengan protokol yang amat rumit. Sejujurnya, manusialah yang menjauhkan diri dari Allah (Yes. 59:1-3). Sang Khalik menghendaki semua bangsa menjadi umat-Nya. Betapa indahnya bila masing-masing orang Kristen memberitakan penebusan oleh darah Yesus dan mendorong orang agar dekat kepada-Nya!

Orang tidak mengenal Allah yang benar, hidup tanpa tanpa pengharapan, bahkan hidup tanpa Allah di dalam dunia ini. Sekarang, semua orang yang taat kepada-Nya dibawa mendekat dan mengenal Allah melalui Yesus. Darah-Nya membawa kita ke dalam persekutuan yang indah dengan Allah.

Sebagaimana orang Yahudi menghampiri Allah dengan darah korban binatang yang mereka persembahkan, kita sekarang boleh menghampiri-Nya oleh darah suci Kristus Yesus, yang telah berkorban untuk dosa dunia.

“Dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal”. (Ibrani 9:12).

ORGANISASI GEREJA PERJANJIAN BARU (PB)

ORGANISASI GEREJA PERJANJIAN BARU (PB)
Oleh Samuel B. Obeng

Gereja Perjanjian Baru (PB) tidak diperintah oleh suatu dewan, sinode atau dewan konferensi. Organisasinya sebagai berikut:

 Kristus adalah Kepala Gereja. Tidak seorang manusia pun dapat mengaku sebagai kepala gereja. Bukan paus kepala gereja. Tidak ada istilah paus dalam PB.

 Penatua-penatua. Para penatua diangkat untuk mengawasi masing-masing jemaat (tidak lebih dari satu). Alasannya, karena tiap-tiap jemaat adalah otonom. Kita tidak menemukan ada penatua suatu jemaat mengawasi atau bertindak untuk jemaat lain. Sebelum diangkat, para kandidat harus memenuhi syarat-syarat. (1 Tim. 3:1-7).

 Diakon. Anggota jemaat yang memenuhi syarat diangkat khusus untuk melayani jemaat. Mereka berada dibawah para penatua (1 Tim. 3:8-13).

 Penginjil atau Pengkhotbah. Yaitu orang yang berkhotbah atau memberitakan Injil Kristus. Penginjil tidak pernah disebut Pastor atau Reverend. Kata “Reverend” (disingkat Rev.) dipakai hanya satu kali dalam Kitab Suci (Mzm. 111:9).

Kata “reverend” ditujukan kepada Allah: nama-Nya kudus dan dahsyat. Maka pemakaian gelar “Reverend” oleh manusia tidaklah tepat. Tidak ada juga indikasi perbedaan seperti kaum “pendeta” dengan “kaum awam.” Perjanjian Baru tidak mengenal istilah “kaum awam.”

 Anggota-anggota jemaat. Disebut juga anggota tubuh Kristus. Tubuh Kristus adalah gereja-Nya (Kol. 1:18). Anggota jemaat terdiri dari orang-orang yang telah dipanggil keluar dari dunia dan dipindahkan ke dalam terang, ke dalam gereja-Nya melalui ketaatan. Setiap anggota berperan dalam kesatuan dan fungsi dari gereja untuk melaksanakan misi agung: memenangkan jiwa-jiwa. Anggota-anggota ini disebut “orang Kristen” atau “murid-murid.” (Kis. 11:26; 1 Pet. 4:16).

Note: Tentang nama “Kristen,” Perjanjian Baru (PB) tidak pernah membuat pembagian atau pengelompokan. PB tidak mengenal “Kristen Protestan,” “Katholik,” “Karismatik,” dll, hanya “Kristen.”

BELAJAR DARI JEMAAT-JEMAAT DI MAKEDONIA


BELAJAR DARI JEMAAT-JEMAAT DI MAKEDONIA
(Oleh Leroy Brownlow)

“Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam ke-murahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.” (2 Kor. 8:1-5).

Mereka miskin, namun kaya dalam kemurahan, (ay. 2) Kemurahan tidak diukur oleh jumlah, tapi semangat dan bagian. Itulah sebabnya janda miskin itu dikatakan memasukkan lebih banyak ketimbang yang lainnya yang juga memberikan persembahan. (Markus 12:41-44).

Mereka memberi “menurut kemampuan mereka” dan bahkan “melampui kemampuan mereka,” (ay. 3) Mereka “memberi sampai pemberian itu melukai” tapi pemberian itu tidak membuat mereka terluka. Adalah mungkin untuk “memberi sampai pemberian itu melukai” dan memberi hingga tidak melukai.

Mereka mendesak Paulus dengan sangat agar menerima pemberian mereka, (ay. 4) Mereka memandang pemberian sebagai suatu kesempatan bukan beban. Bagaimana kita memandangnya?

“Mereka memberi diri mereka pertama-tama kepada Allah,” (ay. 5). Inilah rahasia kemurahan orang Kristen. Itu sama seperti berlayar dengan perintah yang dirahasiakan. Ke mana? Kamu tidak tahu. Kapan? Kamu tidak bisa mengatakannya. Itu menyatakan sebuah pernyataan kekal “Ya” kepada Allah dan “Tidak” kepada diri sendiri. Itu sama seperti membuat nama dan tanda tangan di atas selembar cek kosong dan biarlah Tuhan yang menuliskan jumlahnya. (Some Do’s and Dont’s For Christian)