Rabu, 24 Juni 2009

Gangguan Jiwa


Oleh Dr Widodo Judarwanto, SpA*

Gangguan jiwa mencakup berbagai keadaan gangguan fungsi mental dan perilaku seseorang seperti psikosis fungsional termasuk skizofrenia, gangguan mood dan afek, gangguan waham dan sebagainya. Demikian banyaknya jenis gangguan jiwa dan beragam manusia berbeda akibat reaksi secara holistik baik fisik, psikis dan sosial. Sehingga penyebab gangguan jiwa adalah multifaktorial atau multidimensional. Bahkan hingga saat ini belum ada kesepahaman definisi tentang Gangguan Jiwa.

Seseorang dikatakan mengalami gangguan jiwa bila terdapat gangguan pada unsur psikis berupa pikiran, perasaan, perilaku, dan dapat disertai gangguan fisik dan sosial. Penyebab gangguan jiwa biasanya tidak tunggal tapi multiple.

Berbagai penyebab gangguan jiwa, baik fisik, psikis dan sosial sekaligus sebagai penyebab yang saling mempengaruhi. Sehingga dalam membuat diagnosa biasanya dibuat diagnosa multiaksial (multifaktorial/multidimensional) seperti yang digunakan pada Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang mengacu kepada The Diagnosis And Statistical Manual of Mental Disorder (DSM).

Tanda dan gejala gangguan jiwa sangat bervariasi, tergantung jenis gangguann jiwa yang terjadi. Secara umum, biasanya, beberapa gejala yang muncul bersamaan, gejala itu membuat dirinya lain daripada sebelumnya atau bertahan sampai jangka waktu yang cukup lama dan muncul terus-menerus.

Berbagai penyakit jiwa juga dapat dikenali melalui tanda dan gejala fisik, psikis dan sosial. Banyak sekali gejala kejiwaan seperti sedih, marah, cemas, yang langsung dapat mempengaruhi kondisi fisik orang yang bersangkutan. Manifestasi ini yang seringkali disebut sebagai psikosomatis atau reaksi psikofisiologi, yaitu gangguan jiwa yang dapat menimbulkan manifestasi pada gangguan tubuh.

Penyakit-penyakit yang biasanya dapat terpicu oleh reaksi psikosomatis. antara lain: sakit kepala, insomnia, gangguan saluran cerna, diare atau asma. Gejala yang mungkin timbul adalah sakit kepala, nyeri perut, mual, muntah, sulit makan, diare, batuk, atau nafas sesak. Bila dikaitkan dengan psikosomatis, biasanya gejalanya berlangsung lama atau lebih dari dua minggu hilang timbul.

Sedangkan gejala psikis yang bisa muncul adalah persepsi yang kacau, pemikiran yang menyimpang dan kacau, ekpresi dari emosi yang keliru, depresi macam-macam pengekspresian emosi, reaksi emosi yang tidak tepat, aktivitas motorik yang tidak normal, atau aktivitas yang tidak terkendalikan.

Selain itu terdapat gejala dan tanda-tanda lain yang dapat terjadi pada penderita gangguanj jiwa. Tanda-tanda lain tersebut seringkali dapat diketemukan dalam kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang normal. Di antaranya adalah disorientasi; dimana seorang bisa tidak tahu di mana ia berada, siapa dirinya, hari apa sekarang.

Tanda lain adalah menarik diri dari pertemuan-pertemuan dengan orang-orang lain, kecurigaan dan kepekaan yang berlebih-lebihan, rangsangan dan kebutuhan seksual yang tidak normal atau kekanak-kanakan. Tanda dan gejala gangguan sosial juga dapat menyertai gangguan jiwa. Biasanya yang disebut abnormal oleh karena ia menunjukkan tingkah-laku, sikap, cara berpikir yang tidak cocok dengan standar normal masyarakat atau lingkungan di mana ia hidup.

Manusia adalah makhluk sosial, yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial dan ingin menjadi bagian integral lingkungannya. Karena itu normal jika ia selalu cenderung untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Baru bisa mengenali adanya gejala abnormal, jikalau orang yang bersangkutan secara tidak sadar bertingkah laku yang tidak sesuai dengan standar normal masyarakat, yang secara integral ia sendiri menjadi bagian di dalamnya.

Gejala-gejala penyakit jiwa dapat pula mengekspresikan diri secara spiritual, misalnya gagasan perasaan berdosa yang tidak terampunkan, fanatisme tinggi atau malah sebaliknya keragu-raguan yang terus-menerus.

(Copyright © Majalah FORUM KEADILAN: No. 01/27 April-03 Mei 2009)

*)Dokter di Rumah Sakit Bunda, Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun