Jumat, 10 April 2009

Di atas Batu Karang Ini Aku Akan Mendirikan Gereja-Ku

(Judul Asli: Upon This Rock I Will Build My Church)

Oleh : Perry B. Cotham

Alih Bahasa: Marolop Simatupang

Kaisarea Filipi adalah sebuah kota yang terletak di atas batu karang. Di sekitar itulah Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” (Mat. 16:13). Banyak jawaban yang diberikan. Ada yang menjawab Ia adalah Yohanes Pembaptis yang telah dibangkitkan dari kematian; ada pula yang berpendapat Ia adalah Elia, ada yang mengatakan Yeremia; atau salah seorang dari para nabi.

Kemudian Yesus mengajukan pertanyaan yang sama langsung kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Mat. 16:15). Lalu Petrus membuat pengakuan terbesar akan imannya, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.”

Ada banyak hal yang membuat Petrus sampai pada kesimpulan ini. Ia telah melihat tanda-tanda ajaib yang diperbuat oleh Yesus, ia juga kagum pada jalan hidup-Nya yang tak ada bandingnya, dan telah menyaksikan hidup-Nya yang sempurna. Pasti Petrus telah mengungkapkan apa yang ada dibenak rasul-rasul lainnya sebab tak ada yang keberatan atas pernyataannya.

Setelah pengakuan iman Petrus di dalam Dia sebagai Anak Allah, Yesus berkata, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat. 16:17-19).

Ini merupakan ayat yang paling penting dalam Kitab Suci; perhatikanlah beberapa kebenaran yang didapat dari ayat tersebut:

1. Gereja Didirikan Oleh Kristus

Kebenaran pertama yang dipelajari adalah bahwa gereja Perjanjian Baru didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Ia, kepada para rasul-Nya, berjanji, “Aku akan mendirikan gereja-Ku.” Gereja yang didirikan oleh Kristus adalah sebuah institusi ilahi, dan dalam iman, pengajaran, organisasi, ibadah, kesatuan serta syarat-syarat keanggotaannya harus sesuai dengan apa yang difirmankan-Nya. Dalam hal ini gereja sempurna dan tidak bisa diutak-atik. Maka, dalam mendirikan gereja-Nya, yaitu gereja yang benar dan asli, Ia menunjukkan bahwa tak seorang pun yang punya otoritas ilahi untuk mendirikan gereja.

Ketika Yesus berbicara tentang mendirikan gereja, Ia menggunakan istilah posesif, “Jemaat-Ku”; karena itu gereja adalah milik Kristus, gereja Kristus, Ia yang mendirikannya. Dan lagi, gereja itu milik Kristus sebab Ia telah menebusnya dengan darah-Nya sendiri (Kis. 20:28; Ef. 5:25-27). Ketika Paulus berbicara tentang berbagai gereja Tuhan, ia berkata, “Jemaat-jemaat Kristus ...” (Rom. 16:16).

Dipandang dari sudut tata bahasanya, ekspresi jemaat Kristus bukanlah sebuah titel; itu hanyalah sebuah istilah deskriptif mengindikasikan fakta bahwa gereja adalah milik Kristus, yaitu sebuah frasa preposisi yang menunjukkan kepemilikan gereja. Karena itu, ekspresi jemaat Kristus sama dengan mengatakan gereja milik Kristus.

2. Gereja Tidak Didirikan Di Atas Petrus

Yang kedua, gereja tidak didirikan di atas Petrus, tapi di atas pengakuannya, yakni “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.”

Ketika Yesus berkata, “Di atas batu karang ini,” Ia tidak mengacu secara langsung atau pribadi kepada diri-Nya sendiri atau Petrus. Kalau demikian, apakah batu karang itu? Niscaya itu adalah kebenaran yang diungkapkan Petrus. Di atas kebenaran itulah gereja didirikan, dan di atas kebenaran itu juga gereja berdiri sekarang. Fakta inilah landasan kekristenan. Yesus sebagai Anak Allah (bukan cuma orang saleh seperti yang diajarkan oleh Mormonis) adalah kebenaran yang harus dipercayai dan diakui oleh setiap orang dalam menjadi anggota gereja itu (Kis. 8:37; Rom. 10:9,10).

Dalam kitab Mat. 16:18, ada tiga kata Yunani yang perlu diperhatikan dengan cermat:

1. Petros – diterjemahkan “Petrus” – sebuah kata benda maskulin, yang artinya sebuah batu, sekeping batu karang atau batu biasa.

2. Petra – diterjemahkan “Baru karang” – sebuah kata benda feminin, artinya batuan besar, sebuah batu karang raksasa, atau langkan besar. (Beda dari kata Petros).

3. Ekklesia – diterjemahkan “gereja” (jemaat) – sebuah kata benda feminin, artinya suatu kumpulan yang dipanggil bersama, atau jemaat. (Bdg. Kis. 19:32, 39, 41). Kata inilah yang artinya perhimpunan/kumpulan umat Tuhan, yang dipanggil – dalam pengertian spiritual – keluar dari dunia.

Mereka yang percaya bahwa gereja didirikan di atas Petrus mengira bahwa Kristus berkata seperti ini, “Petrus, engkau adalah batu karang, dan di atasmu Aku akan mendirikan gereja-Ku.” Oleh karenanya mereka berpendapat bahwa Petrus lebih tinggi posisinya di atas rasul-rasul lainnya, bahkan di atas gereja. Akan tetapi, tidak seperti ini yang dikatakan oleh Yesus.

Pernyataan Yesus di sini menghilangkan anggapan bahwa Petrus adalah fundasi gereja. Perhatikanlah:

(1) Pendiri gereja-Nya adalah Kristus;

(2) Fundasinya adalah batu karang, yaitu kebenaran bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah; dan

(3) Petrus ada di pintu gerbangnya, memegang kuncinya.

Adalah merupakan kaidah bahasa bahwa seseorang tidak bisa menempati dua posisi yang berbeda dalam ilustrasi yang sama, pada saat yang sama. Oleh karena itu, Petrus-lah, di mana Yesus menempatkannya, yakni penjaga pintu yang memegang kuncinya.

Ratusan tahun sebelum Kristus lahir, Yesaya telah menubuatkan, “Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah” (Yes. 28:16).

Rasul Petrus menunjukkan nubuatan ini kepada Kristus, mengatakan Dia-lah batu hidup yang di atas-Nya orang Kristen didirikan, batu penjuru, yang dipilih, dihormat, yang telah diletakkan di Sion (Yerusalem). Demikian juga dengan orang Kristen adalah batu hidup, mendirikan suatu rumah yang rohani, gereja. Inilah pengertian Petrus mengenai kata-kata Kristus ketika Ia berkata “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.”

Bahwa gereja didirikan di atas Kristus yang adalah Anak Allah, dan bukan di atas Simon Petrus lebih lanjut dikuatkan oleh surat kiriman Paulus kepada jemaat di Korintus, “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” (1 Kor. 3:11).

Demikianlah Kristus berfirman, “Engkau adalah Petrus (Petros) dan di atas batu karang ini (Petra), Aku akan mendirikan jemaat-Ku.” Dengan jelas Kristus mengatakan Ia akan mendirikan jemaat-Nya di atas “Petra”, bukan “Petros” atau Petrus. Karena telah familiar dengan kota batu karang Petra kuno, yang terletak di jurang terjal tinggi Edom, rasul Petrus mengerti dengan benar maksud kata-kata Yesus “Di atas Petra ini Aku akan mendirikan Ekklesia-Ku,” yang artinya Ia akan mendirikan gereja-Nya di atas kebenaran agung yang telah diakui oleh Petrus – yaitu di atas keilahian-Nya, bukan di atas Petrus.

Karena itu, gereja Tuhan kita didirikan di atas batu karang raksasa, pada fakta bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, bukan di atas landasan lain. Jika orang-orang yang tidak beriman bisa menyanggah pengakuan Petrus bahwa “Yesus adalah Mesias, Anak Allah,” maka seluruh gereja akan hancur lebur dengan seketika. Dengan bahasan kiasan, kebenaran ini adalah batu karang kokoh yang di atasnya Yesus mendirikan gereja-Nya.

3. Pendirian Gereja Itu Pada Masa yang Akan Datang

Pelajaran ketiga yang dipelajari dari teks Mat. 16:18 adalah bahwa gereja belum didirikan pada saat percakapan itu terjadi. Ekspresi “akan mendirikan” bersifat masa depan, future tense, dan mengimplikasikan didirikan dari dasarnya.

Yang mendirikan gereja bukan Abraham, Musa atau Yohanes Pembaptis. Mereka telah meninggal ketika Kristus berkata “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.” Yohanes Pembaptis tidak pernah menjadi anggota gereja (Mat. 11:11).

Gereja didirikan di Yerusalem pada hari Pentakosta pertama setelah kebangkitan Yesus (± tahun 30 M). Setiap kali disebut mengenai gereja atau Kerajaan Kristus sebelum hari Pentakosta itu selalu bersifat masa depan. Namun bila seseorang membaca tentang gereja setelah hari Pentakosta, itu selalu disebutkan tentang sesuatu yang sudah eksis. Tuhan menubuatkan bahwa gereja akan didirikan di Kota Yerusalem (Yes. 2:2, 3; Kis. 2; 11:15).

4. Kristus Berjanji Mendirikan Hanya Satu Gereja

Selanjutnya, Kristus berbicara tentang gereja dalam bentuk tunggal. Dalam hal keagamaan, organisasi-organisasi yang satu berbeda dengan yang lainnya dalam nama, pengajaran dan praktek, namun Kristus mendirikan hanya satu gereja. Yakni “gereja”/jemaat (tunggal) bukan “gereja-gereja” (jamak). “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.”

Meskipun Perjanjian Baru menyebut banyak jemaat, Yesus mendirikan hanya satu gereja; dan Alkitab berulangkali menekankan kesatuan gereja (Bdg. 1 Kor. 12:12, Ef. 1:22, 23; 4:4-6). Hanya ada satu tubuh. Tubuh itu adalah gereja. Hanya ada satu tubuh, sebagaimana ada satu Tuhan.

Karena itu, ekspresi jemaat-jemaat Kristus itu berarti jemaat-jemaat lokal milik Kristus, yang semuanya memiliki iman dan praktek yang sama. Satu-satunya unit organisasi dalam gereja Tuhan adalah jemaat lokal, independen dalam mengatur diri sendiri, dipimpin oleh para penatua yang melayani dibawah pengawasan tertinggi: Kristus. (Bdg. Kis. 14:23).

5. Gereja ialah Orang-orang yang Diselamatkan

Ketika Yesus berkata, “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku,” apakah hanya itu saja yang Ia maksudkan? Dalam menjawab pertanyaan ini, Alkitab menggunakan beberapa acuan dalam berbicara tentang institusi atau lembaga yang dikenal sebagai gereja Tuhan. Contoh:

1. Jika lembaga itu dilihat dari sudut pandang hubungannya dengan dunia, maka gereja itu disebut “gereja,” yang berarti “dipanggil keluar,” atau orang-orang yang telah dipisahkan dari dunia, telah dipanggil oleh Injil. (Yoh. 15:19; 2 Tes. 2:13, 14).

2. Jika institusi itu ditinjau dari sudut pandang pemerintahannya, maka dengan tepat gereja itu disebut “kerajaan,” dengan Kristus adalah Raja absolutnya, dan semua bagian pemerintahan (legislatif, yudikatif, eksekutif) ditetapkan di dalam Dia. (Mat. 28:18; 1 Kor. 15:24, 25). “Gereja” dan “Kerajaan” disebutkan oleh Kristus dalam Mat. 16:18 dan 19 mengacu kepada lembaga yang sama. (Bdg. Luk. 22:29, 30; 1 Kor. 11:20; Ibr. 12:23, 28). Berada dalam gereja Kristus sama dengan berada dalam Kerajaan Kristus.

3. Ketika gereja dibicarakan dari sudut pandang organisasinya, maka gereja itu disebut “tubuh,” dengan Kristus sebagai kepala dan semua orang Kristen adalah anggota tubuh yang satu ini. (Rom. 12:4,5).

4. Jika lembaga ini ditinjau dari sudut pandang sebuah keluarga, maka gereja itu disebut “keluarga Allah,” atau keluarga Tuhan, dengan semua anak Allah menjadi anggota keluarga ini, gereja. (1 Tim. 3:15; Rom. 8:14-17).

5. Jika gereja digambarkan dari sudut pandang ibadahnya, maka dengan tepat gereja itu disebut “bait Allah,” sebab Allah berdiam di dalam bait ini dan disembah di tempat ini. (1 Kor. 3:16, 17; 6:19; 2 Kor. 6:16; 1 Pet. 2:5). Gereja itu bukan gedung bangunan, atau sebuah tempat pertemuan (Kis. 7:48; 17:24), tapi bait rohani. Dalam Perjanjian Baru, kata gereja tidak pernah ditujukan kepada gedung bangunan.

6. Kalau institusi itu dilihat dari sudut pandang dalam hubungannya dengan Kristus, maka gereja itu disebut pengantin perempuan Kristus, dan semua anggota mengenakan nama-Nya (Ef. 5:23-32; Kis. 11:26; 26:28; 1 Pet. 4:16).

Kita bisa mengerti mengapa lembaga yang sama disebut dengan beberapa sebutan, sebab seorang laki-laki bisa saja menjadi seorang saudara, seorang suami, seorang pengacara, seorang Amerika, seorang Kristen dan seorang ayah. Ia hanya seorang laki-laki, namun dilihat dari enam hubungan yang berbeda.

Hukum untuk masuk menjadi anggota gereja Allah itu dinyatakan dengan jelas dalam Kitab Suci. Yakni harus beriman di dalam Kristus sebagai Anak Allah, di mana iman itu datang dari pendengaran akan firman, bertobat dari dosa-dosa, mengakui iman dalam Kristus, dan dibaptiskan di dalam air untuk pengampunan dosa-dosa. (Mark. 16:15, 16; Rom. 10:17; Kis. 2:38; 8:36-38; 22:16; Rom. 6:3, 4).

Setelah seseorang menaati firman Allah, maka pada saat itu juga Tuhan menyelamatkan dan menambahkannya ke dalam gereja (Kis. 2:47). Jadi, seseorang menjadi anggota gereja pada saat dan oleh proses yang sama ia menjadi seorang Kristen atau seorang anak Allah.

Banyak orang berpendapat bahwa diselamatkan dan menjadi anggota gereja adalah dua hal yang berbeda. Ide yang populer saat ini mengenai gereja adalah gereja yang satu (yaitu denominasi) sama baiknya dengan gereja yang lain, dan kalau seseorang ingin menjadi anggota salah satu dari gereja-geraja itu, ia boleh menggabungkan dirinya ke gereja itu. Semua ini timbul akibat dari pemikiran dalam istilah denominasionalisme, tanpa pengetahuan Alkitab.

Gereja yang didirikan oleh Kristus, seperti yang dideskripsikan dalam Alkitab-Perjanjian Baru, tidak pernah dirujuk sebagai sebuah denominasi; dan tidak ada catatan mengenai seseorang yang menggabungkan dirinya ke dalamnya seperti pemahaman yang populer akhir-akhir ini.

Kata “gereja” dalam Alkitab dipakai dalam dua pengertian dasar:

(1) Global, mencakup semua yang telah diselamatkan (seperti dalam Mat. 16:18; Ef. 5:23), dan,

(2) Jemaat lokal, ditujukan kepada sekelompok orang Kristen yang berkumpul dan bekerja bersama-sama dalam suatu lokasi tertentu, (seperti dalam 1 Kor. 1:1, 2; Rom. 16:16; Why. 1:11).

Hanya ada satu gereja yang – tubuh orang-orang yang telah diselamatkan – didirikan oleh dan milik: Kristus. Tak satu denominasi pun yang bisa memenuhi syarat bagi gereja dalam kedua pengertian di mana kata ini dipakai dalam Perjanjian Baru.

Seseorang berkata dengan tepat, “Sebuah denominasi adalah sebuah agama dengan kitab ekstra khas yang membedakannya dari gereja atau tubuh agama yang dinyatakan dalam Alkitab. Adalah sama sekali tidak mungkin bagi denominasi apa saja untuk berdiri tanpa percaya: kepada sesuatu, mempraktekkan sesuatu, menjadi sesuatu, mengajarkan sesuatu, atau menganut sesuatu yang tidak terdapat dalam firman Allah. Semua denominasi mengajarkan lebih atau kurang dari apa yang telah tertulis dalam Alkitab; akan tetapi hal-hal yang mereka ajarkan yang terdapat dalam Alkitab tidak lantas membuat mereka denominasi-denominasi.”

Ringkasannya, Alkitab mengajarkan bahwa gereja adalah tubuh orang-orang yang telah diselamatkan, yang telah menaati Injil. Kristus memimpin sebagai kepala, dan di dalam gereja-Nya Roh-Nya berdiam. Gereja dan orang-orang yang telah diselamatkan adalah sama – orang-orang yang telah diselamatkan adalah gereja. Semua orang Kristen (yang telah diselamatkan) berada dalam gereja.

Maka, untuk mendapatkan keselamatan, seseorang harus menjadi anggota gereja itu. Tak seorang pun bisa menjadi orang Kristen tanpa menjadi anggota gereja ini, sama seperti seseorang bisa menjadi seorang anak dengan menjadi anggota sebuah keluarga. Lagi pula, keselamatan hanya terdapat dalam Kerajaan Kristus, gereja-Nya, yaitu gereja Allah.

A. Gereja Perjanjian Baru Adalah Satu Tubuh Orang Kristen, Tidak Dibagi-bagi

Karena gereja Kristus adalah satu tubuh, maka tubuh itu tidak dibagi-bagi menjadi beberapa tubuh, yang masing-masing memiliki nama, organisasi dan kepercayaan-kepercayaan khusus. Pada zaman para rasul, orang Kristen tidak dibagi-bagi ke dalam sejumlah organisasi yang berbeda-beda (gereja), tetapi mereka menjadi anggota gereja yang sama, yaitu tubuh Kristus. Semua orang Kristen yang mula-mula berada dalam gereja Tuhan, dan tak satupun dari antara mereka yang menjadi anggota denominasi.

Perpecahan di antara orang Kristen dikecam (1 Kor. 1:10). Kristus berdoa agar semua murid-Nya bersatu (Yoh. 17:20,21). Orang-orang saat ini harus sungguh-sungguh menjadi orang Kristen, anggota gereja Tuhan, tanpa menjadi anggota denominasi mana pun. Seseorang bisa berada dalam gereja Tuhan tanpa berada dalam denominasi mana pun.

Karena Yesus mendirikan hanya satu gereja, maka manusia tidak punya otoritas untuk mendirikan gereja-gereja lain dan mengklaim bahwa itu gereja Tuhan. Juga mereka tidak punya otoritas ilahi untuk membagi-bagi gereja Kristus menjadi beberapa denominasi.

Mungkin saja sebuah denominasi sama baiknya dengan denominasi yang lain, namun ini tidak (bisa) membuktikan bahwa denominasi-denominasi itu sejajar dengan gereja Tuhan. Itu cuma lembaga-lembaga buatan manusia belaka, yang didirikan jauh setelah gereja Yesus berdiri. Kalau orang-orang yang coba memulihkan gereja Perjanjian Baru tidak malah membentuknya kembali ke dalam denominasi-denominasi “Protestan,” maka kita tidak akan mengenal denominasionalisme saat ini.

Denominasi Protestan berdiri pada abad ke 16 M, -- beberapa di antaranya berdiri 1500 tahun setelah Kristus mendirikan gereja-Nya. Gereja Kristus disebutkan dalam Perjanjian Baru, namun denominasi-denominasi buatan manusia itu tak sekali pun disebutkan di dalamnya.

B. Saat ini, Gereja Kristus Bisa Didirikan Kembali di Negara Mana Saja

Di mana pun Kristus diberitakan, dan orang-orang percaya kepada-Nya, bertobat, mengakui-Nya sebagai Anak Allah, dan dibaptiskan (diselamkan) maka mereka akan menjadi orang Kristen. Sebab, alat yang olehnya manusia lahir baru dan olehnya gereja diabadikan adalah firman Allah (Yak. 1:18).

Yesus menjelaskan bahwa benih kerajaan itu adalah firman Allah (Luk. 8:11). Jika benih yang sama ditanamkan pada abad ke-20 ini, maka itu akan menghasilkan hasil yang sama seperti yang dihasilkan pada abad pertama. Manusia tidak perlu merepotkan dirinya dengan coba menelusuri gereja kembali ke zaman para rasul hanya untuk memastikan bahwa itu adalah gereja yang sama. Tanamkan saja benih yang sama, maka itu akan menghasilkan hasil yang sama.

Injil menghasilkan orang Kristen atau anggota gereja Kristus pada abad pertama. Kalau pesan yang sederhana itu diberitakan sekarang, maka itu akan menghasilkan orang Kristen, anggota tubuh Kristus. Gereja yang benar di mana pun itu berada adalah sama dengan gereja yang kita baca dalam Perjanjian Baru. Setiap jemaat yang sesuai dengan pola Perjanjian Baru sekarang, apakah itu dalam nama, doktrin, ibadah dan prakteknya, maka itu adalah gereja Kristus.

Gereja Kristus yang benar sekarang adalah sama dalam iman, nama, peribadatan dan pengajaran seperti gereja pada zaman rasul-rasul. Sebab benih yang sama menghasilkan buah sama dengan jenis benih itu, maka adalah mungkin, dengan memberitakan Injil yang benar, untuk memiliki jemaat dengan anggota-anggotanya, di berbagai wilayah dan zaman, serupa dalam segala hal dengan orang-orang Kristen pada abad pertama.

Dengan mereproduksi gereja Tuhan yang sama seperti yang dinyatakan dalam Perjanjian Baru, secara otomatis itu akan menghancurkan denominasionalisme. Sebab, jika semua orang mempraktekkan dan mengajarkan hanya apa yang di-otoritaskan Kitab Suci, maka tidak akan ada denominasi. Karena hal itu bisa diwujudkan, semoga Allah membuat saatnya segera ketika semua orang akan bersama-sama dalam satu gereja yang didirikan oleh Kristus.

6. Pintu Alam Maut Tidak Akan Menguasainya

Pelajaran yang ke-enam, Yesus berkata, “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Alam maut ialah tempat tetap roh orang-orang yang telah mati, terletak di antara kematian dan kebangkitan.

Meskipun Kitab Suci mengajarkan bahwa pintu alam maut tidak akan menguasai kekekalan gereja (yaitu gereja tidak akan pernah mati atau berakhir), namun konteks ayat tersebut membatasi pengertian kita pada pendirian gereja Tuhan. Pintu alam maut tidak akan menguasai atas pendirian gereja yaitu kuasa dunia alam maut (yang tidak kelihatan) tidak bisa menghalangi Yesus bangkit dari kematian dan mendirikan gereja-Nya. Kristus menetapkan untuk mendirikan gereja-Nya, dan pintu alam maut, dunia yang tidak kelihatan, tidak bisa mencegahnya.

Adalah benar bahwa baik maut atau kuasa mana pun tidak dapat menghancurkan gereja – bahkan tidak akan pernah bisa. Kerajaan itu “akan tetap untuk selama-lamanya” (Dan. 2:44); kerajaan itu “tidak akan tergoncangkan.” (Ibr. 12:28). Walaupun banyak anggota gereja murtad pada abad setelah zaman para rasul, seperti yang telah dinubuatkan oleh Tuhan, akan tetapi firman Allah, yaitu benih kerajaan itu, tetap hidup karena benih itu tidak fana.

Jika tidak ada jemaat-jemaat di muka bumi ini pada zaman apa pun sejak berdirinya dari semula, namun kemungkinan untuk berdiri tetap ada, sebab benih itu tetap ada, dan kekal (Mark. 13:31). Bukti tentang teori suksesi gereja apakah itu menurut sejarah tidak mungkin maupun secara keseluruhan tidak terlalu penting. Namun, terkadang gereja itu mengajarkan ajaran yang salah, tapi Alkitab selalu benar. Gereja akan selalu eksis berdiri, tetapi kadang ada yang mengajarkan ajaran palsu.

7. Kunci Kerajan Itu Diberikan Kepada Petrus

Pelajaran ketujuh yang kita dapat dari Mat. 16 adalah bahwa Kristus memberikan kunci kerajaan itu kepada Petrus. Kunci menunjukkan kuasa atau otoritas. “Kerajaan sorga” yang dimaksud Kristus di sini bukanlah kerajaan sorga yang kekal sesudah kehidupan ini; maksud-Nya adalah gereja di muka bumi ini, kerajaan atau tubuh Kristus, yaitu keluarga Allah.

Kepada Petrus dijanjikan kuasa untuk mengatakan kepada orang-orang bagaimana caranya untuk memasuki gereja itu. Syarat-syarat pengampunan sama dengan syarat-syarat memasuki kerajaan itu. Kemudian Tuhan menjanjikan kuasa yang sama kepada semua rasul (Mat. 18:18).

Otoritas yang diberikan kepada Petrus sama dengan yang diberikan kepada rasul-rasul lainnya. Namun Petrus mendapat kehormatan sebab ia-lah orang pertama yang memberitakan Injil kepada orang Israel pada hari Pentakosta dan membuka pintu gereja kepada orang-orang kafir di rumah Kornelius (Kis. 2 & 10; 11:1-18). Dengan kunci yang sama ia membuka pintu baik bagi orang Israel maupun kepada orang kafir.

Secara literal, arti janji Kristus kepada Petrus adalah, “Apapun yang kamu ikat di bumi akan terikat di sorga ....” Itu berarti para rasul memberitakan kepada dunia apa yang telah di-ikat atau dilepas di sorga. Sebab itu, apa pun yang Petrus dan rasul-rasul lainnya ikat atau lepaskan di dunia ini juga akan di-ikat atau dilepas, atau disahkan di sorga, yakni syarat-syarat keselamatan dan semua hal mengenai gereja.

Dalam pemberitaan itu, Roh Kudus membimbing mereka ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13), dan karenanya, pengajaran mereka, yang dicatat dalam Perjanjian Baru merupakan satu-satunya kaidah iman saat ini yang mengikat orang Kristen. Sistem pengajaran ini adalah “syahadat” dalam gereja Tuhan.

A. Apakah Petrus Seorang Paus?

Adalah benar bahwa seringkali Petrus mendapat posisi terkemuka atau lebih menonjol ketimbang rasul-rasul lainnya. Dalam daftar nama rasul-rasul, namanya ditulis pada urutan teratas (Mat. 10:2-4). Namun pertanyaan yang kerap ditanyakan saat ini bukanlah “Apakah Petrus orang yang terkemuka?” tapi “Apakah Petrus kepala gereja dan paus-paus Roma itu suksesornya?”

Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus adalah paus pertama, dan di atas dia-lah gereja didirikan, dan kepadanya serta para penggantinya seluruh otoritas keagamaan diberikan. Bahwa Tuhan kita tidak memberikan otoritas gerejawi kepada Petrus (seperti yang diklaim oleh beberapa agamawan) jelas dari alasan-alasan alkitabiah berikut ini:

1. Mat. 16:18 tidak mengajarkan bahwa Petrus adalah fondasi gereja. Bukan “Petros” – sekeping batu, tapi “Petra,” – gunung batu yang tidak tergoncangkan – kebenaran dari pengakuan Petrus, di atasnya gereja didirikan.

2. Rasul-rasul lain mendapat baptisan Roh langsung dari Kristus dan sama-sama di-ilhamkan untuk mengikat dan melepaskan (Mat. 18:18; Yoh. 20:21-23; Kis. 1:8; 2:1-4).

* Maka satu-satunya keutamaan Petrus adalah ia mendapat kehormatan menjadi orang pertama membuka pintu Injil kepada dunia. (Albert Barnes, Notes on The New Testament, Vol. I; Grand Rapids: Baker Book House, 1949, p. 110).

3. Rasul-rasul lain tidak tahu bahwa Kristus bermaksud menetapkan Petrus sebagai kepala atas mereka, atau kepala gereja. Beberapa waktu kemudian, di Kaisarea Filipi, Salome bersama kedua putranya menemui Kristus dan mengajukan permintaan agar kedua anaknya itu mendapat posisi tertinggi dalam kerajaan kelak (Mat. 20:20-28; Mark. 10:35-45). Bahkan pada saat Perjamuan Makan Malam terakhir, terjadi perdebatan di antara ke-12 murid itu tentang siapakah yang dapat dianggap tebesar di antara mereka (Luk. 22:24-30).

Aneh sekali kelihatannya mereka tidak tahu tentang hal itu kalau memang Kristus telah memberikan posisi itu kepada Petrus. Namun Kristus telah berkata kepada mereka bahwa “kamu semua adalah saudara” dan kebesaran yang sesungguhnya didapat melalui pelayanan kerendahan hati; dan jangan seorang pun dari antara mereka yang coba bersikap punya otoritas di atas yang lainnya (Mat. 18:1-4).

4. Petrus menyebut dirinya seorang rasul – salah seorang dari antara rasul-rasul Kristus (1 Pet. 1:1), hamba Kristus (2 Pet. 1:1), dan teman penatua (1 Pet. 5:1). Tidak pernah menyebut dirinya sebagai kepala gereja di muka bumi ini, tidak juga bertindak seolah-olah punya otoritas atas rasul-rasul lainnya. Ia juga mengatakan bahwa orang Kristen adalah batu hidup, tidak dibangun di atas dirinya sebagai paus, tapi di atas Kristus (1 Pet. 2:3-8).

5. Petrus menikah, punya isteri dan mertua (Mat. 8:14) Beberapa tahun kemudian setelah gereja berdiri, ia masih beristeri (1 Kor. 9:5). Ini kontradik dengan praktek yang dilakukan oleh beberapa orang yang menyebut dirinya penerus Petrus. Kalaupun Petrus itu paus pertama atau bishop (penilik jemaat) seperti yang dikatakan beberapa orang, maka ia harus orang yang menikah, sebab Alkitab berkata bahwa seorang bishop haruslah suami dari satu isteri (1 Tim. 3:2-5; Tit. 1:6). Yang mana pun di antaranya, itu pasti bertolak belakang dengan klaim saat ini mengenai kepausan.

6. Bertentangan dengan sikap kepausan sekarang ini yang senang atau berkenan dengan penyembahan manusia, Petrus tidak menerima penyembahan manusia; bukan karena kehidupan pribadinya tanpa cacat, sebab Paulus terang-terangan menentangnya karena ia salah; hal itu tidak akan pernah terjadi kalau Petrus telah hidup sempurna (Lihat Kis. 10:25,26; Gal. 2:11).

7. Karena Paulus mengatakan bahwa ia tidak lebih rendah dibandingkan dengan rasul-rasul yang luar biasa itu, maka apakah Paulus menjadi kepala gereja juga? (Lihat 2 Kor. 11:5; 12:11). Tidak! Akan tetapi, jika ada yang menjadi kepala atas gereja yang anggotanya didominasi oleh orang-orang non-Yahudi, maka itu bukanlah Paulus, sebab ia hanyalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa kafir.

Faktanya bahwa kekuasaan tertinggi gerejawi Petrus tidak pernah disebutkan oleh Kristus, diklaim oleh Petrus ataupun diakui oleh rasul-rasul lainnya. Petrus bukanlah kepala gereja.

Setelah gereja berdiri dan para rasul dipimpin oleh Roh Kudus ke dalam seluruh kebenaran, mereka tidak pernah merujuk Petrus sebagai kepala mereka, atau kepala gereja. Namun mengajarkan bahwa Kristus adalah “kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.” (Kol. 1:18).

Andaikata semua yang dikatakan orang itu adalah benar diajarkan dalam Mat. 16:18 mengenai keutamaan Petrus, namun bukti-bukti yang sahih untuk menunjukkan bahwa Petrus pernah menjadi paus di Roma masih kurang. Bahkan kalaupun itu benar, tidak ada bukti bahwa ia bisa meneruskan keutamaannya itu kepada orang lain. Para rasul dipilih Kristus secara langsung dan tidak ada penggantinya.

Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Petrus harus memiliki suksesor yang sempurna, yang akan menjadi wakil Kristus dan kepala gereja. Kenyataannya bahwa Petrus tidak pernah bermukim di Roma. Itu hanya tradisi. Namun itulah asumsi utama yang mendasari semua pendapat tentang keutamaan dan kesempurnaan para paus Roma.

Bukti lebih jauh lagi bawa Simon Petrus bukanlah paus pertama Roma dan kepala gereja, perhatikanlah fakta-fakta berikut ini:

(1) Petrus berada di Yerusalem tahun 44 M, tahun di mana dikatakan ia menjadi paus di Roma (Kis. 12).

(2) Petrus tidak berada di Roma pada tahun 58 M ketika Paulus, dari Korintus, menulis surat kirimannya kepada orang Kristen di Roma. Dalam surat itu tidak ada disebutkan bahwa Petrus berada di Roma. Tentu saja Paulus tidak akan melupakan paus setelah ia berkirim salam kepada 27 orang Kristen lainnya.

(3) Beberapa tahun kemudian Paulus pergi ke Roma sebagai orang tahanan dan tinggal di sana selama dua tahun, dan pada saat itulah ia menulis surat-surat kirimannya kepada jemaat Kolose, Filipi, Efesus dan kepada Filemon. Dalam surat-surat kiriman itu ia menyebutkan beberapa nama orang, sementara nama Petrus tidak. Kalau memang Petrus adalah paus di Roma saat itu apakah dia dicuekin lagi oleh Paulus?

(4) Kemudian Paulus menulis surat kiriman keduanya kepada Timotius dari Roma, namun ia tidak pernah menyebutkan tentang keberadaan Petrus di kota itu. Paulus berkata bahwa semua orang telah meninggalkannya, hanya Lukas yang tinggal dengannya (2 Tim. 4:11). Lalu di mana Petrus? Apakah ia takut menjenguk Paulus yang sedang menghadapi maut?

(5) Dalam kedua surat yang ditulis oleh Petrus, tidak disebutkan bahwa ia pernah tinggal di Roma, tapi di Babel, sebuah kota yang terletak jauh di Timur (1 Pet. 5:13).

(6) Orang-orang yang di-ilhamkan tidak pernah menyinggung Petrus sekali pun berhubungan dengan Roma. Namun, penemuan-penemuan arkeologi di kemudian hari membuktikan bahwa Petrus mati di sana, tapi klaim yang mengatakan bahwa ia memimpin di Roma sebagai kepala gereja, dan bahwa paus-paus di Roma adalah suksesornya dan menjadi kepala gereja, dan orang-orang harus tunduk kepada kepemimpinan paus Roma sebagai syarat keselamatan mereka, sama sekali tanpa landasan Kitab Suci.

Kristus-lah satu-satunya kepala gereja secara universal, yang memiliki segala otoritas, dan Ia hidup kekal di sorga; dan pusat gereja ada di sorga. Gereja Kristus tidak punya pusat duniawi (Filp. 3:20).

Kristus sendiri, setelah kebangkitan-Nya, berfirman bahwa kepada-Nya telah dikaruniakan segala kuasa baik di sorga maupun di bumi (Mat. 28:18). Gereja tidak punya kepala di bumi dan kemudian ada kepala di sorga. Mengatakan gereja sebagai “yang kelihatan” dan “yang tidak kelihatan” dengan kepala “yang kelihatan” dan “yang tidak kelihatan” adalah ekspresi yang tidak terdapat dalam Alkitab.

Tak seorang pun di muka bumi ini yang pernah diakui punya hak istimewa untuk menjalankan otoritas atas gereja Kristus. Allah tidak pernah memberikan kepada seorang atau sekelompok orang pun hak untuk membuat hukum untuk gereja-Nya. Alkitab mengatakan bahwa gereja tunduk kepada Kristus (Ef. 5:24). Karena itu, adalah kesalahan manusia bila ia bertindak sebagai kepala gereja Kristus.

B. Kapan Paus Pertama Ada?

Kata “Paus” artinya “bapa.” Yesus berfirman, “Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.” (Mat. 23:9; Bdg. Mzm. 111:9).

Tuhan sendiri mengecam semua gelar kehormatan dan juga segala bentuk jubah kegamaan. Pemikiran bahwa “saya orang besar dan kalian orang awam” merupakan hal yang membawa kepada kepausan. Akan tetapi, kepausan itu sendiri tidak ada hingga berabad-abad setelah meninggalnya para rasul.

Sesuai dengan sejarah, gelar “paus” (seperti yang digunakan saat ini) mulai ada dalam tahun berikut ini: Pada tahun 533 M, Yustinian memberikan gelar “Tuan Gereja” kepada bishop Roma. John the Faster, seorang bishop di Constantinopel, kira-kira tahun 588 M, menganugerahkan gelar “Bishop Universal Gereja” kepada dirinya sendiri. Karenanya, ia mendapat kecaman keras dari Gregoy Agung, bishop Roma.

Namun setelah beberapa tahun berlalu, seorang kaisar Romawi, yaitu Pochas, pemimpin yang haus darah, merampas gelar itu dan memberikannya kepada Boniface III, seorang bishop di Roma pada tahun 606 M. Sejak saat itulah, berturut-turut hingga bishop-bishop berikutnya, di Roma, mengenakan gelar itu.

Dengan menelaah semua laporan atau peristiwa sejarah kekaisaran itu dari enam abad pertama, tak satu pun yang dapat kita temukan dari mereka penerus seorang paus atau kepala universal gereja sebelum masa Gregory yang Agung atau John the Faster. John-lah yang pertama kali memangku gelar kepala universal gereja dan bishop Roma pada saat itu menentang hal itu sebagai anti-kitab suci, anti-Kristen dan menyesatkan.

Sebuah penyelidikan mendalam tentang sejarah gereja menunjukkan bahwa sistem pemerintahan gereja Roma lebih mirip dengan sistem pemerintahan kekaisaran Romawi kuno ketimbang sistem pemerintahan gereja Perjanjian Baru, dan itu terjadi akibat dari kemurtadan sedikit demi sedikit dari kebenaran (Bdg. 2 Tes. 2).

Kepausan terletak atas tiga dasar asumsi:

(1) Bahwa Petrus punya otoritas tertinggi dalam gereja;

(2) Bahwa Petrus adalah bishop atau Paus pertama Roma;

(3) Bahwa kuasa-kuasa khusus yang dimiliki Petrus diwariskan pada saat kematiannya dari dalam dirinya kepada penggantinya di dalam jawatan yang ia tinggalkan, dan kemudian diturunkan kepada para penggantinya.

Namun semua asumsi itu salah. Oleh karenanya, pengakuan otoritas gereja terletak sepenuhnya atas fundasi yang menyesatkan itu dengan mudah disingkapkan oleh kesederhanaan pengajaran Alkitab.

8. Kesimpulan

Kekuatan dan ketahanan setiap bangunan terletak pada fundasinya. Bahkan bangunan yang paling indah sekalipun tidak akan dapat berdiri kokoh jika didirikan di atas fundasi yang tidak kuat.

Gereja Tuhan, lembaga yang paling agung dan mulia yang pernah didirikan di muka bumi ini, dibangun di atas fundasi ilahi – Kristus, batuan dasar yang tak tergoyahkan. Kebenaran yang dicakup dalam pengakuan agung Petrus merupakan batu karang yang di atasnya gereja Kristus berdiri.

Itulah perbedaan vital antara gereja yang didirikan oleh Yesus dengan lembaga-lembaga buatan manusia, yang didirikan di atas fundasi yang salah dalam doktrin, filsafat dan spekulasi-spekulasi manusia. Institusi-institusi itu akan runtuh seiring dengan berlalunya waktu, sebab penulis kitab Mazmur berkata, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya ....” (Maz. 127:1). Yesus berfirman, “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya.” (Mat. 15: 13; 7:21-27)

Sejak berdiri, sudah banyak gempuran hebat yang menyerang gereja Kristus. Namun ia tetap kuat dan tak tergoyahkan, dan lembaga ilahi itu akan tetap berdiri kokoh selamanya. Semua manusia dinasihatkan agar menjadi anggota gereja Kristus, sebab hanya dengan menikmati hubungan inilah seseorang bisa selamat dan berkenan bagi Tuhan (Ef. 5:22; Mat. 20:1-16).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun