Jumat, 30 Oktober 2009

Perlukah Bayi Dibaptiskan?


Judul Asli: Should Babies Be Baptized?))
(diterjemahkan dengan penyesuaian tata bahasa seperlunya)

Apakah baptisan itu? Siapa yang harus dibaptiskan? Lalu, apa tujuan baptisan? Kira-kira itulah pertanyaan yang kerap diajukan oleh orang Kristen, dan sering pula menjadi bahan perdebatan dan tanya jawab hingga saat ini. Ada pula kelompok orang yang membaptiskan anak-anak, bahkan bayi–balita. Apakah ada jawaban yang bisa dipahami dengan mudah dan semua sependapat dengan jawaban itu? Allah telah menyediakan jawabannya –dalam Alkitab.

Baptisan –Definisi
Beragam cara dipakai kalangan orang Kristen membaptiskan orang sekarang. Ada dengan cara air dipercikkan ke kepala objek baptisan, yang lain dengan menuangkan air, ada juga dengan cara membenamkan (–membenamkan berarti menempatkan seseorang –seluruh tubuhnya– di dalam air untuk waktu yang singkat). Berbeda-beda. Lalu mana yang benar?

Kitab Suci mengatakan baptisan adalah suatu penguburan. “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Rm. 6:4).


Jika Anda menguburkan jasad, tentu Anda tidak akan memercikkan tanah ke atas kepala tubuh yang telah mati itu, tidak juga hanya menyiram bagian kepala dengan tanah, tapi menutupi seluruhnya dengan tanah. Dikubur. Seperti itulah gambaran baptisan.

Baptisan, sesuai dengan Kitab Suci, adalah penguburan (pembenaman ke dalam air). Artinya, memercikkan air di atas kepala seseorang bukanlah baptisan yang benar. Seluruh tubuhnya harus dikuburkan –masuk– ke dalam air. “Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis.” (Yoh. 3:23).
Yohanes Pembaptis memilih suatu tempat yag banyak airnya untk membaptiskan orang. Memercik atau menuang air hanya butuh sedikit air. Penguburan butuh banyak air. Yohanes Pembaptis tidak memercikkan air, tapi menguburkan ke dalam air.

“Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.” (Kis. 8:38, 39).

Ketika Filipus membaptiskan sida-sida itu, keduanya turun ke dalam air. Setelah dibaptis, mereka keluar (dari air). Untuk memercikkan atau menuang air tidak perlu turun ke dalam air. Tapi membaptiskan seseorang ke dalam air –menguburkan– harus turun. Artinya, Filipus membaptiskan sida-sida dari Etiopia itu dengan cara menguburkannya ke dalam air, bukan dipercik.

Objek Baptisan
Alkitab mengajarkan bahwa ada beberapa hal penting yang mesti dilakukan objek baptisan. Pertama, harus percaya kepada Yesus Kristus. Firman-Nya, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mark. 16:6). Percaya maksudnya beriman dalam kebenaran firman Yesus. Caranya? Mendengarkan firman Allah. Rasul Paulus berkata, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Rm. 10:17)

Maka sebelum dibaptiskan, objek baptisan harus beriman dulu, di dalam Yesus. Membaptiskan seseorang sebelum percaya kepada Yesus dan firman-Nya adalah melakukan sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah –yang tidak diperintahkan dalam firman-Nya. Baptisan seperti itu tidak tepat.

Sekarang mari kita ajukan pertanyaan. “Dapatkah seorang bayi percaya dalam Yesus dan bahwa Ia adalah Anak Allah yang hidup?” Anda tahu jawabannya. Berarti bayi tidak perlu dibaptiskan. Tidak tepat apabila seorang bayi menjadi objek baptisan.

Sebelum dibaptis, objek baptisan itu juga harus mengaku imannya dalam Kristus lebih dulu. “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” (Rm. 10:9, 10). Mustahil bayi bisa melakukannya.

Contoh terbaik tentang pengakuan iman terdapat dalam kitab Kisah Rasul 8. Filipus mengajar seorang Etiopia. Dia percaya. Kemudian –dalam perjalanan mereka– mereka tiba di suatu tempat yang banyak airnya. Orang Etiopia itu minta dibaptiskan. Namun sebelum dibaptiskan, ia mengaku imannya bahwa ia percaya Yesus Kristus adalah Anak Allah yang hidup. Kemudian ia dibaptiskan. Jelas sekali, baptisan mengikuti pengakuan.

Kita bertanya lagi. Dapatkah bayi mengaku imannya dalam Yesus? Maka dari itu bayi tidak siap untuk dan tidak perlu dibaptiskan. Bayi bukanlah objek yang tepat untuk baptisan yang tepat. Bayi belum tahu apa-apa tentang pengakuan iman. Sebab mengakui Yesus sebagai Putra-Nya harus dilakukan sebelum baptisan.

Objek baptisan juga harus bertobat dulu. Rasul Petrus dengan tegas menjawab, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kis. 2:38).

Bertobat artinya merobah cara hidup dari ketidakbenaran, dari perbuatan jahat ke perbuatan yang baik, selalu melakukan apa yang benar, meninggalkan kejahatan. Merobah pola pikir, dari yang jahat ke yang baik. Selalu melakukan apa yang baik. Selalu melakukan apa yang dikehendaki Tuhan, tidak lagi menurut kehendak sendiri. Apakah bayi bisa dan tahu arti bertobat? Dapatkah dia merobah cara hidupnya? Maka bayi tidak perlu dibaptiskan, sebab praktek baptisan dilakukan sesudah pertobatan.

Lalu apa yang telah kita pelajari dalam traktat ini sejauh ini? Bahwa objek baptisan itu harus mendengarkan firman Allah dulu, beriman, percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup, mengaku imannya di hadapan manusia, bertobat baru dibaptiskan.

Dibaptiskan dulu baru percaya dan bertobat tidaklah tepat. Itu sebabnya bayi bukanlah objek yang tepat untuk dibaptis. Bayi tidak tahu apa arti dan tujuan mengaku iman dan ia tidak perlu bertobat. Alasannya, pertama, bayi tidak memiliki dosa. Kedua, bayi tidak kenal dosa.

Praktekkanlah apa yang diajarkan Kitab Suci. Kita bisa sependapat, tak perlu adu urat leher jika kita meletakkan ajaran firman Allah di atas ajaran manusia. Kitab Suci mencatat, “Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan.” (Kis. 8:12).

Harus Memberi Diri Dibaptis –Tujuan
Alkitab menyebutkan dasar dan tujuan baptisan. Pertama, jika ingin selamat, harus dibaptis. “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mark. 16:6). Rasul Petrus juga mengatakan, “Kamu diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan ...” (1 Pet. 3:21).

Kedua, jika ingin dosa-dosanya diampuni, maka harus dibaptiskan. Petrus berkata kepada orang banyak pada hari Pentakosta, “... bertobatlah, dan memberi diri dibaptiskan di dalam nama Yesus Kristus untuk keampunan dosa-dosa.” Kis. 2:38). Tidak ada cara lain di mana seseorang selamat saat ini, atau dosa-dosanya diampuni tanpa dibaptiskan (dikuburkan di dalam air) sesuai dengan Kitab Suci.

Tujuan lainnya, agar seseorang itu dimasukkan “ke dalam Kristus.” Menjadi orang Kristen. Anda belum menjadi orang Kristen jika belum masuk “ke dalam Kristus.” Bagaimana caranya? Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat Galatia, menjawab, “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” (Gal. 3:27).

Anda masuk “ke dalam Kristus” melalui baptisan dan Anda pun menjadi orang Kristen. Itu juga menempatkan Anda ke dalam tubuh Kristus, yaitu Gereja-Nya. “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” (Ef. 1:22,23).

Gereja adalah orang yang telah diselamatkan dan ditambahkan ke dalam jemaat-Nya. Kristus adalah penyelamat dan penebus Gereja. Jika Anda ingin Kristus menjadi Juruselamat Anda, maka Anda harus berada di dalam Gereja-Nya. Jalan satu-satunya untuk menjadi orang Kristen dan masuk ke dalam Gereja-Nya adalah melalui baptisan yang benar.

Intisari
Apa kata Alkitab tentang dan cara baptisan? Baptisan adalah diselamkan, menempatkan objek baptisan sepenuhnya ke dalam air untuk sesaat. Mengapa harus dibaptiskan? Agar dosa-dosanya diampuni, dan selamat. Baptisan ini membuatnya menjadi bagian dari tubuh Kristus, yaitu Gereja.

Siapa yang harus dibaptis? Orang yang telah mendengar firman Allah, percaya, bertobat, mengaku imannya di hadapan manusia. Sangat sederhana, bukan? Jadi, bayi tidak perlu dan belum bisa dibaptiskan.

Apakah Anda telah memberi diri dibaptis menurut cara dan kententuan Kitab Suci? Jika ya, apakah Anda melakukannya setelah mempelajari firman-Nya, percaya, mengakui Yesus adalah Anak Allah yang hidup, lalu bertobat? Atau mungkin Anda belum dibaptis menurut cara Alkitab? (*)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
© Truth for the World PO Box 751135
Memphis, TN 38175-1135 USA

2 komentar:

  1. Bayi mempunyai dosa keturunan(Mazmur 51:7), justeru itu harus dibaptis juga
    Maut telah menjalar kepada semua orang,maka semua orang telah berbuat dosa(Roma5:12)
    Jika tidak dilahirkan dari air(baptisan) dan roh (roh kudus), tidak dapat melihat kerajaan Bapa(Yohanes 3:3). Untuk masuk surga, bayi juga harus dibaptis.

    BalasHapus
  2. bayi punya dosa? apakah dosa diwariskan?
    Dosa itu tidak diwariskan. Alkitab tidak pernah mengajarkan dosa warisa. Manusia berdosa karena melanggar firman Tuhan. Bukan diwariskan nenek moyang!

    BalasHapus

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun