Rabu, 24 Juni 2009

Maaf, Ini Tentang Kentut

Oleh Marolop Simatupang

Setiap orang pasti pernah kentut. Kentut, atau dalam bahasa ilmiahnya flatulensi adalah suatu proses dimana mahkluk hidup mengeluarkan gas buangan dari lubang yang berada di belakang (anus) akibat akumulasi gas dalam perut, terutama dalam usus besar. Peristiwa keluarnya gas dengan suara dan “aroma” khas ini sering juga, untuk bahasa halusnya, disebut buang angin.

Bisa kentut merupakan sebuah karunia kesehatan yang tak ternilai, terlebih bila frekuensinya normal. Namun bila melebihi batas normal dan ia keluar pada waktu dan di tempat yang salah bisa menjadi petaka. Buang angin dengan teratur pertanda proses pencernaan dalam tubuh berjalan baik. Bahkan seorang pasien yang menjalani operasi dengan bius total baru bisa makan dan minum setelah ia kentut.

Proses kentut ini pada umumnya disebabkan karena terdesaknya udara, atau lebih tepatnya gas dalam perut oleh makanan, terlebih jika tidak dikunyah dengan baik, dan minuman yang kita konsumsi, juga karena posisi perut tertekan.

Gas dalam usus besar keluar melalui lubang anus oleh karena gelombang kontraksi berturut-turut pada alat pencernaan yang mendorong sisa makanan ke arah anus. Gerak peristaltik ini membuat ruang menjadi bertekanan sehingga memaksa isi usus termasuk gasnya bergerak ke daerah yang bertekanan lebih rendah, sekitar lubang dubur.

Gas dalam perut itu terdiri dari gelembung-gelembung kecil, namun kemudian menyatu menjadi gelembung besar. Jika tidak ada gerak peristaltik, gas itu perlahan-lahan akan menerobos ke atas lagi namun tidak terlalu jauh karena bentuk usus yang rumit dan berbelit-belit.

Lalu kenapa kentut sering mengeluarkan suara? Karena adanya vibrasi di lubang dubur dan sfingter ani (otot halus berbentuk cincin yang berfungsi mengontraksikan lubang anus) ikut bergetar saat gasnya keluar. Dan kerasnya bunyi tergantung pada speed gasnya pada saat keluar. Makanya kentut dengan dicicil, perlahan-lahan, relatif tak bersuara, tidak kedengaran, namun aroma khasnya tidak bisa disembunyikan.

Dari mana gas dalam perut itu? Manuskrip tentang kesehatan menyebutkan gas itu masuk, tanpa kita sadari, melalui mulut pada saat kita makan atau mengunyah. Makanya banyak orang pada saat atau sehabis makan bersendawa. Sendawa (serdawa) terjadi bukan pertanda kenyang tapi karena udara yang ikut tertelan tadi terdesak keluar melalui kerongkongan oleh makanan yang kita telan, juga karena gas di lambung banyak. Namun gas yang keluar itu tidak berbau sebab komposisi kimianya lain dengan kentut serta mengandung udara lebih banyak. Kadang orang beserdawa juga karena masuk angin.

Beberapa jenis makanan yang kita konsumsi berkontribusi banyak memproduksi gas dalam usus besar. Seperti kacang-kacangan yang mengandung zat gula (raffinose), jagung, paprika, kubis, kembang kol membuat proses fermentasi dalam perut makin cepat dan bakteri dalam usus akan memproduksi banyak gas yang menjadi penyebab kentut, namun tidak terlalu menyengat baunya.

Kadang gas yang keluar dari dubur baunya terlalu khas dan amat menyengat. Namun bau kentut tiap-tiap individu berbeda. Bahkan dalam satu individu aromanya tidak sama, tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi.

Para ahli kesehatan mengatakan buang angin yang baunya terkadang kebangetan itu karena makanan yang dikonsumsi terlalu keras, seperti daging, dan usus tidak dapat memprosesnya sampai tuntas halus sehingga meninggalkan ampas makanan dalam perut. Semakin lama ampas tersebut dalam perut, karena buang air besar tidak teratur (BAB tidak lancar), semakin bau pulalah gas yang keluar seperti yang sering “dialami” pada saat buang air besar disertai dut dut dut...

Sponsor dan sumber bau kentut lainnya adalah bakteri serta makanan yang banyak mengandung hydrogen sulfida dan merkaptan. Seperti yang umum diketahui, kedua senyawa ini mengandung belerang. Semakin banyak kandungan sulfur dan protein dalam makanan yang dikonsumsi, seperti telur, semakin banyak sulfida dan merkaptan yang diproduksi bakteri dalam perut dan semakin baulah gas yang keluar dari anus. Telur rebus, terlalu banyak makan daging serta makanan sejenis rempah-rempah disinyalir menjadi penyebab kentut yang baunya paling dahsyat.

Meski volumenya sedikit dan intensitasnya jarang, tapi karena fermentasi bakteri dan proses pencernaan memproduksi panas, maka hasil sampingnya adalah bau tak sedap walau volumenya kecil, bahkan relatif tak mengeluarkan bunyi, namun SBD (Silent But Deadly).

Gas yang ada dalam usus besar terutama berisi nitrogen (20-90%), oksigen (0-10%), methane, (0-10%) (diproduksi kuman atau bakteri dan mudah terbakar), karbon dioksida (10-39%), dan hidrogen (0-50%), yang combustible (mudah terbakar, gas alam mengandung komponen ini juga). Berarti kentut flammable (?).

Gas yang keluar itu bau, selain karena faktor makanan, juga karena kandungan gas bergugus indol yang telah tercampur. Dan indera penciuman manusia cukup reaktif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung gugus ini. Makanya orang langsung tutup hidup hidung begitu mendengar atau mencium sedikit saja aroma khas kentut.

Meski tidak selalu, kentut biasanya ditandai dengan rasa mulas di perut. Ini sering menjadi pertanda kalau seseorang itu kelebihan makanan tertentu, ingin BAB, karena efek samping obat-obat tertentu, masuk angin, dll.

Komposisi dan volume buang angin pada umumnya bervariasi, tergantung pada jenis makanan yang kita konsumsi dan berapa lama kita menahan kentut. Volume itu juga dipengaruhi oleh banyak tidaknya bakteri serta reaksi kimia antara asam perut dan cairan dalam usus yang menghasilkan karbon dioksida.

Seperti yang umum diketahui, bakteri dan proses fermentasi menghasilkan metan dan hidrogen yang mudah terbakar, seperti gas alam. Makanya gas bio-metan dari septic tank (tangki kakus) MCK plus-plus bisa difungsikan menjadi bahan bakar untuk memasak.

Setiap orang pasti pernah kentut. Bahkan konon katanya orang sesaat setelah meninggal pun masih bisa kentut. Namun intensitas buang angin tiap-tiap individu tidak sama. Seberapa sering kentut, menurut buku-buku kedokteran rata-rata 14 kali sehari, sadar atau tidak, temasuk saat tidur. Tapi itu juga tergantung pada kesehatan dan pola diet yang bersangkutan. Selain karena masuk angin, sering kentut juga karena kebanyakan ngemil, ngunyah permen karet, makan terburu-buru serta banyak minum minuman softdrink.

Selain itu, naik pesawat bisa juga menyebabkan intensitas kentut meningkat dibanding dengan berkendara lewat jalan darat oleh karena tekanan udara dalam kabin pesawat lebih rendah sehingga gas dalam usus mengalami kontraksi dan ekspansi, lalu muncul sebagai kentut. Itu sebabnya rata-rata orang begitu turun dari pesawat langsung mencari toilet.

Buang angin itu tidak salah, tentu tergantung tempat dan situasi. Angin yang ada dalam usus jika tidak dikeluarkan bisa berakibat fatal. Kentut dengan volume dan frekuensi normal pertanda kesehatan dan proses pencernaan dalam perut lancar.

Gas dalam perut kalau ditahan-tahan, tidak dikeluarkan, tidak hilang atau diabsorbsi darah, tapi bermigrasi ke bagian atas, lalu naik lagi ke usus besar dan pada akhirnya akan keluar juga. Jadi tidak lenyap lewat pori-pori atau lubang-lubang lain, hanya mengalami penundaan. Itu sebabnya orang paling sering kentut pagi hari di toilet, yang disebut “morning thunder” karena gas produksi setelah makan malam masih tertahan dalam perut. (Saya belum pernah melihat atau mendengar orang kentut saat tertidur lelap).

Kentut itu bagian dari proses kesehatan tubuh. Alami. Referensi tentang kentut memang minim. Dan, setahu saya, belum ada laboratorium pengujian atau sampel-sampel kentut. Tapi jangan kuatir. Selama frekuensi kentut masih normal, dan ia keluar di tempat dan pada waktu yang tepat, enjoy aja. Namun bila melebihi batas normal dan ia keluar pada waktu dan di tempat yang salah bisa menjadi musibah.*

Sumber: Intisari Edisi Mei 2009, wikipedia.com, kapanlagi.com, mail-archive.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun