Oleh Marolop Simatupang
1. Argumentasi Kosmologikal (kosmos): Dunia.
Fakta bahwa kosmos atau dunia itu ada. Sesuatu tidak dapat berasal dari yang tidak ada, maka harus ada Penyebab Utama (Primal cause) yang “menyebabkan” dunia ini eksis. Dari sudut pandang natural, Ia pastilah “Seseorang.” (Leander Keyser: The Fall of Unbelieve)
Argumentasi ini mengatakan bahwa setiap akibat harus ada penyebabnya (Hukum Sebab Akibat). Salah satu tokoh utama yang memopulerkan argumen ini adalah Thomas Aquinas pada abad ke-12. Dunia ini eksis teratur karena ada Oknum Penyebab Utamanya, Sang Pencipta.
2. Argumentasi Teleologikal (teleos): Tujuan, Akhir.
Keteraturan yang ada mengimplikasikan akal budi dan tujuan pada hasil dari pengorganisasian itu. Argumen ini kadang disebut argumen “Disain dan Tujuan.” Karakteristik alam semesta adalah teratur dan itu bermanfaat; hal ini membuktikan ada Arsitek Ahli di belakang semua itu.
Rancangan alam semesta begitu menakjubkan. Sebuah benda elektronik yang amat complicated ada karena ada perancangnya, pembuatnya. Lalu bagaimana dengan dunia yang jaub lebih agung ini? Semua bangun rancang alam semesta begitu harmonis dan teratur. Contoh keharmonisan dan keteraturan alam semesta:
a. Matahari tepat berada sejauh 93 juta mil untuk iklim yang seimbang di atas bumi.
b. Bulan, 240 ribu mil memberikan sinar pada level yang tepat.
c. Putaran bumi yang memberikan musim.
Jadi, ada perancang di belakang semua itu. Bila dunia ini terjadi atau ada secara kebetulan, ketidakmungkinannya sama dengan seekor monyet menciptakan karya Shakespeare di atas sebuah mesin tik dengan cara mengetiknya sembarangan. Atau sepasang gaun pengantin yang begitu indah dijahit perancang dengan serampangan.
3. Argumentasi Antropology (antropos): Manusia.
Melihat manusia sebagai makhluk yang diciptakan menurut/berdasarkan gambar Sang Khalik. Selain bumi ini, manusia adalah Maha Karya Sang Pencipta. Rupa dalam spiritual, yang punya akal budi, moral, emosi dan kehendak. Memiliki intelektualitas yang tidak dimiliki oleh mahkluk hidup lain. Suatu kuasa buta ... tidak akan pernah dapat menghasilkan seorang manusia yang berakal budi, berperasaan, berkehendak, berhati nurani dan percaya pada Sang Pencipta.
Manusia yang jumlahnya miliaran, makin bertambah banyak, namun tak seorang pun yang memiliki garis tangan atau sidik jari yang sama. Organ-organ tubuh yang sesuai dengan tempat dan fungsinya. Ini membuktikan apa? Ada Perancang Agung di balik itu semua.
4. Argumentasi Moral
Bahwa manusia memiliki kesadaran akan apa yang salah dan benar, kesadaran moralitas. Berasal dari mana? Ini tidak dapat dinyatakan karena proses evolusi. Ada Oknum menempatkan kesadaran itu.
Manusia terdiri dari dua fisik: Jasmani dan Spiritual. Setiap manusia punya kebutuhan spiritual yang tidak bisa dipenuhi oleh material. Setiap jiwa memiliki sisi moral, kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan kemampuan itu tidak ada dengan sendirinya. Sang Khalik menanamkan ability istimewa itu dalam diri karya agung-Nya, manusia.
5. Argumentasi Ontologikal (ontos): Yang Ada, Keberadaan.
Berdasarkan pada fakta bahwa semua manusia punya kesadaran akan Penciptanya. Ontologi adalah pengetahuan tentang sesuatu yang eksis, yang ada. Manusia bukan cuma sekadar mahkluk ciptaan, tapi juga punya kemampuan untuk mengetahui siapa penciptanya.
Semua manusia adalah mahkluk penyembah. Ingin menyembah “ilah/dewa” yang dianggap punya kekuatan supernatural, di luar dunia fisik. Intuisi mereka menginginkan demikian. Karena konsep itu universal, maka yang menempatkan ide itu adalah Dia yang Mahakuasa.
1. Argumentasi Kosmologikal (kosmos): Dunia.
Fakta bahwa kosmos atau dunia itu ada. Sesuatu tidak dapat berasal dari yang tidak ada, maka harus ada Penyebab Utama (Primal cause) yang “menyebabkan” dunia ini eksis. Dari sudut pandang natural, Ia pastilah “Seseorang.” (Leander Keyser: The Fall of Unbelieve)
Argumentasi ini mengatakan bahwa setiap akibat harus ada penyebabnya (Hukum Sebab Akibat). Salah satu tokoh utama yang memopulerkan argumen ini adalah Thomas Aquinas pada abad ke-12. Dunia ini eksis teratur karena ada Oknum Penyebab Utamanya, Sang Pencipta.
2. Argumentasi Teleologikal (teleos): Tujuan, Akhir.
Keteraturan yang ada mengimplikasikan akal budi dan tujuan pada hasil dari pengorganisasian itu. Argumen ini kadang disebut argumen “Disain dan Tujuan.” Karakteristik alam semesta adalah teratur dan itu bermanfaat; hal ini membuktikan ada Arsitek Ahli di belakang semua itu.
Rancangan alam semesta begitu menakjubkan. Sebuah benda elektronik yang amat complicated ada karena ada perancangnya, pembuatnya. Lalu bagaimana dengan dunia yang jaub lebih agung ini? Semua bangun rancang alam semesta begitu harmonis dan teratur. Contoh keharmonisan dan keteraturan alam semesta:
a. Matahari tepat berada sejauh 93 juta mil untuk iklim yang seimbang di atas bumi.
b. Bulan, 240 ribu mil memberikan sinar pada level yang tepat.
c. Putaran bumi yang memberikan musim.
Jadi, ada perancang di belakang semua itu. Bila dunia ini terjadi atau ada secara kebetulan, ketidakmungkinannya sama dengan seekor monyet menciptakan karya Shakespeare di atas sebuah mesin tik dengan cara mengetiknya sembarangan. Atau sepasang gaun pengantin yang begitu indah dijahit perancang dengan serampangan.
3. Argumentasi Antropology (antropos): Manusia.
Melihat manusia sebagai makhluk yang diciptakan menurut/berdasarkan gambar Sang Khalik. Selain bumi ini, manusia adalah Maha Karya Sang Pencipta. Rupa dalam spiritual, yang punya akal budi, moral, emosi dan kehendak. Memiliki intelektualitas yang tidak dimiliki oleh mahkluk hidup lain. Suatu kuasa buta ... tidak akan pernah dapat menghasilkan seorang manusia yang berakal budi, berperasaan, berkehendak, berhati nurani dan percaya pada Sang Pencipta.
Manusia yang jumlahnya miliaran, makin bertambah banyak, namun tak seorang pun yang memiliki garis tangan atau sidik jari yang sama. Organ-organ tubuh yang sesuai dengan tempat dan fungsinya. Ini membuktikan apa? Ada Perancang Agung di balik itu semua.
4. Argumentasi Moral
Bahwa manusia memiliki kesadaran akan apa yang salah dan benar, kesadaran moralitas. Berasal dari mana? Ini tidak dapat dinyatakan karena proses evolusi. Ada Oknum menempatkan kesadaran itu.
Manusia terdiri dari dua fisik: Jasmani dan Spiritual. Setiap manusia punya kebutuhan spiritual yang tidak bisa dipenuhi oleh material. Setiap jiwa memiliki sisi moral, kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan kemampuan itu tidak ada dengan sendirinya. Sang Khalik menanamkan ability istimewa itu dalam diri karya agung-Nya, manusia.
5. Argumentasi Ontologikal (ontos): Yang Ada, Keberadaan.
Berdasarkan pada fakta bahwa semua manusia punya kesadaran akan Penciptanya. Ontologi adalah pengetahuan tentang sesuatu yang eksis, yang ada. Manusia bukan cuma sekadar mahkluk ciptaan, tapi juga punya kemampuan untuk mengetahui siapa penciptanya.
Semua manusia adalah mahkluk penyembah. Ingin menyembah “ilah/dewa” yang dianggap punya kekuatan supernatural, di luar dunia fisik. Intuisi mereka menginginkan demikian. Karena konsep itu universal, maka yang menempatkan ide itu adalah Dia yang Mahakuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun