Senin, 12 April 2010

Finansial Gereja

Oleh Roy E. Cogdill

Gereja Tuhan diikut-sertakan dalam misi besar surga –menyelamatkan orang berdosa. Dalam melaksanakan dan mendanai pekerjaan gereja tentu uang mutlak diperlukan. Karena itulah penggunaan uang dan kontribusi yang tepat menjadi tema krusial dalam Perjanjian Baru.

Dosa pertama di jemaat di Yerusalem yang diceritakan kepada kita adalah “kecurangan” Ananias dan Safira dalam hal memberikan “korban” kepada Allah (Kis. 5:1-2). Sebuah contoh yang tidak baik!

Seperti dalam rencana lainnya, Allah telah meletakkan hukum yang menjadi pedoman; agar rencana-Nya itu dilakukan dengan komitmen penuh. Kewajiban setiap orang Kristen adalah menaati semua peratu-ran yang telah Ia tetapkan. Kewajiban adalah pribadi. Kita harus melaksanakan rencana dan rencana itu akan berjalan.

Diberikan prinsip-prinsip umum untuk mengatur financial gereja. Antara lain bahwa setiap orang Kristen adalah bendahara. Maksudnya orang Kristen adalah “manager keuangan” pribadi dalam berkat-berkat yang Ia karuniakan kepada umat-Nya.

Setiap pribadi dituntut untuk menggunakannya dengan bijak, serta mengembalikan kepada-Nya dalam persembahan seperti yang telah diatur dalam firman-Nya. Maka pertanyaan yang perlu kita jawab dan renungkan adalah sudahkan saya menjadi bendahara yang baik bagi Tuhan?

Prinsip penting lain yang dicatat dalam Buku-Nya adalah bahwa setiap pribadi dituntut untuk berpartisipasi dalam misi gereja. Dikatakan “hendaklah kamu masing-masing” (2 Kor. 8:12) “memberi” sesuai de-ngan apa yang kamu peroleh. Kemampuan pribadi adalah dasar tanggung-jawab pribadi. Maka peran dan partisipasi “masing-masing” akan meringankan beban bersama. Seseorang tidak dapat berada dalam “persektuan penuh” sampai dia melakukan bagiannya.

Mengapa harus berpartisipasi? Karena setiap orang Kristen adalah mu-rid –murid Yesus. Seorang murid menunjukkan tanggungjawabnya de-ngan pengorbanan diri. Dalam konteks financial gereja, Yesus menun-tut pengorbanan pribadi murid-murid-Nya, yang dalam hal ini berarti setiap orang Kristen harus memberi. Bukan sekadar memberi, melainkan memberi dengan limpahnya.

Memberi harus disertai dengan kasih dan sukarela. Maksudnya mem-beri bukan karena terpaksa –“... jangan dengan sedih hati atau karena paksaan;” (2 Kor. 9:7), penuh tujuan, sistematik dan terencana.

Memberi dengan limpahnya akan membuka pintu ke dalam rahmat dan berkat Allah bagi mereka yang melakukannya. Ini membantu kita agar kaya dalam kemurahan. Dia yang percaya pada janji-janji Allah akan memberi dengan murah hati tanpa rasa takut akan menderita karena melakukannya –memberi kepada-Nya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun