Oleh Marolop Simatupang
Setuju atau tidak, tapi kenyataan berbicara bahwa rokok sudah menjadi gaya hidup masyarakat pada umumnya. Laki-laki-perempuan, dewasa-remaja, bahkan anak-anak, di kota atau di pedalaman, telah akrab dengan lintingan daun tembakau itu. Banyak juga orang Kristen pecandu rokok. Kadang, ketika hendak beribadah pun rokok tetap nyaman di kantongnya. Bahkan, bukan sekadar gaya hidup lagi, benda itu telah menjadi kebutuhan hidup bagi sebagian orang. Berarti, kebutuhan itu harus ada, lengkap dalam kehidupan. Tapi sayang, kebutuhan itu malah membunuh nyawa manusia. Ya! Rokok secara diam-diam telah menjadi “The silent killer of human.”
Setiap tahun, ribuan bahkan jutaan orang mati karena penyakit, komplikasi kesehatan yang buruk disebabkan oleh lintingan daun tembakau yang dibakar lalu dihisap itu. Kecelakaan lalulintas, penyalahgunaan obat terlarang, kecanduan alkohol, kebakaran dan sebagainya, sering berawal dari lintingan rokok yang menyala itu. Kadang, membunuh pun dilakukan demi untuk mendapatkan sebatang rokok. Mengerikan! Barangkali Anda berpikir, memakai sesuatu yang merusak kesehatan dan lingkungan itu dilarang pemerintah. Ya, tepat sekali. Pemerintah melarang. Namun, kenyataannya, di mana-mana penjualan dan perdagangan rokok itu dilegalkan pemerintah. Seruan “No Smoking” terus dilontarkan dari ke hari ke hari. Pemerintah pun mengeluarkan jurus baru untuk meredam rokok, yaitu dengan menaikkan harganya. Beberapa LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) giat mengkampanyekan “Gerakan Anti Rokok.” Namun di sisi lain, peredaran rokok “disupport” oleh pemerintah.
Bagi pemerintah, hal ini memang dilema, sebab pada saat yang sama pemerintah memerlukan devisa dari cukai rokok. Seringkali, kesan yang ditampilkan berbagai iklan rokok di media massa dan cetak, orang yang merokok itu sehat, keren, macho, gaul dan sebagainya. Beberapa orang pun terjerumus karena iklan yang menggiurkan itu. Banyak juga orang Kristen telah menjadi perokok berat, dipikat oleh iklan yang sama. Supaya keren, gaul, demi persahabatan, haruskah kita merokok, terlebih bagi kita sebagai orang Kristen? Dalam tulisan akan ditinjau “The silent killer” itu dari berbagai aspek sudut pandang.
Dari Sudut Pandang Kesehatan
Asap rokok diyakini mengandung kurang lebih 4000 zat kimia yang membahayakan kesehatan manusia, seperti nikotin, tar, ammonia, karbon monoksida, cyanida, polonium, arsenik trioksida, nikel karbonil, dan masih banyak lagi. Jadi, ketika seseorang meroko, ia sedang menumpuk racun di tubuhnya. Dalam skala global, diperkirakan di seluruh dunia ada sekitar 1,5 milyar perokok aktif. Di beberapa negara berkembang, persentasenya lebih banyak. Di Indonesia sendiri, perokok cukup banyak. Konsekuensi logisnya, angka kematian pun sangat tinggi.
Berdasarkan data WHO, organisai kesehatan dunia, baru-baru ini, angka kematian akibat rokok berkisar 4 juta satiap tahun. Berbagi penyakit yang berjangkit di tubuh manusia, diyakini akibat buruk merokok. Penyakit paru-paru, jantujng koroner, sesak nafas, kanker, dan sebagainya berasal dari asap rokok yang dihisap dan dihembuskan. Polusi udara yang kronis juga sebagian karena asap rokok.
Jadi, secara tidak langsung, orang yang tidak merokok (sering disebut perokok pasif) juga rentan kena resiko penyakit-penyakit di atas. Sebenarnya, berbagai efek negatif rokok disadari oleh para perokok. Namun, ancaman dan bahaya itu bagi perokok nyaris tidak ada bila dibandingkan dengan “kenikmatan” merokok. Bahkan, bagi pecandu rokok, hidup kurang gaul, basi dan tidak bisa konsentrasi bekerja jika tidak ditemani oleh lintingan penghasil devisa negara itu. Resiko maha berat itu dibutakan oleh asap rokok.
Fakta-fakta kedokteran dengan jelas membuktikan, seseorang yang meroko sedang mengurangi umur hidupnya. Dengan kata lain, ia mempercepat kematiannya. Menurut riset yang dilakukan Royal College England, sebatang rokok dapat memperpendek usia 5.5 menit. Perhatikan beberapa akibat negatif karena merokok. Penyakit-penyakit itu memang munculnya tidak instan, tidak segera, namun bibit-bibit penyakit dan zat kimia (racun) rokok itu bekerja perlahan-lahan, dan pasti membahayakan.
Penyakit seperti paru-paru kronis, esofagus, penyakit jantung, asma, kanker pankreas, ginjal dan lain-lain, juga karena merokok. Resiko kematian, pada laki-laki maupun perempuan, karena kanker paru-paru, penyakit bronchitis, emphysema (pembengkakan pembuluh darah paru-paru karena kemasukan udara) meningkat pesat. Terlebih pada wanita hamil, merokok meningkatkan resiko keguguran, melahirkan bayi dengan berat badan rendah (tidak normal) dan sindrom kematian bayi yang baru lahir secara mendadak. Penyakit yang paling ditakuti kaum hawa, yaitu kanker leher rahim, juga akibat buruk merokok.
Resiko mengidap berbagai penyakit karena merokok sangat dahsyat. Kesehatan dan kekebalan tubuh menurun drastis. Para ahli kesehatan memprediksi, berbagai jenis penyakit yang disebutkan di atas akan semakin meningkat seiring peningkatan jumlah perokok. Perhatikan, merokok merusak kesehatan tubuh dan lingkungan. Jadi, dari sudut pandang kesehatan, merokok tidak lulus uji!
Dari Sudut Pandang Sosial
Kita harus mengakui bahwa tembakau, bahan utama membuat rokok, memiliki kegunaan yang cukup bermanfaat. Ia mengandung nikotin-sulfa yang terbukti cukup efektif dan banyak dipakai sebagai insektisida dan bahan racun serangga. Bisa gigitan anjing kadang bisa dinetralkan dengan zat kimia tembakau. Jadi, jika Anda ingin membunuh serangga atau menangkis bisa gigitan anjing, tembakau barangkali dibutuhkan.
Ditinjau dari aspek sosial, penggunaan tembakau, merokok, sangat tidak baik. Orang yang tidak merokok seringkali tersiksa, menderita, terlebih saat berada pada satu ruangan dengan mereka yang maniak rokok. Ruangan yang berpendingin udara (AC), yang ada tulisan “Kawasan Bebas Asap Rokok” atau “Dilarang Merokok/No Smoking” menjadi dambaan mereka yang tidak merokok. Tapi tunggu dulu, perokok pun ikut menyerbu ke sana, dan tetap merokok. Sering terjadi, orang yang tidak merokok menderita, sesak nafas, tidak nyaman karena asap rokok orang lain. Di berbagai tempat, seperti restoran yang ramai, di dalam angkutan atau bus kota, atau kendaraan lain, sekalipun itu berpendingin udara, kepulan asap rokok tetap ada, sangat menjengkelkan. Udara terpolusi asap rokok melebihi asap dari knalpot kendaraan di jalan raya. Infeksi paru-paru, pneumonia, coronery artery, batuk kronis, dan penyakit lainnya diderita jutaan bayi dan anak-anak, mereka yang tidak merokok, termasuk orang dewasa terkontaminasi asap dan racun rokok. Alkohol (minuman keras) menjadi “pendamping setia” para perokok. (Namun tidak semua perokok pecandu alkohol). Kecenderungan untuk memakai barang-barang terlarang seperti mariyuana, kokain, ganja, dan yang lainnya semakin besar jika sudah ketagihan rokok. Dari sudut pandang sosial, merokok tidak lulus uji!
Dari Sudut Pandang Alkitab
Tidak ada kata “Rokok” dalam Alkitab. Larangan “Jangan merokok” pun tidak kita temukan. Namun itu bukan berarti Alkitab “meluluskan” merokok. Karena secara spesifik tidak ada larangan merokok dalam Alkitab, sehingga banyak orang Kristen, bahkan beberapa pelayan gereja lokal merokok. Alasannya, tidak ada ayat Alkitab yang melarang. Walaupun secara spesifik tidak ada, namun beberapa prinsip dapat kita simak dari ribuan ayat Alkitab bahwa merokok (merusak kesehatan) tidak dikehendaki Tuhan.
Rasul Paulus, dalam 1 Kor. 6:19-20, mengatakan, tubuh orang Kristen adalah bait Roh Kudus (The temple of the Holy Spirit) yang harus digunakan untuk memuliakan Allah. Bolehkah kita merusak bait Roh Kudus ini dengan asap (racun) rokok? Ayat-ayat lain yang cukup menarik untuk dibaca adalah Efesus 5:15,17, bahwa anak-anak Allah harus bijaksana, jangan bodoh. Merusak sesuatu yang baik merupakan tindakan bodoh.
Kemudian dalam kitab Roma 12:2, umat-Nya harus mempersembahkan tubuhnya menjadi persembahan yang sempurna, hidup dan berkenan kepada Allah, bukan yang dilumuri noda. Orang Kristen, seperti yang dikatakan dalam kitab Gal. 5:24 dan 2 Kor. 8:21, harus menyalibkan keinginan tubuh (ketagihan rokok) dan hidup berkenan di hadapan Tuhan. Sebagai orang Kristen, kita adalah contoh, teladan yang baik dan “surat pujian yang dapat dikenal dan dibaca sesama” (2 Kor. 3:2-3). Dari sudut pandang Alkitab, merokok tidak lulus uji!
Maka, tulisan ini dapat disarikan, dari sudut pandang kesehatan, sosial, terlebih Alkitab, merokok tidak lulus uji! Merokok merugikan diri sendiri dan orang lain. Sobat, sekarang, jika masih merokok, katakan: Stop, Now! Jika dulu merokok, sekarang tidak lagi, itu baik. Jika bukan perokok, jangan pernah coba-coba. Demi kesehatan tubuh dan keselamatan jiwa keluarga, karib dan Anda sendiri, yang terbaik dan berkenan kepada Tuhan, adalah pilihan yang terbaik. (Dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun