Kamis, 16 April 2009

Tentang Neraka

Oleh Marolop Simatupang

Bila kita mempelajari Alkitab dengan tekun kita dapat mengetahui rencana Allah yang begitu menakjubkan, khususnya bagi manusia. Allah menciptakan manusia, mati satu kali setelah itu ada penghakiman dan memasuki dunia kekekalan. Banyak subjek teologis yang perlu dipelajari, paling tidak tahu dikitlah. Salah satu di antaranya ialah tentang Neraka.

Subjek ini menarik untuk dibahas karena saat ini, dalam dunia teologis, banyak perbedaan pendapat tentang neraka. Tidak sedikit yang menyebut dirinya umat Tuhan tapi masing-masing memiliki faham yang berbeda dan kontradik.

Selain karena subjek ini memang sedikit sulit ditelaah juga karena banyak berspekulasi dalam doktrin, berpatokan pada filsafat manusia sehingga menimbulkan berbagai kemungkinan, dugaan, bukan berdasarkan fakta Kitab Suci.

Ini perlu dipelajari bukan saja karena kontroversi yang begitu hebat yang terjadi di sekitarnya tapi juga karena merupakan salah satu topik dalam Alkitab. Dalam tulisan ini akan disuguhkan secara ringkas tentang neraka, tentunya berpatokan pada informasi Alkitab.

Defenisi (Menurut Kamus)

Defenisi NERAKA menurut kamus:

1. Kamus Meriam Webster’s Colegiate memberi defenisi:

a. Suatu “dunia” sebagai tempat bagi orang-orang yang sudah mati,

b. Tempat setan (Iblis) menerima hukuman yang kekal,

c. Suatu tempat yang mengerikan, penuh siksa dan kesengsaraan,

d. Suatu tempat bagi kejahatan (orang-orang yang berbuat jahat) setelah mati.

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cetakan Pertama Edisi III; Balai Pustaka Jakarta, 2001) memberi defenisi:

a. Alam akhirat tempat orang (kafir) dan orang durhaka mengalami siksaan dan kesengsaraan,

b. Sial, celaka,

c. Keadaan atau tempat yang menyengsarakan (kemiskinan, penyakit parah)

Eksistensi Neraka Disangkal

Dari sekian banyak doktrin dalam Alkitab, tidak dipungkiri bahwa subjek neraka merupakan salah satu subjek yang agak sulit dipelajari. Akibatnya, timbul faham yang berbeda. Ada yang percaya eksistensi neraka ada yang menolak.

Ada yang berpendapat neraka tidak ada sebab Allah tidak ada. Penganut faham Liberalisme percaya Allah ada, tapi neraka tidak ada. Allah penuh kasih sehingga tidak mungkin Ia menyiapkan tempat penghukuman yang disebut neraka. Tidak mungkin Ia menyuruh seseorang ke sana. Pendapat lain mengatakan neraka adalah takhayul yang paling buruk.

Orang Mormonisme percaya ada neraka, namun bukan suatu tempat penghukuman kekal karena suatu saat nanti jiwa-jiwa yang ada di sana akan mendapatkan pengampunan dan diselamatkan. Jadi, tidak selamanya berada dalam hukuman dan penderitaan neraka.

Sementara itu, kaum Advent Hari Ketujuh percaya suatu saat nanti Allah akan menghapus semua dosa dan manusia hidup di dunia alam semesta yang bersih dari dosa. Jadi, tidak ada neraka sebagai tempat penghukuman kekal bagi orang berdosa.

Saksi Jehovah mengatakan tidak ada neraka. Semua orang jahat akan dimusnahkan setelah mati. The Christian Science mengatakan merupakan kesalahan pikiran manusia bila mencoba menjelaskan dan mendefenisikan neraka. Masih banyak aliran kepercayaan yang menolak eksistensi neraka.

Banyak orang menolak eksistensi neraka. Mengapa? Karena berspekulasi. Spekulasi dan perkiraan akan menghasilkan banyak kemungkinan.

Sebagai orang beriman kita harus memiliki kepastian bukan kemungkinan. Apa yang akan terjadi “pada akhir zaman” sudah menjadi bahan spekulasi dan perdebatan monoton yang tiada akhirnya, dalam dunia sekular maupun keagamaan. Ini terjadi karena pemahaman yang salah tentang akhir zaman, apa yang akan terjadi, dan sebagainya, serta tidak mau melihat pada informasi Kitab Suci. Sebaliknya, malah condong dan membahas hal-hal yang tidak disebutkan dalam Alkitab.

Bagaimana kita menyikapi hal yang demikian? Biarlah kita melihat, membahas dan mempelajari hal-hal yang sudah jelas dinyatakan dalam Alkitab, (Ulg 29:29). Neraka, secara dogmatis ada, Alkitab menyatakan keberadaannya.

Eeksistensi Neraka

Dalam sebuah buku diilustrasikan seorang wanita tuna-netra yang mengatakan masalah bukan pada matanya tapi karena memang tidak ada cahaya dalam ruangan tersebut sehingga “kelihatan” gelap. Banyak orang yang tidak mau melihat dan mengakui realitas kekekalan setelah kematian.

Eksistensi neraka tidak bisa disangkal tanpa menyangkal keberadaan Allah. Jika seseorang menolak neraka maka ia juga harus menolak Allah. Sebaliknya, jika percaya Allah ada maka harus percaya adanya neraka. Banyak aliran kepercayaan menolak eksistensi neraka. Tapi pada dasarnya mereka menolak suatu realitas yang dijelaskan kitab suci.

Alkitab mengatakan betapa indahnya surga, dan Alkitab yang sama pula mengatakan betapa mengerikannya neraka. Eksistensi neraka bukanlah sebuah lelucon. Terlepas dari perdebatan yang telah muncul berabad-abad yang lalu hingga sekarang, sebagai orang beriman, kita yakin bahwa neraka ada. Yesus berbicara banyak tentang neraka. Rasul Paulus juga mengatakan hal yang sama, (2 Tes. 1:9).

Yesus dan rasul Paulus tidak mungkin berbohong. Firman Allah selalu benar, (Rom. 3:4). Bagaimana Alkitab berbicara tentang (fakta) neraka?

Alkitab dan Neraka

Alkitab (Perjanjian Lama dan Baru) banyak menyinggung tentang neraka. Namun Perjanjian Lama berbicara lebih sedikit dibanding Perjanjian Baru.

Alkitab memakai beberapa terminologi yang mengacu pada pada suatu tempat bagi ‘tubuh’ setelah kematian, seperti “Sheol,” “Hades,” “Firdaus,” ”Tartarus,” “Pangkuan Abraham,” dsb. Mana yang paling cocok untuk diterjemahkan dengan kata neraka perlu dipelajari dengan saksama.

Perjanjian Lama (PL)

Dalam Perjanjian Lama (PL), tidak terdapat kata khusus “NERAKA.” Jadi, tidak ada lawan kata “SURGA.” PL yang ditulis dalam bahasa Ibrani tidak berbicara spesifik tentang neraka termasuk defenisinya, demikian juga untuk surga. Tidak juga menyebutkan adanya suatu tempat penghukuman yang kekal.

Kelihatannya, fokus PL lebih dominan berbicara tentang kemah tubuh manusia, ke mana akan pergi, bukan akan di mana jiwa mereka berada. PL hanya menyinggung sedikit tentang akhirat. Tujuan hidup orang Israel Kuno adalah membina hubungan baik dengan Tuhan dan sesama manusia. Setelah mati? Mereka tidak berani berspekulasi tentang hal tersebut. Fokus mereka adalah hidup di muka bumi ini.

Namun, Alkitab-PL Bahasa Ibrani beberapa kali menyebut kata “sheol.” Kata ini biasanya diterjemahkan dengan “kuburan,” “dunia orang mati,” (Yes. 14:15; 28:18), “dunia maut,” (Yes. 28:15).

Kitab Amos 9:2 (Bahasa Inggris New King James Version/NKJV) menyebut kata “hell.” Bahasa Indonesia:“dunia orang mati,” (Mzm. 55:16; Yeh. 31:17; 32:21,27; Hab. 2:5). Ada lagi kata “pit” (NKJV) diartikan “dunia orang mati”(Bilg. 16:30,33; Yeh. 31:16).

Kata “sheol” dipakai dalam bentuk variatif. Bisa menunjukkan pada kuburan, dan dunia orang mati, (Mzm. 16:10; Yes. 38:10). Terkadang dipakai untuk menunjuk tempat orang mati, orang yang baik dan jahat.

Terkadang kata “sheol” disebut dengan kata yang lain, “grave,” diterjemahkan “dunia orang mati” (Kej. 37:35; 42:38; Ayub 14:13; 24:19). Ayat lain memakai kata “hell” diterjemahkan “dunia orang mati,” (Mzm. 55:16; Ams. 9:18; 15:11).

Masih banyak ayat lain yang memakai kata yang berbeda namun terjemahan atau pengertiannya persis hampir sama, seperti “dunia orang mati,” “kubur,” “dunia maut” dan lain-lain. Inilah yang membuat para pelajar Alkitab sedikit kesulitan dalam memberi defenisi yang lebih komplet untuk kata neraka bila (hanya) melihat konteks PL.

Semua istilah itu nampaknya hanya menekankan ke mana tubuh akan pergi setelah kematian. Kita tidak menemukan informasi yang berbicara tentang “apa yang terjadi” setelah kematian, tidak juga menyebutkan adanya upah bagi mereka yang setia kepada Allah, atau hukuman bagi orang fasik.

PL mengatakan semua jiwa manusia tidak pergi ke suatu “tempat” tapi ke kuburan. Dan tujuan akhir jiwa manusia ada dalam tempat sementara, di mana PL berbicara sedikit tentang hal itu.

Sebenarnya, orang Israel mengira bahwa “Sheol” itu adalah suatu tempat yang akan dituju oleh setiap orang setelah mati. Konsep orang Israel mengatakannya sebagai suatu “tempat yang tidak kelihatan,” dan juga sebagai “wadah semua roh (manusia) yang telah mati.”

Bagi orang Israel, kengerian ‘sheol’ berarti dipisahkan dari orang-orang yang mereka kasihi, termasuk dari persekutuan dengan Allah. Kepercayaan ini dirangkum dalam catatan Mzm. 6:6, ”Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati (Sheol)?”

Berdasarkan hal ini, defenisi “neraka” menurut PL adalah suatu tempat yang akan dituju oleh orang mati, bukan sebagai tempat penghukuman bagi orang fasik.

Perjanjian Baru (PB)

Untuk menjelaskan kehidupan setelah kematian, PB, yang ditulis dalam bahasa Yunani memakai beberapa istilah:

1. Hades

Kata ini nampaknya ekuivalen dengan istilah Ibrani: Sheol. Di Septuaginta PL-Yunani, istilah “Sheol” diterjemahkan dengan “Hades.” Kata “Hades” artinya “dunia tak kelihatan (kepada manusia tapi kelihatan kepada Allah.”

Pada masa periode intertestamental (masa di antara dua perjanjian/masa kegelapan) berkembang teori dua bagian yang terpisah: Sheol dan Hades. Dan hades terbagi dalam dua bagian: (1) Tempat kebahagiaan orang benar, dan; (2) Tempat penderitaan orang fasik. (Kemungkinan besar teori ini dipengaruhi Zoroastrianisme-Persia)

Pada dasarnya, pemahaman ‘hades’ berasal dari mitos Yunani kuno. Pada awalnya dipakai sebagai nama dewa mereka, yang berada di dunia lain (dunia tak kelihatan) yang memerintah atas orang mati. Mitos ini dikenal luas oleh masyarakat Yunani.

Kata “Hades” yang muncul 10 kali dalam PB-Yunani besar kemungkinan dipakai dalam dua cara yang berbeda:

1) Untuk menjabarkan suatu tempat yang menunjuk pada penghukuman, (Mat. 11:23; Luk. 10:15; 16:23); dan,

2) Untuk menjabarkan suatu tempat di mana semua orang harus pergi ke sana setelah kehidupan mereka berakhir, baik orang benar maupun orang fasik, (Mat. 16:18; Kis. 2:27,31; Why. 1:18; 6:8; 20:13,14).

Hades, terbagi lagi dalam dua bagian: Firdaus dan Tartarus.

(1) Firdaus

Kata ini memiliki arti “taman kebahagiaan; sebuah tempat yang bercahaya.” Dalam kitab suci dipakai dalam bebagai cara, seperti: (1) Taman Eden, (2) Tempat bagi jiwa-jiwa yang telah mati, (3) Surga, (bnd. Why. 22:1-5).

Istilah ini muncul dalam Luk. 23:43, “Kata Yesus kepadanya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

Tempat ini mengindikasikan tempat yang nyaman, penuh kedamaian dan kebahagiaan karena di sanalah orang-orang beriman berada setelah mati. Lukas 16:23 menyebut dengan “Pangkuan Abraham.” Kata ini juga dipakai untuk menunjukkan rumah kekal bagi mereka yang ditebus, yaitu mereka yang mewarisi tubuh yang kekal setelah kebangkitan dan penghakiman; (Why. 2:7; 2 Kor. 12:4).

(2) Tartarus

Istilah ini hanya muncul dalam 2 Pet. 2:4: “Tartaroo,” PB-Bahasa Yunani. Malaikat-malaikat yang berdosa masuk ke dalam “tartaroo” menunggu penghakiman terakhir. Bukan hanya malaikat tapi juga orang-orang fasik yang telah mati.

Konsep Tartaroo berasal dari mitos klasik Yunani, yang mengatakan lokasi ini berada di bawah tanah, sangat gelap, tempat kesedihan sebagai tempat orang-orang jahat, pemberontak, yang telah mati dan kediaman allah-allah mereka. Di sanalah mereka dihukum karena perbuatannya yang jahat.

Catatan tentang Lazarus dan orang kaya (Luk. 16:19-31) menekankan konsep penghukuman. Frasa “sementara ia menderita” menunjukkan keadaan orang kaya yang berlangsung terus dalam penderitaan.

Note: Firdaus dan Tartarus dipisahkan oleh jurang yang dalam sekali yang tidak bisa disebrangi. Dari Firdaus tidak bisa menyebrang ke Tartarus, dan sebaliknya.

2. Gehena

Istilah dari Bahasa Yunani, diterjemahkan ”Hell” dalam bahasa Inggris. PB terjemahan baru: “Neraka.” Muncul 12 kali dalam PB-Yunani, (Mat. 5:22,29,30; 10:28; 18:9; 23:15,33; Mark. 9:43,45,47; Luk. 12:5; Yak. 3:6). Diadopsi dari dari sebuah nama lembah di Yerusalem, yaitu Ge-Hinnom (Ben-Hinnom), sebuah lembah milik anak-anak Hinnom.

Beberapa pemikiran tentang Gehena/Gen-Hinnom:

1) Lembah anak-anak yang penuh ratapan dan tangisan.

2) Lembah yang penuh ratapan.

3) Nama sebuah lembah yang terletak di selatan dan timur Yerusalem.

4) Suatu lembah tangisan anak-anak yang dibuang dan dipersembahkan bagi dewa Molokh.

5) Simbol tempat penghukuman.

Melihat hal di atas, timbul pertanyaan: Mengapa gehena (Gen-Hinnom) digambarkan sebagai suatu tempat yang mengerikan? Karena latar-belakangnya. (2 Raja-Raja 16:1-4; 2 Tawarikh 28:1-4). Ketika raja Ahaz memerintah bangsa Israel, ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Ia menyembahan berhala, mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dengan membuangnya di lembah Ben-Hinnom yang penuh dengan nyala api.

Lembah yang terletak di bagian selatan dan timur Yerusalem ini dikenal sebagai tempat penyembelihan korban yaitu anak-anak (dengan dibakar) untuk dewa Molokh. Anak-anak dikorbankan dengan menyebutnya sebagai “korban yang benar.”

Kitab Yeremia 7:31-33 mengatakan,”Mereka telah mendirikan bukit pengorbanan yang bernama Tofet di lembah Ben-Hinnom untuk membakar anak-anaknya lelaki dan perempuan, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hatiKu. Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa orang tidak akan mengatakan lagi “Tofet” dan “Lembah Ben-Hinom,” melainkan “Lembah Pembunuhan”; orang akan menguburkan mayat di Tofet karena kekurangan tempat, bahkan mayat bangsa ini akan menjadi makanan burung-burung di udara serta binatang-binatang di bumi dengan tidak ada mengganggunya.”


‘Tofet, sebuah bukit pengorbanan di lembah Ben-Hinnom, di selatan Yerusalem, barangkali merupakan suatu lokasi di mana tiga lembah bertemu. Di tempat ini orang-orang Israel zaman dulu mempersembahkan korban bagi dewa orang Amon, Molokh, (2 Taw. 28:3; 33:6). Mungkin juga tanah Hakal-Dama (Mat. 27:7,8; Kis. 1:18-19) terletak di daerah ini. Orang Arab menyebutnya “Lembah Neraka.” Ketika Yesus melayani di bumi, tempat ini dipakai sebagai tempat membakar sampah. Korban pertempuran antara orang Yahudi dengan Romawi pada tahun 70 Masehi, (kebanyakan dari pihak Yahudi ketika mempertahankan Yerusalem dari serangan prajurit Romawi) diangkut dan dikuburkan di Lembah Neraka, Tofet - Ben-Hinnom. (The Coming Anti-Christ: hal. 336).


Pada periode intertestamental, beberapa ahli dan penulis Yahudi mengatakan Ben-Hinnom adalah pintu gerbang menuju neraka. Pada abad tersebut kata gehena diartikan sebagai tempat penyiksaan bagi orang-orang jahat pada waktu mereka mati, atau pada waktu penghakiman terakhir. Kata ini kemudian diterjemahkan dengan gehena dalam PB.

Sebetulnya, pemikiran ini sudah ada pada zaman Musa (Ulangan 32:33; Yesaya 33:14). Kemudian berkembang pada zaman Romawi-Yunani (Daniel 3:11). Menurut kepercayaan orang Ibrani, tempat penyiksaan tersebut dipenuhi dengan ulat bangkai dan api yang tidak akan pernah padam.

Beberapa kali Yesus menggunakan kata tersebut untuk mengingatkan para pendengar akan kengerian api pengorbanan bagi dewa Molokh. PB, untuk menggambarkan gehena, seringkali memakai kata yang lain seperti “dapur api” (Matius 13:42); ”lautan api” (Wahyu 19:20)”api kekal”(Yudas 7).

Bila pengertian menurut PL dan PB digabungkan maka akan terlihat gambaran suatu tempat yang penuh dengan kecemaran, kesedihan, penderitaan, api dan kematian. Kata inilah yang dipakai para penulis Alkitab (melalui ilham Roh Kudus) untuk menggambarkan nasib akhir orang-orang yang tidak menerima Allah, kelak.

Dengan mengabadikan dan mengingat hal ini, orang-orang akan melihat fakta bahwa neraka adalah tempat sampah bagi Allah, di mana Ia menghukum orang-orang yang tidak taat, termasuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Jadi, gehena/neraka, suatu kata dalam PB-Yunani dengan latar belakang PL. Istilah ini untuk menekankan penderitaan kekal di neraka.

Apa Yang Dikatakan Yesus Tentang Neraka?

Hingga saat ini banyak aliran kepercayaan yang masih keras kepala dan mengingkari realitas neraka. Namun, ada satu fakta yang tak bisa disangkal bahwa Yesus berbicara banyak tentang neraka. Ia juga berbicara tentang penghukuman kekal. Saya yakin, dalam Perjanjian Baru, Yesus lebih banyak berbicara tentang neraka daripada surga (namun saya belum pernah menghitungnya).

Pada waktu Yesus mengajar setiap peringatan tentang hari penghakiman, perintah agar tidak berbuat dosa, dalam nasihat dan pengajaran-Nya selalu menyertakan konsep tentang penghukuman yang kekal di belakangnya.

Ia datang dan berkorban bagi dosa-dosa manusia, bangkit, naik ke surga serta akan datang lagi untuk menghakimi manusia merupakan suatu argumen kuat untuk menyatakan bahwa suatu saat nanti kita akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di hadapan takhta-Nya.

Yesus, ketika berkhotbah di atas bukit, berkata,”...ke dalam neraka yang menyala-nyala.” (Matius 5:22). Dalam kitab Matius 13:42,50 ”...akan dibuang kedalam api neraka.” Matius 18:8-9 “...dari pada dicampakkan ke dalam api neraka...” Dalam kitab Markus 9:43,47,48, Yesus menyebutnya dengan “lautan api dan belerang” (Wahyu 21:8) Dan masih banyak lagi ayat Alkitab yang mengatakan tentang kengerian neraka.

Dari ayat-ayat di atas, Yesus selalu menggunakan kata-kata yang cukup menyeramkan untuk menggambarkan neraka. Mengapa? Agar orang yang mendengar bisa mengerti dengan jelas akan kengerian neraka, juga disamping itu untuk mengingatkan kembali akan kengerian api pengorbanan bagi dewa Molokh, yang pernah dilakukan raja-raja Israel pada zaman dulu.

Dengan demikian, para pendengar akan berusaha untuk taat kepada Allah dan menuruti firman-Nya, menjauhkan hal-hal yang bisa membawa mereka kepada hukuman neraka. Yesus mengabadikan sejarah tersebut sebagai gambaran penghukuman terakhir, bukan untuk menakut-nakuti.

Ia juga mengajarkan bahwa neraka adalah tempat kegelapan, terpisah dari Allah, Kristus, dan mereka yang selamat di surga, (Matius 25:14; Lukas 13:28), selamanya. Tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat.

Rasul Paulus mengatakan tentang neraka, (2 Tes. 1:9), bahwa setiap orang yang tidak mengaku Allah dan tidak mentaati Injil Kristus akan terkena siksa dan kebinasaan yang kekal. Selamanya akan terpisah dari kemuliaan kodrat-Nya.

Tuhan mengajarkan neraka sebagai tempat di mana setan dan malaikat-malaikatnya dibuang. Sebab neraka dipersiapkan bagi setan dan para pengikutnya. Mereka dan orang jahat akan dibuang ke sana setelah hari penghakiman, (Mat. 25:41; Why. 20:10,15; 21:8).

Bisakah Anda bayangkan bagaimana dipenjara bersama-sama dengan orang yang paling jahat dan setan tanpa ada harapan untuk keluar?

Neraka, Sifatnya

Yesus tidak hanya mengajarkan realitas eksistensi neraka tapi juga sifatnya yaitu kekal. Ia mengatakan dalam Matius 25:46,”...akan masuk ke tempat siksaan yang kekal”; Matius 18:8,”...dicampakkan ke dalam api yang kekal.”

Rasul Paulus juga mengatakan sifat neraka dalam 2 Tesalonika 1:8-9,”... yang tidak menuruti Injil akan terkena terkena siksa yang kekal.” Penulis kitab Wahyu mengatakan hal yang sama (Wahyu 20:10),”...iblis dan nabi palsu akan terkena siksa siang dan malam, selama-lamanya.”

Konsepnya sangat jelas, neraka itu kekal, bukan sementara seperti yang diyakini penganut Mormonisme atau Advent Hari Ketujuh. Sebagaimana sorga itu kekal demikian juga dengan neraka.

Dalam Alkitab PB-Bahasa Yunani, kata yang dipakai berkaitan dengan masa berlangsungnya neraka adalah “aionos,” artinya: kekal, tanpa akhir, abadi/tetap, tidak akan pernah berhenti, jangka waktu tidak bisa ditentukan.

Kekal, untuk menghukum mereka yang menolak Allah, selama-lamanya dalam sengsara api. Apakah api itu adalah api yang sesungguhnya? Tidak! Tapi lebih buruk dari api yang sesungguhnya. Intinya, api neraka adalah dalam keadaan (api) yang paling buruk.

Terlepas dari sulitnya memberikan kata-kata yang paling tepat atau gambaran yang lebih jelas, namun kata-kata yang diucapkan Yesus sesungguhnya sudah lebih dari cukup menggambarkan kekekalan dan kengerian hukuman kekal, di neraka.

Mengapa Allah menghukum sampai masa yang tiada akhirnya? Apakah itu adil sebab hidup manusia di bumi ini sangat singkat? Jawabannya ada dalam pemikiran Allah. Itu merupakan rencana Allah. Itulah hukuman bagi orang-orang yang berdosa, sebab dosa merupakan kekejian bagi Allah.

Namun, ada satu hal yang perlu kita perhatikan bahwa Allah adalah Mahaadil. Roma 2:6, ”Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” Roma 2:11,”Sebab Allah tidak memandang bulu” Karena adil maka tingkat penderitaan/hukuman di neraka sepertinya akan berbeda, sesuai dengan dosa-dosa yang diperbuatnya. Kelihatannya akan ada derajat penghukuman di neraka(?). (Perbandingan: Matius 11:20-24; Lukas 12:47,48; 20:45-47; Yohanes 19:10,11).

Kalaupun ada derajat penghukuman di neraka, namun yang namanya dihukum pasti menderita, dan selamanya lagi. Allah tidak menghendaki satu orang pun ke sana. Ia ingin semua orang selamat, (2 Petrus 3:9).

Lokasi Neraka, Di mana?

Hades (dunia orang mati) dikatakan berada di suatu tempat di rahim bumi,”...dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka... turun hidup-hidup ke dunia orang mati;...” (Bilg. 16:32, 33).

Lokasi Gehena lain lagi. Simak ayat-ayat berikut:

1) Matius 8:12 “Sedangkan anak-anak kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

2) 2 Petrus 2:17 “Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat.”

3) Yudas 13Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri; mereka bagaikan bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya.”

Neraka (Gehena) Sudah Ada Saat ini?

Fakta alkitabiah dari kitab Matius 25:41,”Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.


Ada tesis ilmiah (bukan sebagai patokan) untuk manambah wawasan kita.


Dr. Schwarze, dari New York University, membuat tesis tentang tempat seperti ‘lautan api’ yang juga dikenal dalam ilmu fisika sekarang ini. Ia mengatakan, kata “lautan” menunjukkan suatu kumpulan (luas) zat dalam bentuk cair. Dikatakan, ada fenomena aneh di langit yaitu keberadaan bintang-bintang mini (kerdil) Seharusnya, bintang itu berukuran ribuan kali dari besarnya sekarang ini. Namun karena suatu hal bintang-bintang itu tetap kerdil.

Suhu di pusat bintang itu antara 25 juta sampai 30 juta derajat Fahranheit. Pada suhu yang demikian akan terjadi banyak ledakan atom. Ledakan-ledakan inilah yang membantu menjelaskan fenomena aneh tersebut. Pada temperatur yang demikian semua zat akan berubah bentuk gas. Tekanan yang begitu hebat pada bintang-bintang mini tersebut sehingga gas menjadi padat sampai mencapai titik kekentalan, walaupun reaksinya mungkin tetap seperti gas (?) Bintang itu harus mengembang ke arah normal sebelum dingin.

Pengembangan ini akan menimbulkan panas yang luar biasa. Panas yang begitu hebat ini malah membuat bintang-bintang itu kembali dan tetap padat. Dengan demikian bintang-bintang mini itu tidak pernah bisa dingin. Para ahli fisika terkemuka pun menyimpulkan bintang-bintang itu praktis tidak pernah bisa padam.’ (J. Dwight: Things To Come, Pentecost Eskatologi, (Terjemahan), hal. 352-353)



Fenomena aneh ini kemudian dipakai beberapa pelajar Alkitab sebagai fakta ilmiah “mendukung” fakta alkitabiah neraka.

Meskipun kita tidak tahu secara detail tempatnya, namun informasi dari Alkitab sudah cukup bagi kita untuk percaya akan eksistensi neraka. Di manapun neraka itu berada, biarlah itu rahasia Allah, (Ulg. 29:29).


Apakah ada Perbedaan Hukuman Tartarus Dengan Neraka?

Alkitab tidak menjelaskan dengan spesifik. Satu hal yang dapat kita yakini tartarus adalah tempat yang penuh dengan penderitaan, demikian juga neraka.

Namun yang berbeda, di tartarus hanya “jiwa” sementara di neraka “tubuh dan jiwa” setelah kebangkitan dan penghakiman, (Matius 10:28; 25:46). Di samping itu, keberadaan di tartarus hanya sementara menunggu kebangkitan dan penghakiman, sedangkan di neraka adalah kekal.

Siapakah Yang Akan Pergi ke Neraka?

1) Iblis atau Setan, (Wahyu 20:10).

2) Malaikat-malaikat yang memberontak, (2 Petrus 2:4; Yudas 6).

3) Nabi-nabi dan guru-guru palsu, serta pengikut mereka (2 Petrus 2:1-22).

4) Mereka yang menolak, tidak percaya dan tidak menaati-Nya, (Mark. 6:16; Mat. 10:14-15; Yoh. 8 :24).

5) Mereka yang malas melayani Kristus, dan tidak memakai talentanya untuk Tuhan, (Lihat Perumpamaan Talenta: Mat. 25:14-30).

6) Semua orang yang disebutkan dalam Wahyu. 21:8,” Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

7) Mereka yang namanya tidak tercantum dalam buku kehidupan, (Wahyu 20:11-15).

Apa Yang Akan Terjadi Dengan Penghuni Neraka?

Yang jelas, seperti yang sudah banyak disinggung sejak awal bahwa penghuni neraka akan menderita dengan siksaan yang tiada akhir, (Wahyu 14:10,11).

Selain itu akan timbul penyesalan, (Lukas 16:19-23), karena terpisah dari mereka yang selamat. Keberadaan di neraka tidak akan menghilangkan kenangan ketika hidup di muka bumi. Hal ini akan menimbulkan penyesalan yang tak terhingga. Inilah kematian kedua sebab kematian menurut Alkitab adalah perpisahan. Jadi, neraka itu benar-benar kematian yang kedua. Selamanya terpisah dari Allah.

Orang-orang berdosa dimusnahkan (dihukum) bukan karena tidak ada keselamatan bagi mereka tapi karena mengabaikan kebaikan dan anugerah Allah. Neraka akan menjadi ‘rumah’ bagi mereka yang tidak mengindahkan firman-Nya.

----------------------

Pustaka Acuan:

Clark, Adam. Adam Clark’s Commentary on Topic Hell, Power BibleCD 3.0. CD-ROM, Bronson, Online Publishing Inc: 2001

Cotham, Perry B., Conversion, (p. 252-261) Published by Perry B. Cotham, Texas: 1998

Enns, Paul, Dr., The Moody Handbook of Theology; Buku Pegangan Teologi/Eskatologi: Doktrin Akhir Zaman, Malang: 2003

Long, J. Stephen, 1001 Hal yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab Jakarta, Yayasan Pekabaran Injil Imanuel: 2002

Njiolah, P. Hendrik, Pr., Dunia Orang Mati Menurut Kitab Suci/Suatu refleksi, Jogyakarta, Yayasan Pustakama Nusantara: 2002

Paul Sain, Ready For Growing Christians, Facts and Scripture on 100 Biblical Subjects/Pocket edition, p. 56, Sain Publication, Pulaski: 1999

Kutipan kata/ayat Bahasa Indonesia dari Alkitab Terjemahan Baru, Jakarta, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI): 2003

Kutipan kata/ayat Bahasa Inggris dari Alkitab/Holy Bible NKJV (New King James Version), Jakarta, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI): 2003

(Dipresentasikan di Seminar Tahunan XV AASBS, Lampung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Beri Komentar atau Kritik Membangun