Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, siapakah sebenarnya orang yang paling baik terhadap kita? Dan model bagaimanakah orang itu? Mungkin pertanyaan ini dijawab dengan jawaban yang cukup beragam bagi setiap orang. Ada yang mungkin menjawab yang terbaik adalah isteri, sahabat, orangtua, bos, dll. Itu jawaban yang baik, tetapi sebenarnya bukan itu jawaban yang terbaik.
Amsal 27:6 berkata bahwa seorang kawan “memukul” kita dengan tujuan baik. Pukulan tersebut berupa kata-kata keras, teguran yang spontan, hardikan, dll. Sehingga orang yang terbaik yang sebenarnya adalah seseorang yang tulus menegur kita karena kesalahan kita. Memang, mungkin saja kita marah ketika ditegur dengan keras, terluka, namun kita harus sadar bahwa itu dilakukan murni dari hati yang tulus yang sangat mengasihi kita.
Orang yang menegur kita adalah orang yang teliti terhadap kehidupan kita. Kalau tegurannya benar berarti dia tahu persis siapa dan bagaimana pribadi kita. Justru kita harus bersyukur masih ada yang memerhatikan tingkah laku dan kekeliruan kita, yaitu dia yang menegur kita!
Namun, adakah kita sebaliknya malah senang dengan seseorang yang kita anggap baik namun tidak pernah menegur kita? Bersikap masa bodoh meski kita telah melakukan suatu kesalahan. Hal ini berbahaya sebab orang seperti bisa dikatagorikan sebagai seorang lawan yang mencium kita.
Namun saat kita ditegur seseorang yang mengasihi kita, kita harus sadar bahwa dia baik dan peduli pada kita. Dia mau kita berubah ke arah yang lebih baik. Jangan melihat dan menanggapinya dengan cara negatif, misalnya merasa direndahkan atau merasa dipermalukan.
Sikap dan respon kita menentukan suasana hati kita setelah ditegur. Respon negatif membuat kita teluka, sikap positif – menerima – dengan sikap dewasa membuat kita makin dewasa. Sebab agar sampai pada kedewasaan itu harus melewati berbagai teguran dan “bantingan.” Jadi, hadapi teguran. (*) /Adaptasi Intimacy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun