Surat kedua rasul Paulus kepada jemaat di Korintus menunjukkan peran iman yang memampukannnya untuk memuji “Allah sumber segala penghiburan.” Jika Paulus tidak belajar untuk lebih memercayai mata Allah daripada mata jasmaninya sendiri, ia tidak akan mampu bertahan terhadap arus gelombang rasa sakit dan penderitaan yang kerap menerjang hidupnya. Jika ia berketetapan untuk memercayai apa yang mampu dilihat oleh mata jasmaninya, hidupnya akan dipenuhi dengan keputusasaan. Oleh karena itu, Paulus menulis:
“Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2 Korintus 4:13-18).
Penekanan pada iman yang memberi penghiburan tidaklah berarti Tuhan menginginkan kita untuk membuang akal pikiran, penilaian yang baik dan logika kita. Justru sebaliknya, Tuhan ingin kita mengakkui bahwa lebih masuk akal untuk memercayai Allah yang membangkitkan Kristus dari kematian daripada memercayai apa yang nampak dari keadaan-keadaan kita yang kerap berubah-ubah.
Kita sering lebih bersandar dan mengandalkan apa yang dikatakan keluarga, teman-teman, atau rekan kerja kita, yang menceritakan kepada kita hal-hal yang telah mereka saksikan, tetapi jauh di luar apa yang dapat kita lihat. Namun demikian, kita perlu memercayai Tuhan untuk sesuatu yang hanya dapat dilihat oleh-Nya. Saat kita melakukannya, kita akan bersama Paulus untuk menemukan alasan supaya tidak ”tawar hati.” Apapun yang dinyatakan emosi diri dan keadaan yang kita alami, kita dapat percaya bahwa ...
* Masalah ada hanyalah untuk sementara seperti yang dikatakan Allah;
* Melayani orang lain sangat penting sekali seperti yang dikatakan Allah;
* Kita adalah makhluk abadi seperti yang dikatakan Allah;
* Masa depan kita sangat cerah seperti yang dikatakan Allah.
Paulus tetap memegang teguh imannya di tengah-tengah masa-masa yang paling berat, mengecewakan, dan membingungkan (2 Kor. 4:8-10). Iman tersebut, yang diberdayakan oleh Roh-Nya, memampukan Paulus untuk menjadi pelayan perkasa Allah, gigih dan berani mengahadapi maut seperti yang kita kenal. Roh-Nya tidak hanya menguatkan hatinya, tetapi juga memampukannya untuk dapat membagikan semangat penuh syukur itu kepada orang lain juga (2 Kor. 4:15).
(Adaptasi dari RBC: Menemukan Penghiburan Sejati)
Wow so cool! Mantap nih blognya banyak artikel menarik bro. Teruskan memuat something good for life.
BalasHapus