Senin, 07 September 2009

Dosa yang Tidak Akan Diampuni

Oleh Perry B. Cotham

Salah satu topik sulit dan sedikit membingungkan bagi beberapa orang ketika mempelajari Kitab Suci adalah subjek yang disebut dengan “dosa yang tidak akan diampuni.” Meskipun pernyataan persis seperti itu tidak terdapat dalam Alkitab, namun banyak orang yang bertanya dan ingin penjelasan tentang hal itu.

Banyak orang yang khawatir jangan-jangan telah berbuat “dosa yang tidak akan diampuni,” atau “dosa yang melawan Roh Kudus.” Karena pernyataan Kitab Suci tentang subjek ini telah menimbulkan keingin-tahuan yang begitu besar bagi mereka yang berhati jujur dan berpikiran terbuka, maka pelajaran ini perlu ditelaah dengan saksama.

Pertanyaannya adalah, “Apakah Alkitab mengajarkan bahwa mungkin saja seseorang itu berada di luar jangkauan anugerah Allah?” Apakah “dosa yang tidak akan diampuni” itu?

Alkitab dengan jelas telah mengajarkan syarat-syarat agar selamat, di antaranya:
Titus 2:11: “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah
nyata.”
Markus 16:15, 16: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”

Jelas, Tuhan tak menghendaki seorang pun binasa. Ia menghendaki agar “semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1 Tim. 2:4).

Namun kemudian pertanyaan timbul, “Bukankah Yesus telah berkata bahwa ada dosa yang tidak akan diampuni? Jika benar, dosa apakah itu?” Yesus berkata bahwa “hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.” (Mat. 12:31). Apa arti pernyataan tersebut?

Pembaca, mohon pelajari statemen tersebut sesuai dan dalam konteksnya. Yesus menyembuhkan seorang bisu dan buta yang kerasukan setan. “’Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: “Ia ini agaknya Anak Daud.”’ (Mat. 12:23). Orang Farisi tak dapat menyangkal bahwa Yesus baru saja melakukan sebuah tanda ajaib besar.
Namun anehnya, para penentang Yesus tersebut tak mau mengakui kalau mereka kagum melihat mujizat itu. Mereka malah marah dan mengeraskan hati setelah melihat itu semua. Mereka berkata, “Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.” (Mat. 12:24). Mereka menuduh Yesus melakukan tanda ajaib dengan kuasa dari setan.

Ketika orang Farisi itu menolak apa yang telah dilakukan Yesus, dengan mengaitkannya pada roh Beelzebul, Yesus merespon tuduhan mereka dengan berkata setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti hancur; kalau Ia mengusir setan dengan kuasa setan, maka setan pasti melawan dirinya sendiri. Setan jelas tidak akan melawan dirinya sendiri.

Kemudian Yesus berkata, “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.” (Mat. 12:31, 32).

I. Yesus Tidak Mengatakan Menghujat Roh Kudus Berarti:
1. Menghujat Roh Kudus Bukan Berarti Membunuh
Orang-orang yang menyalibkan Yesus telah diampuni setelah mereka menaati syarat-syarat pengampunan (Kis. 2:36-41). Saat di atas kayu salib, Ia berdoa bagi mereka yang menyalibkan-Nya. Akan tetapi, Dia tidak bermaksud bahwa mereka akan atau dapat selamat tanpa menaati syarat-syarat yang telah ditentukan.

Rasul Paulus, sebelum bertobat, menganiaya orang Kristen, namun ia telah diampuni (Kis. 7:58-8:3; 9:1-18; 22:16). Dalam surat kirimannya ia berkata dulu ia seorang penghujat, penganiaya, dan yang menghancurkan jemaat. Namun kini ia telah mendapat anugerah pengampunan sebab semua itu ia lakukan tanpa pe-ngetahuan, yaitu di luar iman (1 Tim. 1:13-15). Jadi, “orang yang paling berdosa” pun masih bisa mendapat pengampunan.

2. Menghujat Roh Kudus Artinya Bukan Bunuh Diri
Beberapa orang menduga Yesus sedang berbicara tentang bunuh diri. Mereka sampai pada dugaan seperti itu sebab membunuh itu dosa, dan orang yang bunuh diri tak punya kesempatan untuk bertobat.

Memang Alkitab mengajarkan bahwa orang yang tidak bertobat dan belum diampuni, kemudian mati, tidak akan masuk surga. Namun bukan itu yang dimaksud Yesus ketika Ia berbicara tentang dosa yang tidak akan diampuni. Dalam konteks terlihat jelas bahwa orang yang melakukan “dosa yang tidak akan diampuni” itu bisa saja masih tetap hidup di dunia ini.

3. Menghujat Roh Kudus Artinya Bukan Mengucapkan Kata-kata Kotor
Jika itu yang dimaksud Yesus, maka rasul Petrus tidak akan dapat pengampunan. Ia mengutuk, bersumpah, namun ketika ia bertobat ia diampuni (Mat. 26:69-75; Yoh. 21).

4. Menghujat Roh Kudus Artinya Bukan Melakukan Tindakan Imoralitas
Yesus berkata kepada perempuan yang berbuat zinah, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi dari sekarang.” (Yoh. 8:11). Banyak orang Kristen di Korintus, sebelum bertobat, penuh dengan dosa imoralitas, namun mereka telah diampuni (1 Kor. 6:9-11; Kis. 18:8). Bahkan orang Kristen yang jatuh ke dalam dosa karena hal yang sama masih bisa mendapat pengampunan (1 Kor. 5:2; 2 Kor. 2:6-8).

5. Menghujat Roh Kudus Bukan Berarti Kembali Melakukan Perbuatan-perbuatan Dosa
Beberapa orang mengatakan hanya orang Kristen yang bisa jatuh ke dalam dosa yang tidak akan diampuni, sebab hanya orang Kristen yang punya (karunia) Roh Kudus; lalu disimpulkan, “dosa yang tidak akan diampuni” itu artinya kembali melakukan perbuatan-perbuatan tercela.

Dalam konteks, Yesus, saat mengatakan tentang dosa yang tidak akan diampuni, berbicara kepada orang Farisi dan ahli Taurat yang jahat itu, bukan kepada para pengikut-Nya. Alkitab mengatakan memang mungkin saja umat-Nya jatuh ke dalam dosa dan binasa. (Yoh. 15-1-16) Akan tetapi firman-Nya juga mengatakan tentang pemulihan, di mana orang yang jatuh ke dalam dosa masih bisa bertobat dan kembali ke jalan-Nya (Kis 8:22).

6. Menghujat Roh Kudus Bukan Berarti Menunda-nunda Menaati Injil Sampai Mati
Meskipun tidak mungkin lagi bisa menaati Injil setelah mati, namun orang yang tidak berbuat “dosa yang tidak bisa diampuni” dapat menaati Injil dan selamat sebelum ia mati. Yang dimaksud Yesus dalam teks adalah orang yang, setelah menghujat Roh Kudus, tak punya lagi pengharapan akan pengampunan. Karena itu “dosa yang tidak akan diampuni” bukanlah semata-mata karena melalaikan kewajiban.

II. Lalu Apa Yang Dimaksud Yesus Dengan “Menghujat Roh kudus?”
1. Menghujat Roh Kudus Artinya Mengucapkan Kata-kata Jahat Terhadap dan Melukai Perasaan Roh Kudus.
Menurut Standard Greek Lexicons, menghujat artinya “mengucapkan kata-kata jahat terhadap,” “menista” atau “mengucapkan penghinaan dengan sengaja kepada Allah atau terhadap hal-hal yang kudus.” Roh Kudus adalah pribadi dalam lem-baga keallahan, bukan sekadar pengaruh. (Mat. 28:19).

Karena itu, menghujat Roh Kudus berarti mengucapkan kata-kata jahat, menista, atau menghina (Roh Kudus) dengan sengaja. Menghujat merupakan suatu perbuatan nyata. Mengucapkan kata-kata jahat selalu melekat pada kata menghujat. Di bawah hukum Musa, orang yang menghujat dapat dihukum mati (Imm. 24:16).

Tentunya, sudah ada dosa sebelumnya di hati orang yang mengujat Roh Kudus sebelum ia menghujat. Sama halnya dengan orang yang baru berencana membunuh saja telah berdosa, sebab Tuhan tahu apa yang ada dalam hati setiap orang.

Akarnya adalah apa yang jahat yang sedang direncanakan adalah dosa juga, seperti kebencian, iri hati dan dengki. Ini bisa membawa orang pada tindakan pembunuhan. Kebencian dalam hati sama dengan membunuh dalam hati. (1Yoh 3:15).

Jadi, mengenai orang Farisi itu dikatakan, Yesus telah “mengetahui pikiran mereka,” (Mat 12:25) dan kata-kata yang mereka ucapkan merepresentasikan apa yang ada dalam hati mereka. Di kesempatan lain dikatakan Yesus “berdukacita karena kedegilan hati mereka” (Mark. 3:5).

Kata-kata mereka, yang menghujat Roh Kudus, seperti yang disebutkan dalam bahasan ini, berasal dari hati jahat mereka dan mengindikasikan hati yang jahat. Meskipun menghujat dan kedegilan hati tidak sinonim, namun menghujat yang dimaksud Yesus adalah berasal dari hati yang benar-benar degil. Itu sebabnya Yesus mengatakan tidak akan ada lagi pengampunan.

Jadi, dalam Mat 12:32, Yesus berbicara tentang jenis penghujatan tertentu. Ia menyampaikan hal yang mengerikan itu kepada orang Farisi sebab mereka mengatakan ”Ia kerasukan roh jahat.” Karena hati mereka degil, melawan pengajaran Allah, mereka benar-benar berada dalam bahaya. Hati mereka telah menjadi degil, tidak ada pengharapan, dan sama sekali tak mempan pengajaran Kristus, hati mereka dikelilingi oleh sikap prejudis kebencian.

2. Roh Kudus Memberikan Injil Demi Keselamatan Jiwa Manusia
Yohanes Pembaptis diutus Allah untuk mempersiapkan orang-orang bagi kedatangan Tuhan. (Yoh. 1:6; Luk. 1:17; 7:29-30). Pemberitaan Firman oleh Yohanes diikuti kemudian oleh pelayanan Yesus. Namun banyak yang menolak Yesus ... bahkan oleh kelompok yang sama, orang Farisi! Setelah pelayanan Yesus, pribadi ketiga dari lembaga keallahan diutus, yaitu Roh Kudus, untuk mengilhamkan para penulis Perjanjian Baru.

Yesus berjanji akan mengutus Roh Kudus untuk memimpin rasul-rasul kepada seluruh kebenaran. Roh kudus datang untuk memberi kesaksian tentang Yesus serta menyatakan syarat-syarat pengampuan. (Yoh 15:26 ; 16:7-13). Roh Kudus turun ke atas rasul-rasul pada hari pentakosta (Kis 2:1-4). Dalam kesempatan itu, Roh Kudus menawarkan pengampunan kepada orang-orang yang telah menolak Yesus, bahkan kepada mereka yang telah menyalibkan Dia (Kis 2:36-38). Namun pengampuan itu bersyarat, yaitu berdasarkan penerimaan mereka akan Kristus sebagai Anak Allah sebagai satu-satunya pengharapan pengampunan.

Mereka yang hidup pada masa pelayanan Kristus mungkin saja telah berdosa kemudian diselamatkan di bawah dipensasi Roh Kudus. Namun jika orang Farisi itu menolak penawaran terakhir dari kasih karunia itu dengan menghujat Roh Kudus, maka tidak ada lagi cara lain untuk menyelamatkan mereka; mereka tidak akan mendapat pengampunan dosa.

Jadi, pada saat itu Yesus berkata kepada orang Farisi itu bahwa orang boleh mengucapkan ”sesuatu menentang Anak Manusia” dan ia “akan diampuni, tetapi jika menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.” (Mat 12:32).

Maksudnya begini: “Kamu boleh menolak Firman Allah, namun jika kamu bertobat kamu akan diampuni; kamu boleh menolak-Ku dan menentang pelayanan-Ku, namun kamu akan diampuni jika bertobat; namun jika kamu menghujat dan menolak firman yang diajarkan Roh Kudus bila Ia datang dan berbicara melalui rasul-rasul-Ku maka tidak akan ada lagi pengampunan bagimu, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak. Pesan dari Roh Kudus itu akan menjadi tawaran pengampunan terakhir bagimu; dan orang yang menghujat Roh Kudus tidak akan diampuni.”

3. Pengajaran Roh Kudus Mesti Ditaati.
Jika seseorang menolak Roh Kudus pada zaman kekristenan sekarang, maka tidak akan ada lagi pengampuan bagi dia sebab Roh Kudus-lah, dari lembaga ke-allahan, yang terakhir diutus untuk mentobatkan manusia dari dosa. Tidak ada lagi rencana keselamatan yang ditawarkan kepada dunia. Itulah yang terakhir.

Agar selamat, setiap orang harus menaati hukum pengampunan dari Roh Kudus, yaitu hukum yang telah diberitakan oleh para rasul dan ditaati oleh mereka yang pertobatannya dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul, yaitu: harus mendengarkan Injil, percaya, bertobat, mengaku iman dalam Kristus dan dibaptiskan. (Mark. 16:15-16; Kis. 2:36-38; 22:16).

Namun jika seorang Kristen jatuh ke dalam dosa, ia harus bertobat, mengakui dosanya dan berdoa. (Kis. 8:13-24;Yak. 5:16;). Semua dosa, tanpa terkecuali, akan diampuni apabila orang yang berdosa itu bertobat dan menaati Firman-Nya. Allah selalu “sudi mengampuni” (Neh. 9:17).

Allah akan mengampuni orang berdosa yang mau bertobat dan melakukan kehendak-Nya, namun yang tidak bertobat, tidak. Ia “...memberitakan kepada ma-nusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.” (Kis. 17:30). Ia “... menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang ber-balik dan bertobat.” (2 Pet. 3:9). Yang tidak menaati Injil, binasa (2 Tes. 1:7-10).

Jadi, ketika Yesus berkata “segala dosa dan hujat manusia akan diampuni” kecuali dosa hujat terhadap Roh Kudus, Ia tidak bermaksud bahwa setiap dosa akan diampuni tanpa menaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Tentu saja, orang yang menghujat Roh Kudus adalah orang yang jahat dan tidak akan pernah mau menaati syarat-syarat pengampuan dosa. Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang tidak mau bertobat. Sebab salah satu syarat pengampunan atau keselamatan adalah pertobatan (Luk. 13:3).

Lalu apakah “dosa menghujat Roh Kudus” itu? Itu adalah suatu watak-kekerasan hati yang membawa seseorang menghujat atau menista Roh Kudus. Ketika seseorang benar-benar tak mau menerima pengajaran Roh Kudus, dan malah menghujat-Nya, ia telah berbuat dosa yang tidak akan diampuni.

III. Mungkinkah Manusia Saat Ini Berbuat Dosa yang Tidak Akan Diampuni?
1. Seseorang Mungkin Saja Menentang Roh Kudus Saat Ini
Roh Kudus, sekarang, berbicara kepada manusia melalui Alkitab, firman yang diilhamkan. Stefanus mengatakan kepada orang yang menganiaya dirinya bahwa mereka menentang Roh Kudus saat mereka menolak firman yang ia beritakan (Kis. 7:51).

Bila manusia menolak apa yang diberitakan oleh para rasul yang diilhamkan, itu sama dengan ia telah menentang Roh Allah, karena Ia berbicara kepada manusia melalui hamba-hamba-Nya. Jadi, saat ini, jika seorang berdosa menolak menaati Injil, atau ketika seorang Kristen berdosa dan tidak mau bertobat, itu sama dengan ia telah menentang Roh Allah.

Manusia punya kebebasan untuk memilih, ia dapat menolak. Namun setiap kali ia menolak menaati Injil, ia mengeraskan hatinya dan makin jauh dari ketaatan. Karena tidak mau menaati Injil, akhirnya ia tidak akan mampu lagi menaati Kabar Baik itu. Ini akibat dari penolakan yang disengaja terhadap pengajaran Roh Kudus.

Kitab Suci dengan jelas mengajarkan bahwa seseorang yang mengeraskan hatinya akan makin sulit menaati kehendak-Nya. Walaupun kekerasan hati, tidak mau menerima Injil bukanlah menghujat Roh Kudus, akan tetapi akibatnya sama, yakni tidak ada pengampunan. Kira-kira seperti itulah keadaan hati yang dimaksud Yesus ketika Ia berbicara seperti yang dicatat dalam kitab Mat. 12:31-32, dan Ia berkata tidak akan ada pengampunan bagi orang yang menghujat seperti itu.

2. Ilustrasi
Contohnya, seseorang diikat dengan tali yang tipis di sebuah kursi. Tentu ia dapat memutuskan tali itu dengan mudah. Tapi coba orang itu diikat dengan tali yang berlapis-lapis, maka ia akan sulit melepaskan diri dari ikatan tali itu. Kira-kira seperti itulah dosa, yang mengikat setiap kali berbuat dosa yang akhirnya ikatan dosa itu makin banyak, berlapis-lapis, sampai akhirnya benar-benar terbelenggu.

Salomo berkata, “Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.” (Ams. 5:22). Mungkin ada yang bertanya, “Apakah Kristus tak dapat memerdekakan orang?” (Yoh. 8:31-36). Jawabannya tidak, jika orang tersebut sangat jahat dan akhlaknya buruk serta tidak mau bertobat.

Ilustrasi lainnya, seseorang meneteskan setetes cuka ke matanya setiap hari. Lama-lama sudah pasti penglihatannya akan rusak. Dokter pribadinya mungkin telah memperingatkan, kalau itu tetap dilakukan maka ia akan benar-benar buta. Namun ia tidak mengindahkan peringatan itu, sampai akhirnya ia benar-benar buta total. Melakukan seperti itu gambarannya sama dengan berbuat dosa yang tidak akan diampuni. Jika seseorang berbuat dosa, dengan sengaja menentang Roh Kudus, setiap hari, maka jiwanya pasti akan binasa.

IV. “Apakah Saya Telah Berbuat Dosa yang Tidak Akan Diampuni?”
Oleh karena menolak dan menghujat Roh Kudus merupakan dosa yang tidak akan diampuni, maka orang yang benar-benar memerhatikan subjek ini tidaklah berbuat dosa yang tidak akan diampuni. Namun orang yang berbuat “dosa yang tidak akan diampuni” tidak akan peduli dengan hal itu. Jika seseorang berbuat dosa seperti ini, maka itu menjadi pertanda bahwa ia tidak peduli pada keselamatan jiwanya. Ia sama sekali tidak punya rasa sesal dan tidak takut akan Allah.

“Dosa yang tidak akan diampuni,” bagaimanapun itu dilakukan, pada dasarnya adalah dosa yang dilakukan dengan kemauan sendiri, dan sengaja melawan firman Allah, yang bersumber dari kedegilan hati serta tidak mau bertobat. Namun orang yang mau bertobat, yang ditunjukkan dengan ketaatannya pada firman-Nya, tidak berbuat dosa yang tidak akan diampuni.

Pengharapan pengampunan itu hanya untuk orang yang mau bertobat. Kasih karunia Allah itu besar; Ia akan mengampuni setiap orang berdosa yang datang kepada-Nya, entah itu orang berdosa atau orang Kristen yang jatuh ke dalam dosa, yang mau bertobat dan menaati kehendak-Nya, (Luk. 15; 1 Kor. 5:5; Yak. 5:19,20).

1. “Dosa yang Tidak Akan Diampuni” itu Tidak Dilakukan Dengan Tiba-tiba
Artinya “dosa yang tidak akan diampuni” itu tidak terjadi seketika, atau hanya dalam tempo satu hari, tapi secara perlahan-lahan.

Memadamkan artinya memberangus, membredel, melumpuhkan. Bila Roh Kudus dilumpuhkan, itu sama dengan telah berbuat dosa yang dilakukan secara terus menerus, yang akhirnya sampai pada dosa yang tidak akan diampuni. Bila seseorang mendukakan dan menentang Roh Kudus, ia sedang mempersiapkan jalan yang akan membawanya sampai pada memadamkan Roh Kudus.

Setiap langkah yang menjauh dari Tuhan adalah sangat berbahaya; langkah yang akan membawanya pada pemisahan yang kekal dari Allah. Selalu menolak Injil akan berakibat fatal. Orang yang selalu menentang Roh Kudus dan tidak mau mendengar firman Tuhan akan semakin jauh dan sulit untuk “kembali kepada Tuhan.” (Yes. 55:7). Semakin sering himbauan agar datang kepada Tuhan ditolak semakin degillah hatinya. Hanya segelintir orang yang selalu menolak Injil namun akhirnya bertobat.

2. Orang Kristen Harus Berharap dan Berdoa Bagi Keselamatan Semua Orang (Rom. 10:1; 11:23)
Beberapa orang hidup tanpa pengharapan. Lalu hati mereka makin degil; akan tetapi karena tak ada yang tahu pasti akan hal ini, maka janganlah simpulkan mereka tak mungkin lagi bisa diselamatkan. Selama orang berdosa itu masih hidup, tetaplah beritakan firman kepadanya.

Jika orang tersebut mau bertobat, ia akan selamat. Jangan menyerah! Belum tentu orang itu berbuat dosa yang tidak akan diampuni. Kita harus mengerahkan segala daya-upaya membawa orang berdosa kembali kepada-Nya, melalui pertobatan yang murni menaati firman-Nya.

3. Hari Ini Adalah Hari Keselamatan Itu
Di atas tebing Air Terjun Niagara ada sebuah tanda berbunyi, “Titik Penyelamatan Terakhir.” Awak kapal yang berlayar tahu bahwa ia tidak boleh melewati tanda tersebut. Sebab di seberang sungai itu terdapat ngarai yang curam dengan arus yang sangat deras. Jika ia melewati tanda itu ia tidak dapat kembali lagi.

Kira-kira seperti itulah keadaan orang yang berbuat “dosa yang tidak akan diampuni” atau menunda-nunda menaati Injil sampai ajal menjemput. Ia telah sampai pada titik di mana tidak ada lagi penyelamatan atau penebusan. Tidak ada lagi kesempatan untuk berbalik (bertobat).

Tak seorang pun tahu berapa lama ia akan hidup atau kapan kematian itu datang. Namun ada satu hal yang dapat ia ketahui dan pastikan agar keselamatan itu diperoleh, yaitu ia harus menaati Tuhan, sekarang. “... Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyela-matan itu.” (2 Kor. 6:2).

Tidak ada kebodohan yang paling besar selain daripada berfoya-foya dalam duniawi sampai jiwanya benar-benar rusak oleh duniawi. Kita harus mencari Tuhan selagi kita masih dapat menyelamatkan diri dari cengkeraman maut; besok mungkin akan terlambat (Ams. 27:1; Yak. 4:13-17).
-----------------------------------------
Alih Bahasa dengan penyesuaian tata bahasa seperlunya oleh: Marolop Simatupang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun