Jumat, 25 Desember 2009

Menyimpannya di Dalam Persimpanannya


Tentang Persembahan ...
Oleh Leroy Brownlow

Banyak orang Kristen yang belum tahu tentang persembahan beserta hal-hal yang melekat di dalamnya. Menyimpan di dalam persimpanannya atau memberi persembahan merupakan salah satu dari tanggung jawab positif dalam kehidupan orang Kristen.

Di setiap zaman atau dispensasi, manusia telah diajar untuk memberi atau mempersembahkan korban kepada Allah; sebab itu, memberi persembahan yang tepat telah menjadi suatu hal yang penting bagi-Nya.

Pada zaman kitab Kejadian disebutkan, “Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.” (Kej. 4:4, 5). Allah tidak langsung menerima apa saja yang dipersembahkan, demikian juga dengan sekarang. Ini harusnya mendorong kita untuk berpikir tentang persembahan yang akan kita persembahkan.

Kristus memerhatikan bagaimana orang memberi. “Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memerhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.” (Markus 12:41). Yesus memerhatikan apa yang mereka berikan; Ia memerhatikan apa dan berapa yang kita berikan.

Tuhan memerhatikan saat Ananias dan Safira memberikan persembahan mereka (Kis. 5:1-11). Dalam usaha yang sia-sia untuk mendapat pujian dari manusia, mereka berdusta tentang pemberian mereka. Akibatnya? Mereka dibinasakan saat itu juga. Ingat pernyataan Kitab Suci berikut ini: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Gal. 6:7).

Allah memerhatikan persembahan kita; apa, bagaimana, sudah proporsionalkah atau belum, Ia tahu. Selalu mengingat fakta ini akan mendorong kita agar senantiasa memberikan persembahan yang terbaik kepada-Nya.

1 Korintus 16:2
Berhubungan dengan persembahan, ada beberapa pertanyaan yang perlu kita selidiki, dan jawabannya yang terdapat dalam 1 Kor. 16:2 harus direnungkan. “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing--sesuai dengan apa yang kamu peroleh--menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”

Pertanyaan Pertama: Kapan? “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu.”
Pengaturan masalah waktu atau hari ini sangat perlu diperhatikan. Allah mengkhususkan hari pertama dalam minggu. Karena hari ini selalu ada setiap minggu, maka kita harus selalu memberi dengan teratur dan sistematis. Ini juga secara tidak langsung mewajibkan setiap orang Kristen menghadiri perhimpuan ibadah setiap hari pertama dalam minggu – Hari Minggu – agar dia dapat memberikan persembahannya. (Ibr. 20:25).
Pertayaan Kedua: Siapa? “Hendaklah kamu masing-masing.”
Paulus menulis surat itu kepada orang Kristen, anggota gereja; sebab itu, setiap orang Kristen diperintahkan untuk memberi sesuatu sesuai dengan berkat yang ia peroleh. Perintah ini berlaku baik kepada laki-laki maupun perempuan, tua-muda.

Berikutnya: Apa? “Menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah.”
Ini mengatakan kepada kita apa yang harus dilakukan, dan setiap orang Kristen harus memberi dengan kerelaan, direncanakan. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor. 9:7)

Memberi persembahan harus dengan kerelaan, bukan tanpa dipikirkan sama sekali. Bukan mencari Kerajaan Allah lebih dahulu namanya kalau kita menghabiskan waktu selama seminggu dan datang beribadah pada hari Minggu lalu memberikan persembahan kepada Allah beberapa rupiah yang tersisa. Persembahan itu harus kita berikan dengan kerelaan, dan direncanakan dengan baik, sehingga kita sudah siap untuk memberi jika waktunya telah tiba.

Ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen membuat perencanaan keuangan-persembahan kepada Allah dengan saksama, cermat dan berpatokan pada firman-Nya. Mempersembahkan beberapa receh rupiah yang tersisa, atau tidak tahu berapa yang akan dipersembahkan saat pengumpulan uang tiba bukanlah karakter orang Kristen sejati.

Seperti yang disebutkan di atas, kita harus memberi tapi “jangan dengan sedih hati atau karena paksaan.” “Dengan sedih” artinya memberi dengan enggan. Janganlah kita bersedih dengan pemberian kita atau bersungut-sungut dalam memberi. Juga jangan bersungut-sungut atas khotbah-pelajaran yang berbicara tentang persembahan.

Persembahan yang diberikan karena paksaan, tekanan, atau dengan motif agar mendapat pujian dari manusia tidak akan bermanfaat kepada si pemberi. Faedah pemberian itu hilang dari si pemberi. “Pemberian tanpa si pemberi adalah kosong.” ---James Russel Lowell.

Selanjutnya: Berapa Banyak? “Sesuai dengan apa yang kamu peroleh.”
Inilah pemberian yang sebanding, sepadan. Jumlah persembahan kita harus sebanding dengan jumlah berkat yang kita peroleh. Kita melihat keadilan Allah dalam perintah ini. Perintah ini dibuat sedemikian rupa supaya setiap orang, entah ia mendapat banyak atau sedikit, bisa menaatinya. “Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.” (2 Kor. 8:12).

Bagaimana dengan persembahan perpuluhan?
Hukum perpuluhan diberikan di bawah zaman Bapa-bapa dan Yahudi. Ini persembahan yang sepadan dan jumlahnya adalah sepersepuluh. Abraham memberikan perpuluhan kepada Malkisedek, Imam Allah Yang Mahatinggi. (Kej. 14:17-20). Yakub bernazar kepada Allah, “Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” (Kej. 28:22)

Perpuluhan diberikan kepada orang Ibrani, di bawah hukum Musa, dan menjadi standar hukum persembahan mereka. “Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN ... Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN.” (Imamat 28:30-32)

Namun perhatikan, hukum perpuluhan tidak dapat dijadikan sebagai patokan atau pegangan dalam memberi persembahan sekarang sebab kita tidak berada di bawah hukum Musa. Artinya, di zaman kekristenan, kini, kita, dalam hal memberi persembahan, tidak diatur oleh hukum Musa, hukum Perpuluhan, tapi hukum Kristus, Perjanjian Baru.

Pertanyaan Terakhir: Mengapa? “Supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”
Dalam berbagai kesempatan tidak perlu diadakan pengumpulan uang khusus kalau setiap orang Kristen memberi sesuai dengan berkat yang ia peroleh, secara teratur dan setiap hari minggu.

Memberi Persembahan, Suatu Anugerah yang Perlu Dikembangkan
Memberi persembahan, memberi yang terbaik, yang sesuai dengan kaidah hukum-Nya adalah suatu anugerah yang perlu ditumbuh-kembangkan. “Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, --dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami--demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.” (2 Kor. 8:7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun