Oleh Roy E. Cogdill
Musik punya tempat dan tujuan khusus dalam ibadah. Tempat dan tujuan ini telah ditetapkan oleh kuasa Ilahi. Di tempat dan tujuan itu kita harus mengenali pentingnya (1) Jenis musik yang diotoritaskan, (2) tujuan musik disediakan dan (3) tatacaranya.
Dalam kitab Efesus 5:19, “Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernya-nyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.” Dalam Kolose 3:16, “… dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.”
Hanya ada dua jenis musik, vocal dan instrument. Allah telah menen-tukan yang vocal. Pemakaian alat musik tidak diotoritaskan. Jenis lagu yang dinyanyikan komposisinya harus “bersifat rohani.”
Nyanyian dinaikkan sebagai pujian kepada Allah, bukan hiburan atau entertaiment. Allah tidak berkenan ketika musik dalam ibadah orang Kristen dimaksudkan menjadi usaha untuk menghibur. Tujuan musik bukan untuk menghibur publik, tapi memuji Allah.
Musik dalam ibadah dinyanyikan “dalam roh.” Dari Ef. 5:19 dan Kol. 3:16, kita belajar bahwa hati kita harus menyertai nyanyian itu, dengan sepenuh hati. Juga dinyanyikan “dengan akal budi.” Dalam 1 Kor. 14:15 dikatakan “... aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.” Artinya kita perlu mempelajari arti lagu tersebut, kata-katanya dimengerti. Kita mengekspresikan-nya dalam kata, dan pastikan nyanyian itu sesuai dengan Kitab Suci.
Musik-nyanyian dalam ibadah harus dimengerti. “Berkata-katalah se-orang kepada yang lain” – (Ef. 5:19), “Mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani” – (Kol. 3:16).
Tujuan suci pujian hilang, kecuali liriknya selaras dengan Kitab Suci. Diucapkan dalam nyanyian secara cukup sederhana untuk dimengerti oleh pendengar. Mengajar dan menegur dilakukan dalam bernyanyi harus oleh lirik lagu-nyanyian, karena bunyi dan irama tidak mengajarkan apapun.
Perjanjian Baru memerintahkan umat-Nya bernyanyi, memuji dan ber-syukur kepada-Nya dalam pujian rohani. Kitab Suci tidak meng-otoritaskan jenis musik instrument dalam ibadah gereja, tapi vocal.
Saling mengajar dan menegurlah satu sama lain dalam kidung pujian seperti yang Ia kehendaki. Naikkanlah ucapan syukur kepada-Nya da-lam musik-nyanyian yang berkenan kepada-Nya. (*)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun