Jumat, 30 Oktober 2009

Setelah Gempa di Padang, Selanjutnya di Mana?*

Oleh Marolop Simatupang

Gempa bumi yang menguncang kota Padang dan beberapa wilayah Sumatera Barat, Rabu (30/9) pukul 17.16 WIB sangat mengejutkan. Gempa berskala 7,6 skala Richter itu meluluhlantakkan kota Padang dan sekitarnya. Gempa tektonis di Bumi Andalas yang getarannya terasa nyaris sampai jarak 500 kilometer hingga Singapura dan Malaysia itu menelan ratusan korban jiwa dan ribuan korban luka-luka.

Setelah Padang, gempa juga mengguncang Kota Jambi. Gempa yang tercatat dengan skala 7,0 SR itu menghancurkan ratusan bangunan. Gempa yang tergolong gempa kuat itu menelan banyak korban. Empat minggu sebelumnya Tasikmalaya, Jawa Barat, juga diguncang gempa besar yang getarannya sampai ke Jakarta.

Keingintahuan pun menyeruak. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Setelah di Sumatera Barat dan Jambi, selanjutnya di mana? Akan adakah gempa susulan yang lebih besar?

Memang tak ada yang bisa menetapkan secara presisi kapan dan di mana akan terjadi gempa. Hingga saat ini para ahli hanya dapat memperhitungkan kemungkinan akan terjadinya gempa, baik vulkanik maupun tektonis di suatu kawasan.

Kepulauan Nusantara, yang terlatak di cincin api (ring fire) memang tergolong rawan gempa bumi, khususnya pesisir bagian barat Pulau Sumatera. Palung (tanah yang berlekuk dalam dan berisi air) Sumatera kawasan barat yang merupakan zona penunjaman Lempeng Eurasia ke Lempeng Indo-Australia mengakibatkan Pulau Sumatera rawan diguncang gempa tektonis besar.

Beberapa ahli gempa sebenarnya telah memprediksi akan terjadi gempa di kawasan barat Pulau Sumatera. Prakiraan tersebut dibuat terutama setelah terjadi gempa bumi berskala 9,3 skala Richter yang mengakibatkan tsunami dahsyat di Aceh pada penghujung tahun 2004.

Dari pengamatan sejak tahun 2004 pasca-tsunami Aceh, terjadi beberapa gempa bumi yang cukup besar, seperti di Nias tahun 2005 bersakla 8,2 SR; di Padang pada tahun yang sama tercata 7,4 SR; di Bengkulu tahun 2007 tercatat 7,9 SR, lalu Padang dan Jambi tahun 2007 berskala 7,7 SR; di Bengkulu pada bulan Oktober 2007 berskala 7,0 SR; di Nanggroe Aceh Darussalam bulan Februari 2008 berskala 7,3 SR; Bengkulu dan Kepulauan Mentawai pada bulan Februari 2008 berskala 7,2 SR dan yang terkini di kota Padang dan Jambi.

Yusuf Surachman, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Mineral Badan Pengkajian danPenerapan teknologi (BPPT) mengatakan, energi di Padang memang sudah matang. Dan diperkirakan masih ada energi yang tersimpan. Pelepasan energi yang tidak sekaligus membuat gempa bumi tidak terlalu hebat namun dampaknya cukup mengerikan dan energi yang tersimpan dengan sendirinya akan berkurang.

Kalangan ahli gempa memerkirakan gempa di Sumatera Barat dan Jambi belum usai. Lempeng samudera dan lempeng benua akan terus bergerak melepaskan energi hingga mencapai posisi letak yang pas. Pergerakan inilah yang potensial akan menimbulkan gempa tektonis di sepanjang pesisir barat Pulau Sumatera.

Sri Widiayantoro, seorang guru besar dan ahli gempa dari ITB, seperti dikutip di sebuah media nasional mengatakan apakah pelepasan energi itu akan sering-sering tapi tidak terlalau besar atau akan dikeluarkan sekaligus besar tidak ada yang tahu. Para ahli gempa bumi tidak dapat memerkirakan kapan lagi terjadi pelepasan energi dan penunjaman lempeng samudra ke lempeng benua yang mengakibatkan gempa bumi tektonis.

Zona subduksi di kawasan Pulau Sumatera bagian barat yang panjangnya kurang lebih 1.200 kilometer membentang dari Aceh, Sumatera Utara, terus ke Padang, Bengkulu, Lampung bagian barat sampai ke Selat Sunda belum pecah semuanya. Artinya (mungkin) masih akan ada lagi gempa susulan di kawasan bagian barat Sumatera. Namun kapan, tak seorang pun tahu.

Inilah yang membuat masyarakat yang tinggal di pesisir Sumatera bagian barat dihantui kekwatiran dan harus terus waspada. Gempa yang mengguncang kota Padang dan Jambi bisa memicu gempa susulan di pesisir barat Pulau Sumatera, bahkan potensi skalanya bisa lebih besar. Artinya tidak tertutup kemungkinan gempa susulan mengguncang wilayah Kepulauan Mentawai hingga Lampung.

Hingga saat ini belum ada satu pun alat yang secara presisi dapat meramalkan kejadian gempa di bumi ini. Namun langkah antisipatif dapat dilakukan. Penataan ruang di wilayah rawan gempa harus segera diambil untuk menekan jumlah korban.

Masyarakat juga harus tahu mereka berada di wilayah yang tidak aman gempa sehingga mengerti konstruksi bangunan seperti apa yang layak digunakan dan apa yang harus mereka lakukan saat gempa terjadi. Pemerintah dan instansi terkait harus mengajarkan kepada masyarakat tentang cara-cara penyelamatan diri, ke mana harus pergi ketika bencana terjadi.
====================================================================
Telah dimuat di Majalah FORUM Keadilan
No. 24/12-18 Oktober 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun